brother

740 72 9
                                    

Qian Kun dan Zhong Chenle, keduanya adalah sepasang adik kakak. Mengapa berbeda marga? Salahkan Ibu mereka yang berselingkuh dengan Tuan Zhong, seorang pria kaya yang menawarkan segelintir harta untuk Ibu mereka.

Mereka memang bukan kelurga yang bergelimang harta, keluarganya hanyalah keluarga yang berkecukupan. Penghasilan ayahnya cukup untuk menghidupi mereka semua sekaligus memfasilitasi hidup keluarganya.

Yang disesalkan adalah Tuan Zhong yang kaya raya itu tidak mau menerima dan mengakui darah dagingnya sendiri, brengsek.

Dan bodohnya lagi, Tuan Qian tidak segera mendepak Nyonya Qian dari rumah. Cintanya terlampau besar, ia tak tega jika harus mengusir dan menceraikan istri yang sangat dicintainya itu.

Dan itu semua membuat Kun sangat membenci mereka semua. Dari mulai Ayahnya, Ibunya, sampai adiknya sendiri. Ia tidak suka memiliki Ayah yang bodoh dan buta karena cinta. Ia tidak suka memiliki Ibu pelacur. Dan ia juga tidak suka memiliki adik dari hasil hubungan gelap.

Memang tidak ada yang mengejek perihal masalah internal keluarga Kun disekolah, karena tidak ada yang berani mencari masalah dengan seorang Qian Kun beserta geng premannya; WayV. Namun ia malu, ia menjadi bagian dari keluarga yang memalukan.

Baginya, keluarganya adalah aib.

Ia bahkan dibuat makin kesal karena adik haramnya itu sangat manja terhadap dirinya. Mau dikasari sebagaimana pun, Zhong Chenle tetap saja senang bermanjaan dengannya.

Itu membuat seorang Qian Kun sangat geram dan ingin sekali melenyapkan adik sialannya tersebut dari hidupnya.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Gege! Lihat, aku dapat nilai seratus pada pelajaran matematika. Kau harus bangga memiliki adik yang pintar sepertiku~" pamer Chenle kepada Gege-nya yang diakhiri oleh kekehan gemas; yang sayangnya tidak bekerja untuk Kun.

"Jangan merasa bahwa kau adalah adikku, sialan. Kau hanya orang asing yang beruntung dapat hidup bersama keluargaku."

Chenle diam, namun tidak murung. Lelaki mungil yang berstatus sebagai pelajar sekolah menengah pertama itu tak terlihat terkejut, bahkan ia tersenyum lebar.

"Tidak, aku bukan orang asing. Aku adik Gege, Zhong Chenle. Apa Gege lupa? Ibu kita sama!" pekik yang lebih muda dengan nada gembira.

"Tapi ayah kita berbeda, bodoh. Berhenti menggangguku, pergi!" Kun membentak adiknya dan menendang perut Chenle hingga lelaki itu jatuh terduduk.

Lelaki yang sedang tersungkur dilantai memang meringis kesakitan, tapi senyuman lebarnya tak juga luntur. Bahkan Kun sempat berpikir bahwa adik haramnya itu sudah tidak waras karena ia selalu tersenyum lebar saat dikasari dirinya.

Kun tidak tau bahwa adiknya adalah penderita kelainan seksual; seorang masokis.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Mati kau sialan! Mati! Mati! Mati!"

Entah sudah berapa jam Kun menghentakkan pinggulnya kedalam sang adik sambil terus menyumpah dan tetap menekan jari ke leher adiknya; agar Chenle tercekik.

Studio musik pribadi milik Kun yang kedap suara ini sudah dipenuhi suara teriakan dan rintihan dari seorang Chenle.

Ya, mereka berdua sudah gila.

Kun menggunakan Chenle sebagai pemuas nafsu sekaligus pelampiasan amarahnya. Sedangkan Chenle menikmati permainan Gege-nya untuk memuaskan hasrat ingin 'dikasari' nya.

Simbiosis mutualisme; yang tidak sehat.

"Kunhh..."

Plak!

"Jangan menyebut namaku, pelacur sialan!" Kun mendaratkan tamparannya menuju bongkahan padat milik sang adik haram yang paling dibencinya.

"Tampar lagihh... Gege~" rintih Chenle merasakan sakit sekaligus nikmat pada bagian belakangnya.

Kun menarik rambut si lelaki yang lebih mungil dengan kasar, memaksanya untuk mendongak. "Kau menikmatinya, jalang? Cepat mati!"

Chenle sudah menjatuhkan tubuhnya keatas keyboard yang tadi digunakkan sebagai tumpuan tangannya. Pinggangnya pegal, bagian belakangmya sakit tak karuan. Namun siksaan itu malah membuat ia senang.

"Naikkan pinggulmu, jalang! Kau tidak boleh jatuh sebelum kau mati!" Kun mengeluarkan benda pusakanya, menggantinya dengan 3 jari miliknya sendiri.

Ia terus menggerakan jarinya, mengoyak lubang sang adik tanpa mengindahkan rintihan dan permintan berhenti dari Chenle.

Memang, Chenle memang menikmati permainan ini. Namun ia lelah, kakinya sudah melemas dan tak mampu menopang beban tubuhnya.

"Terus mendesah, sialan! Kau sudah mati, hah?!" bentak Kun sambil menampar keras pantat Chenle yang sudah terdapat banyak sekali ruam merah bekas tamparan.

Namun lelaki bermarga Zhong itu tetap diam walaupun tempo pergerakan tangan Kun semakin lama semakin cepat. Tak ada desahan, tak ada rintihan, dan...

Tak ada nafas.

Kun menghentikan pergerakan dan mengeluarkan jarinya. Ia menyentuh leher Chenle dan tak merasakan satu detakan pun.

Ia membanting tubuh tak bernyawa itu ke lantai, "sudah mati, sialan! Tidak berguna!"

Tak lupa Kun menginjak perut sang adik tanpa perasaan, lalu meludahi wajah pucat adiknya.

"Ti-dak... Gege b-ban... tu..."

Duak!

"Mati saja, anak haram! Dasar tidak berguna!" bentak lelaki dominan sesaat setelah ia menendang kepala Chenle dengan sangat keras.

"Akhh... Chen-le... Men-cin-ta... i-mu..."

"Aku tidak butuh cintamu, pelacur."












— — — — — — — — — —

maaf aku ga bermaksud bikin ini :'(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


maaf aku ga bermaksud bikin ini :'(

jangan salah lapak, alofyu




olivia —

CRACKPAIR 2 • KUN CHENLE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang