Prolog

648 97 42
                                    

"Meng, anterin gua ke perpus ye.." pinta Jiro pada Dice.

"Wah tumbenan nih.. Mo ngapain lu ngab disana?" tanya Dice yang tengah memakan bungkus sate. Satenya dihabisin Ramuda tadi.

'Ya udahlah yang penting makan'

"Mau ngewe. Ya mau baca buku lah, dongo. Pake nanya lagi!"

"Heh lambe."

"Gapapa mulut gua kotor yang penting bisa ngomong RRRR"

"Lah malah ngejulid,"

"Bodo anjing, dahlah cepet anterin gua!" ujar Jiro sambil menarik tangan Dice ke arah perpustakaan. Dice cuma bisa pasrah daripada ga ditraktir makan sama Jiro.

Sesampainya di perpustakaan, mereka menemui Doppo yang tengah duduk di meja piket perpustakaan.

"Lo ngapain disini, ngab?" tanya Dice.

"Jadwal piket perpus giliran kelas gua.." jawab Doppo sambil membuka buku tamu perpustakaan. "Ini, diisi dulu."

"Oh, kirain ngegantiin Hifumi kena hukuman lagi." timpal Jiro.

"Nggak..." jawab Doppo sambil menggeleng.

"Gini, Dop.. Lo boleh baik, tapi harus ada batasan. Jangan biarin sikap baik lo itu yang malah jadi senjata buat lo sendiri." nasihat Jiro. Dice mengernyit kemudian menepuk keras kepala Jiro.

"Sakit, anjing!"

"Tumbenan lo bijak, ngab. Kemasukan apa lo?" tanya Dice heran. Jiro pun menjambak rambut Dice yang sedikit panjang itu.

"Dakjal!"

"BERISIK, SETAN!" teriak Samatoki sambil melempar sebuah kamus ke arah Jiro dan Dice. Malangnya, Doppo yang kena lempar kamusnya.

"Heh, kuda! Kesian anak orang anjing lu lempar sembarang!" Jyuto segera mendekat ke arah Jiro yang dimana disana ada Doppo pingsan setelah dilempari Samatoki.
















































"Tumben banget perpus rame sama kalian.." ujar Ramuda ketika memasuki perpus dan bertemu dengan kawan-kawan berisiknya itu.

Setelah mengisi buku tamu, ia segera mengambil posisi di sebelah Saburo.

"Gua nugas. Jyuto play ama bbg kek biasa." jawab Samatoki.

"Heh." Jyuto langsung menjitak kepala Samatoki. "Kagak elah, play di rp doang."

"Jyuto ga suci rprl." tambah Jiro memprovokasi.

"Anak rp gada yang waras, skip." ujar Saburo sambil membalik lembar buku matematikanya.

Biasanya Dice bakal ikut nimbrung, tapi kali ini ngga. Dia cuma menatap sebuah buku yang ada di rak dekat meja mereka berada.

Ramuda penasaran dengan apa yang dilihat Dice. Kemudian ia turut berada di samping Dice. Menatap buku yang sama tanpa ada niatan mengambil bukunya dari rak.


"Buku itu kan.."

"Novel singkat yang ditulis sama Gentaro satu tahun yang lalu, kan?" tanya Hifumi menyambung kalimat Ichiro.

"Hooh. Ramuda sama Dice pasti kangen banget sama Gentaro."

"Ya.. Ditinggal ga wajar gitu, tiba-tiba aja jatuh dari atap. Kalo gua jadi mereka sih, gua bakal shock plus kangen banget." timpal Jyuto.

"Yang gua bingung tuh ini, kenapa Gentaro kepikiran buat bunuh diri? Dia kan cerdas, juara kelas, udah bikin buku di umur SMA, ganteng, perfect banget dah.." gumam Samatoki.

book | hypmicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang