remedi

417 32 5
                                    

Karya ini terinspirasi dari "(Not) In Control" oleh loveglowsinthedark.

Rating: T
Content warnings: PTSD, unhealthy coping mechanism, alcoholism, on the whole a pretty depressing content
Word count: 2,500~

Beta'ed by Yashaya5

Scroll down for further notes!⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

————————☆————————

"Harry?"

Suara Draco menggema di dalam Grimmauld Place Nomor 12 yang sunyi senyap.

Pria itu mengerutkan dahi. Dia mengecek arloji rose gold bertali hitam di pergelangan tangannya. Pukul sembilan malam sedangkan jam pulang kantor Auror adalah pukul empat sore. Isi perutnya menjadi tidak nyaman. Sebisa mungkin Draco mengenyahkan sekelebat skenario buruk yang berlalu di pikirannya.

"Kreacher," dia memanggil ke lorong yang kosong.

Terdengar bunyi tar besar dan seorang peri-rumah sangat tua muncul di hadapan Draco. Peri-rumah ini memakai pakaian katun putih bersih dengan rambut putih mirip kapas mencuat dari telinganya yang bak milik kelelawar.

Kreacher membungkuk rendah hingga liontin yang dia kalungi menyentuh lantai.

"Tuan Draco memanggil Kreacher?" tanyanya setelah bangkit, dalam suara mirip katak betung.

"Apakah Harry memberikan kabar kepadamu kapan dia akan pulang?"

Kreacher menggeleng. "Tidak, Tuan Draco. Seharian ini Kreacher berada di dapur Hogwarts. Tuan Harry belum memanggil Kreacher untuk kebutuhan apapun hari ini."

Kerutan di dahi Draco bertambah dalam. Harry tidak pernah absen mengabari Kreacher jikalau dia tidak bisa pulang ke rumah tepat waktu dan Draco sedang tidak dalam jangkauan burung hantu. Telapak tangannya seketika terasa lembab dan dingin.

"Tuan Draco, tolong lepaskan mantel dan jubah Tuan, biarkan Kreacher menaruhnya di rak gantung," pinta peri-rumah itu. Draco melakukan apa yang diminta sembari menggigit bibir. Lalu, Kreacher berkata lagi, "Apakah Kreacher perlu membuatkan Tuan Draco secangkir teh?"

Draco mengangguk tidak fokus sebagai jawaban dan berjalan ke dalam rumah, pikirannya kalut. Sambil memutar-mutar cincin ukir platinum yang bertengger di jari manisnya, dia berusaha sekuat tenaga berpikir rasional.

Langkah pertama yang terbaik, dia harus menghubungi Hermione lewat jaringan floo. Kalau benar Harry belum pulang karena urusan pekerjaan, seharusnya penyihir wanita itu sebagai Wakil Kepala Departemen Pelaksanaan Hukum Sihir tahu keberadaannya. Walakin—Draco mengigit bagian dalam pipinya—kalau dipikir lagi, Hermione pasti sedang terlampau sibuk dengan Skandal Quailbane. Kantor Auror seakan terlepas dari yurisdiksinya untuk sementara waktu ....

Dia memberi tanda silang pada langkah ini, lanjut berpikir tentang kemungkinan kedua.

Mungkin ... dia harus mengirimkan Patronus kepada Ron. Harry bisa saja sedang keluyuran bersamanya. Dua lelaki-bocah itu meman sering melakukannya belakangan ini. Draco tidak keberatan mereka pergi ke mana pun, asal tidak ke flat Finnigan dan Thomas dan melakukan kesintingan ala Gryffindor.

Ujung bibirnya membengkok sedikit ke atas.

BRAK!

Draco berbalik badan tajam di tempat. Tongkat sihirnya teracung, degup jantungnya menderu tajam di telinga.

Mantra Fidelius rumah ini sudah diangkat lantas dipasang kembali dan mantra penjagaan lainnya sangat kuat. Sehingga, yang menggebrak pintu rumah tadi pastilah—

𝐢𝐝𝐲𝐥𝐥𝐢𝐜, drarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang