Semenjak kepergian Riou, Dice begitu loyo. Ia seperti tidak ada niatan untuk hidup lagi.
Ia menatap kosong dari atas rooftopnya. Satu langkah saja ia bisa terbang.
Terbang ke pangkuan Tuhan maksudnya.
"Lo beneran ga kepikiran buat ninggalin gw kan?"
Dice berbalik. Menatap sosok Ramuda yang juga menatapnya.
"Nggak! Ngga bakal!" elak Dice. Ia berjalan mendekati Ramuda kemudian merangkul si merah jambu.
"Ram, traktir gua bakso ya!"
"Idih idih."
"Pink bantet sialan."
"Pak Jakurai!!" panggil Hifumi. Jakurai yang tengah membereskan kotak obat di UKS itu menoleh. Menyapa balik anak muridnya.
"Ya?"
"Pak, kita ada tugas menyangkut perikanan. Buat tugas prakarya. Observasi ikan ikan di sungai. Bapak mau bantu ga?" tanya Doppo. Jakurai mengangguk tanpa pikir panjang.
"Ok. Kapan mau nugasnya?" tanya Jakurai lagi.
"Besok sore."
"Ok kalau gitu. Semangat belajar ya!" ujar Jakurai kemudian pergi ke ruang guru. Doppo dan Hifumi bersorak dalam hati dengan senang.
"Doppo, lo sekelompok ama gw. Gw ikut besok." ujar Jyuto yang tiba-tiba berada di belakang mereka.
"Jan ngagetin setan!" pekik Hifumi sambil memeluk Doppo. Dia kaget tadi.
"Dari kapan lu disitu?" tanya Doppo.
"Dari matamu matamu kumulai jatuh cinta~" si Jyuto malah nyanyi. Kan aku jadi mo lanjutin .g
"Serius.."
"Belum siap seriusin kamu. Aku mau sekolah dulu, terus kuliah baru bisa cari nafkah untuk kita." tambah Jyuto menanggapi Doppo.
"Jyut, lo gay?"
"Ngga. Simulasi doang kalo gua punya pacar nanti." jawab Jyuto. Ia berjalan melewati Hifumi kemudian menepuk bahunya.
"Hati-hati, Hif."
"Temen lo?" tanya Saburo ketika Dice datang kerumahnya bersama Jiro.
Jiro mengangguk sebagai jawaban kemudian mengajak Dice ikut masuk ke dalam rumahnya.
"Wifinya?"
"Jiro ganteng valid."
"Yang bener."
"Jiro ganteng valid!"
"YANG BENER ANJIR!!"
"IYA ITU PASSWORD NYAA!!! JIRO GANTENG VALID PAKE SPASI!!"
"..."
"..."
"Oh, oke."
Saburo hanya menutup telinganya. Kakak dan temannya begitu berisik.
"Berisik! Ayah lagi sakit!!" pekik Saburo dari kamarnya. Ia tidak tenang mengerjakan tugasnya.
"Iye, iye, eh—"
Jiro sadar satu hal dari kalimat Saburo. "Bur, kita kan ga punya ayah.."
"..."
"Aduh gelep, perasaan masih terang deh diluar." ujar Dice sambil menutup matanya.
"Anjir lu!"
"Bang.. Kapan pulang? Adek ga bisa belajar.. Jiro berisik banget.." lirih Saburo dalam telepon.
"Bentar lagi OTW kok, ini masih latihan PASKIBRA." ujar Ichiro dalam telepon. Saburo mengangguk pasrah.
"Ya udah semangat paskibnya, semoga menang!"
"Aamiin."
Aduh Ichiro merakyat ga tu? 🌚
Btw, Saburo akhirnya selesai dengan tugasnya setelah sempat tidak fokus akibat Jiro dan Dice yang begitu berisik.
"Mereka di dapur ngapain sih? Klontang klentang?!" rutuk Saburo dengan mulut kecilnya.
Ia mengambil ponsel untuk menelpon Ichiro, menanyai kapan kakaknya itu akan pulang sebelum rumahnya hancur.
"Eh, kek ada yang lewat tadi.." Saburo bergerak ke jendela nya. Menatap kanan kiri disebelahnya. Namun tidak ada apa-apa.
Tadi, sekilas ia melihat sesosok bayangan lewat. Namun ketika ia mengecek nya, bayangannya tidak ada.
Padahal ia yakin bayangan hitam tadi lewat dengan cepat di jendela nya.
Hantu? Siang bolong ada hantu? Oh percayalah, Saburo bukan orang yang percaya takhayul. Otaknya selalu berpikir logis.
"Halo, kak.. Lagi dimana?" tanya Saburo.
"Otw, tapi lagi di KFC. Mau nitip ga?"
"Ayam kek biasa aja. Btw, kak tadi ada hitam hitam lewat gitu.."
"Hitam?"
"Iya, ga tau siapa. Lewat jendela adek tadi, tapi adek ga yakin itu apa."
"Halusinasi aja kali, lain kali jangan keseringan nonton horor dong."
"Kapan adek nonton horor?!"
"Haha, nggak kok nggak! Udah ya, baik baik dirumah. Ini mau jalan."
Saburo memutuskan panggilannya. Berniat ke dapur untuk meminum susu.
"GWAAHHH!!!"
Mendengar suara jeritan, Saburo segera berlari ke arah dapur. Tepatnya dimana suara teriakan Jiro berasal.
"Kenapa hey—"
"WAAAKKKHHHH!!!"
Rumah Ichiro kini sudah diberi garis polisi. Ada begitu banyak polisi dan tim SAR. Polisi masih menanyai Saburo dan Jiro yang merupakan saksi mata atas kematian Dice.
"T-tadi itu, aku mau ke dapur.. T-tapi udah liat Dice udah—udah lepas kepalanya." ujar Saburo.
"Kalau kamu?"
"S-saya tadi nyuruh Dice buat bikin pop mei, t-tapi dia lama banget. Pas aku samperin, k—kepalanya buntung.." tutur Jiro.
Ichiro menatap dua adiknya yang masih begitu shock. Mayat loh, didepan mata mereka sendiri, sebuah kepala menggelinding. Tanpa badan.
"Maaf pak, tapi saya rasa kedua adik saya masih terlalu kaget. Jadi saya pikir, untuk beberapa waktu tolong jangan menanyai mereka. Setidaknya hingga mereka tenang." ujar Ichiro pada seorang polisi disana.
Polisi itu menurut kemudian pamit untuk segera mengautopsi jenazah Dice yang sudah terbungkus kain kuning.
'Jadi rumor buku itu bener?'
KAMU SEDANG MEMBACA
book | hypmic
Fanfiction❝Emang iya buku itu ada kutukan?❞ adellweist present third hypmic fanfiction