Si pemuda Kim itu terus memperhatikan Jeongin yang sepertinya sedang bersiap-siap untuk pergi. Ingin rasanya ia bertanya namun kejadian sebelumnya terus terputar bahkan hanya mendengar suaranya, rasanya canggung.
"Lo tumben diem"
Ingin rasanya Seungmin menyeret Jeongin keluar, bagaimana bisa dengan santainya berbicara seperti itu setelah hal demikian telah ia perbuat pada dirinya.
Jeongin menghela nafasnya "gue mau keluar cari makan. Lo ikut?"
Tidak ada jawaban dari Seungmin, keduanya malah melempar tatap. Jeongin yang jengah sedari tadi tak mendapat jawaban pun segera beranjak tanpa berpikir panjang.
Pintunya tak benar-benar tertutup Jeongin heran padahal sepertinya ia sudah menariknya cukup kuat, ia menoleh untuk memastikan.
Netra nya tertuju pada Seungmin yang ternyata menahannya. Alisnya terangkat seakan bertanya 'kenapa'.
"Seung m-mau... Ikut..." Cicitnya
Jeongin sedikit terhenyak mendengar Seungmin yang seperti itu. Menyebut dirinya dengan namanya sendiri, bukankah cukup menggemaskan? Oh atau sangat menggemaskan.
Tanpa sadar tangannya dibalik kantung mantelnya mengepal menahan gemas saat memperhatikan bagaimana Seungmin berbicara dengan ekspresi wajah yang seperti anak kecil yang memohon meminta hadiah.
"Gue udah ajak lo tadi. Cepet siap-siap jangan buat gue nunggu" balas Jeongin agak tergagap.
Seungmin menganggukkan kepalanya lagi-lagi Jeongin salah fokus dengan sikap Seungmin yang menggemaskan, mengangguk dengan mata yang berbinar dan rambut halus Seungmin yang ikut bergerak lembut.
『 🦊🐶 』
Sebenarnya Seungmin tidak benar-benar ingin ikut. Namun ia juga tidak ingin menghabiskan waktunya sia-sia dengan hanya bermalam di flat saja.
Melewati Portobello Road Market, keduanya berjalan menuju tujuan mereka kali ini. Carnaby Street. Kelap-kelip lampu yang menghiasi di sepanjang jalan tak luput dari pandangan keduanya, akan sangat disayangkan jika malam ini terlewatkan.
Terheran dengan Jeongin yang tiba-tiba menautkan tangannya pada Seungmin. Aneh, apalagi maksudnya ini. Menatap pemuda yang lebih tinggi darinya ini dengan penuh tanda tanya namun Seungmin tidak ingin terlalu memikirkannya, lagi pula ia nyaman.
Keduanya berjalan beriringan dengan tangan yang saling bertautan yang sesekali ia ayunkan pelan dan mempererat genggamannya, entahlah kemana perginya rasa canggung Seungmin pada Jeongin tadi. Meski itu membuat jantungnya berdetak cepat ia tak ingin mempermasalahkan.
Tanpa diketahuinya Jeongin sedikit mengulas senyum.
Mereka menghampiri salah satu kedai yang tak terlalu ramai. Memesan menu yang diinginkan masing-masing.
"Pemilik toko itu harusnya jangan taruh sapu terbalik. Makannya tidak ada pelanggan yang datang" ucap Seungmin saat melihat sebuah toko yang sepi akan pengunjung diseberang sana.
"Itu cuma takhayul, jangan nebak-nebak sembarangan"
Seungmin mengerucutkan bibirnya, ia sudah menebak pria yang didepannya akan membalasnya tak minat seperti tadi.
Tak ingin berlama-lama di kedai keduanya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka tanpa tujuan yang pasti.
"Waktu gue tinggal 2 hari lagi, gak kerasa banget ya. Hehe" ujar Seungmin dengan kekehan di akhir kalimatnya.
Sesekali Seungmin memotret spot yang menurutnya indah meski hanya bermodalkan telepon genggamnya. Sedikit kesal dengan Jeongin yang tak merespon ucapannya. Apa dia sedang balas dendam? Huh, padahal sejak awal yang selalu bersikap dingin itu dia.
"Anyway, gue gak ngerti apa maksud lo waktu lo cium gue ..."
Bodoh.
Benar-benar bodoh. Kenapa ia kembali membahasnya, yang padahal sudah jelas ia sangat hindari. Kim Seungmin ada apa dengan dirimu.
Tubuhnya menegang, otaknya tak dapat berpikir seketika. Wajahnya memerah hebat bahkan hanya untuk mencuri pandang pada Jeongin pun ia tak berani.
Respon yang Jeongin berikan diluar dugaannya. Pria bermata bak rubah itu mengeluarkan tawanya pelan.
"Bukan Kim, gue gak jatuh cinta sama lo. But yeah I'm gay."
"I've lied to you before, sorry."
Ya Tuhan, mengapa Seungmin kembali dibuat bingung. Cukup terkejut saat mendengar sebuah pengakuan langsung tersebut, jauh di lubuk hatinya ada kelegaan. Apa peluangnya bertambah meski hanya 1%?
"It's okay. That's good, wait what?..."
Lagi-lagi Jeongin terkekeh padanya, Seungmin ikut tersenyum meski kikuk. Sedikit senang kala Jeongin yang sudah tak ragu berbicara jujur tentang dirinya rasanya seperti di terima walau hanya sebagai teman itu sudah cukup.
Ia kembali terhipnotis pada yang disebelahnya. Yang Jeongin. Ucapannya beberapa menit yang lalu kembali terdengar dalam pikirannya, itu berarti Jeongin sudah memiliki cinta pertamanya bukan? Ia jadi penasaran, sangat penasaran.
Apa itu berjalan mulus seperti yang ia idam-idamkan? Sepertinya itu berhasil. Ah Seungmin jadi iri. Ia ingin juga.
『 🦊🐶 』
KAMU SEDANG MEMBACA
11:11
Fanfiction• JEONGMIN • Tidak ada yang percaya bahwa takhayul itu benar-benar berfungsi pada Seungmin. Tak satupun, bahkan sang saksi mata atas semua hal yang terjadi pada Kim Seungmin. Yang Jeongin. 'no one can give a definite answer' 🍀 11.11.2020 🍀