Sebagai penghuni indekos di daerah Cirebon yang punya pemilik pelitnya minta ampun, Ami dan penghuni lain meminta menurunkan biaya indekosnya yang harganya tiba-tiba naik melangit banget ke Pak Malih, pemilik indekos. Ami terpaksa harus tinggal di indekos Pak Malih karena kepala sekolah yang menyuruh siswa yang rumahnya jauh untuk menetap di indekos Pak Malih. Jadi itu indekos Pak Malih isinya anak-anak dari sekolahnya Pak Kepsek aja. Nyuruh sih iya nyuruh tapi bayarnya tetep pake uang sendiri, sama aja bohong, kan.
Entahlah yang ada dipikiran Pak Kepsek waktu itu. Jangan-jangan Pak Malih nyogok Pak Kepsek lagi supaya indekosnya rame karena selama ini tempatnya itu jarang yang sewa karena berhantu?! Ah nggak juga, suka lebay emang Ami, tempatnya nggak berhantu kok. Memang sih jaraknya ke sekolah itu deket, pake banget malah. Ya wong sebelahan gitu, kok.
Tapi kenapa ya harganya naik jadi mahal banget? Perasaan fasilitasnya juga sama aja. Pak Malih juga kelihatannya nggak ada tanda-tanda mau renovasi atau ngebagusin indekosnya. Coba ya, kamar mandi aja masih kamar mandi luar, cuma ada dua lagi, satu laki-laki satu perempuan, padahal penghuninya ada empat puluh, bayangin semua penghuni gimana ributnya waktu ngantri mandi? Keterlaluan sih Pak Malih ini. Makannya semua anak sepakat mandinya harus 5 menit aja, kalau ada yang melebihi itu, wah itu sih pasti bakal diserang rame-rame sehabis mandi.
Waktu pertama kali sampai di indekos itu, Ami kaget karena barang yang dikasih Pak Malih cuma kasur single bed, kipas angin dinding, sama laci plastik besar buat taruh baju-baju. Terima kasih pak. Setidaknya masih dikasih, kan. Omong-omong memang harganya naik seberapa banyak? Bayangin aja, yang tadinya harganya 600.000 per bulan jadi 2.500.000 per bulan. Apa tidak masuk akal? Maka dari itu Ami dan teman-temannya emosi, minta diturunkan harganya. Mereka juga sudah ribut-ribut di grup whatsapp 'Indekos Pak Malih' saat Pak Malih bilang "Mulai tanggal 16 September 2020 biaya indekos naik menjadi Rp 2.500.000, harap semua membayar pada tepat waktunya, terima kasih." Wah langsung terpancing dong semuanya, tetapi percuma, Pak Malih nggak menggubris sama sekali.
Rencananya sih, hari ini semua penghuni mau membicarakan soal ini secara langsung di rumahnya Pak Malih yang cuma nyebrang doang dari indekosnya itu. Seluruh penghuni pergi ke rumah Pak Malih. Mereka benar-benar ingin membicarakan masalah ini dengan musyawarah, tidak perlu teriak-teriak di depan rumahnya pakai toa, bawa pamflet atau spanduk. Itu berlebihan banget sih. Pasti bakal menganggu tetangga sekitar.
Mereka semua sudah siap. Arya yang mengetuk pintu rumah Pak Malih terlebih dahulu, "Assalamualaikummm, halo Pak, ada orang di dalam?". Tidak lama, Pak Malih langsung membuka pintu sambil menjawab salam dari Arya, "Walaikumussalam, ada apa nih pada datang semua kesini? Pasti kalian mau protes soal harga sewa yang naik, ya kan?"
{bersambung}
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Malih dan Empat Puluh Penghuni Kosnya
Cerita Pendek[Cerita Pendek] Pak Kepsek menyuruh semua siswa baru yang rumahnya jauh dari sekolah untuk menetap di kosan Pak Malih saja, yang jaraknya cuma lima belas langkah dari sekolah. Tapi... Kenapa harus disana? ©Oktober 2020