Prolog -a·mó·re-

1K 167 30
                                    

Tahu definisi cowok tsundere? Cuek di depan, namun sesungguhnya perhatian. Definisi ini cocok untuk Iqbaal, kalo kata (Namakamu).

Galak, dingin, tatapan yang mengintimidasi. Jarang bahkan ga pernah ngungkap aku sayang kamu secara gamblang kepada pacarnya. Lebih banyak perlakuan yang menjadi bukti daripada sekedar kata-kata.

"Baal." Gadis dengan rambut terurai berwarna hitam legam ini menatap mata lelaki yang berdiri tepat dihadapannya.

"Hm?" Menyahut singkat, seperti biasa. Tatapan datar namun sirat akan kasih sayang, ekspresi kelewat cuek yang sangat (Namakamu) hafal.

"Hampir jalan dua tahun, kamu masih kaya gini, kak. Aku sayang kamu bukan berarti aku ga punya batas kesabaran. Paham sama sini aku bicara apa?" Mata (Namakamu) menatap nyalang, berbicara dengan sebutan kak yang artinya gadis ini sangat serius. Iqbaal tahu itu.

"Paham."

"Cape kak, kamu udah tingkat akhir, kapan serius kuliah? Kapan berhenti bolos? Cape aku denger omongan mereka tentang kamu yang selalu buat kasus, kak."

Hening sejenak. Keduanya saling menatap tanpa suara. Hingga akhirnya (Namakamu) menghela nafas lelah.

"Jadi maumu apa?" Tanya Iqbaal setelah lama hening. Suaranya datar, terkesan begitu cuek namun serius.

"Putus."

(Namakamu) menatap Iqbaal dengan kedua bola mata yang bergetar. Entah mengapa satu kata itu lolos begitu saja dari belah bibir merah ranumnya.

Jantungnya berdegub kencang tidak karuan, bola mata yang bergerak gelisah karena takut Iqbaal marah.

Satu hal, Iqbaal marah itu menyeramkan sekali. Dan lelaki itu paling tidak sukak jika menyangkut kata pisah diantara mereka. Maka, (Namakamu) merutuki kebodohannya yang tanpa pikir panjang berkata seperti itu.

(Namakamu) semakin panik kala melihat Iqbaal melenggang pergi dari hadapannya, tanpa sepatah kata apapun.

"Kak, Iqbaal." Melangkah cepat dan segera menahan lengan Iqbaal agar lelaki itu berhenti. "Kenapa malah pergi?"

"Mau pulang."

"Pulang?"

Iqbaal menatap kedua bola mata (Namakamu) dengan tatapan menusuknya, membuat gadis itu gugup seketika ditatap se-intens itu.

"Pulang. Omonganmu udah ngaco. Kita bahas ini lagi nanti."

Lalu berjalan lagi kearah motor besarnya dan mulai menyalakan mesin motor itu. (Namakamu) masih diam ditempat, masih mencerna apa yang terjadi.

Hingga suara klakson motor membuyarkan lamunannya, Iqbaal disana sudah naik keatas motor dengan helm hitam full face nya.

"Naik." Ucapnya yang membuat (Namakamu) seketika menghampiri lelaki itu. Mengambil helm yang disodorkan Iqbaal kemudian memakainya.

Naik keatas motor dan memegang ujung jaket Iqbaal dengan jemarinya di kedua sisi jaket, kebiasaan ia ketika dibonceng oleh Iqbaal karena takut jatuh kala Iqbaal tiba-tiba saja bisa ngebut.

"Kak.." suara (Namakamu) berbisik, entah terdengar atau tidak oleh Iqbaal.

"Nanti putus, kalo aku udah nikahin kamu. Putus status pacaran diganti jadi suami istri. Sekarang jangan pernah ngomong itu lagi." Suara Iqbaal terdengar santai namun tetap tersirat keseriusan disana. Suaranya tersapu oleh angin ketika motor bergerak maju.

(Namakamu) diam. Beberapa detik setelahnya tersenyum manis, mengeratkan pegangannya pada ujung jaket Iqbaal lalu menyenderkan kepalanya pada punggung tegap itu.

Sejauh apapun ia berlari, selelah apapun ia mencoba, gadis itu pasti akan kembali lagi pada rumahnya, Iqbaal.

Satu hal yang (Namakamu) sadari, Iqbaal begitu mencintainya tanpa kata. Perlakuan menjadi bukti. Walau pria itu terkesan cuek, abai dan tidak perduli, (Namakamu) paham betul bahwa Iqbaal mencintai dirinya, sama halnya dengan ia yang begitu mencintai pria ini.

Ini tentang kita, hubungan kita. Menjalani hubungan bukan atas dasar perihal omongan orang lain. Jadi sudah sepantasnya (Namakamu) tidak memperdulikan omongan orang lain karena ini hubungannya dengan Iqbaal. Antara ia dan Iqbaal. Antara ikatan kasih sayang yang terjalin, dan serangkaian gejolak emosi yang menjalin.

"Aku percaya kamu dan hubungan kita, kak. Jangan pernah patahin kepercayaan aku."

Iqbaal mendengar gumaman itu, tanpa kata, ia hanya menarik jemari (Namakamu) untuk memeluk pinggangnya lebih erat. Tersenyum tipis sebelum kembali fokus pada jalanan dihadapannya. Membelah jalanan dengan motor besar miliknya.

Selamat datang di hubungan mereka yang penuh lika-liku, dengan berbagai macam rangkaian emosi yang akan timbul.






















—a·mó·re—♡

Next atau engga?

Kisah pacaran mereka saat masa kuliah, akan timbul berbagai macam gejolak perasaan serta emosi berkecamuk saat baca ini nanti.

Fluff kok ini, aku sukak bikin cerita yang romance, angst dikit aja.

Ini engga ada hubungannya sama cerita protective husband ya. Ini cerita baru dari aku. Semoga suka prolog nya.

Kalo banyak peminat, ku lanjut.

-salsa.

AmoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang