[3] Tsundere

898 161 14
                                    

Gadis dengan rambut terurai berwarna hitam legam ini menghela nafas, jenuh mendengar penjelasan dosen di depan, bergerak gelisah seraya menepuk-nepuk pipinya guna menjaga kesadarannya agar tetap terbangun, sejujurnya ia sangat mengantuk karena semalam gadis ini baru bisa tertidur jam dua dini hari. (Namakamu) mendengus kala matanya sangat ingin terpejam, ia jadi tidak fokus pada pelajaran.

Dirinya juga biasanya mencatat, tapi kali ini bahkan rasanya menjaga matanya untuk tetap terbuka saja sulit, bagaimana ia bisa fokus mencatat.

"Kenapa lo?" Teguran dengan tepukan pelan dibahu cukup mengagetkan dirinya, lalu menoleh mendapati Athaya yang menatapnya dengan kening menyeringit, "gue perhatiin ga fokus dari tadi? Kenapa?"

"Ngantuk gue, Tha." (Namakamu) menjawab dengan dengusan sebal, menyesal karena telah membiarkan dirinya tidak tertidur hingga dini hari padahal tahu bahwa keesokannya ada kelas pagi.

"Begadang emang lo semalem? Garap tugas? Setau gue lo bukan orang yang ngerjain tugas sampe numpuk gitu, pasti dicicil jauh-jauh hari jadi ngerjainnya ya ga sampe begadang juga. Keterbalikan dengan pacar lo yang sukak nimbun tugas" Terkekeh sekilas diakhir kalimat, Athaya menunjukkan cengiran nya kala mendapat dengusan sebal dari sahabatnya.

Benar, (Namakamu) memang gadis yang jarang begadang, pernah jika memang tugas sangat menumpuk walau sudah ia cicil, tapi tidak begitu sering karena ia pandai mengatur waktu.

"Iqbaal mah makanan sehari-hari begadang, alasannya tugas banyak padahal dia nimbun tugas, udah gue kasih tau juga tetep aja bebal." Ucap (Namakamu) ketika mengingat tabiat pacarnya itu.

"Setidaknya lo udah ngurangin tabiat buruknya, semenjak sama lo juga dia lebih bisa ngatur waktu kan? Nurut juga sama omongan lo. Hebat juga sahabat gue bisa naklukin berandal dingin macam Iqbaal."

Athaya terkekeh sekali lagi, membuat (Namakamu) juga ikut terkekeh mendengarnya. Dalam hatinya menghangat. Benar, bahwa Iqbaal lebih bisa mengatur waktu, juga lelaki itu menurut akan apa yang ia perintah demi kebaikan lelaki itu juga, walau kadang tetap bebal setidaknya Iqbaal lebih terkontrol jika bersama (Namakamu).

"Walau harus ekstra sabar punya pacar kaya Iqbaal, tapi gue sayang. Ya, mau gimana." Berbicara tentang sang kekasih membuat kantuknya perlahan menghilang, tersenyum membayangkan wajah datar Iqbaal tanpa ekspresi seperti biasanya.

"Dasar pasangan bucin." Athaya mendecak seraya memutar kedua bola matanya malas membuat (Namakamu) yang duduk disebelahnya terkikik geli. "Jadi lo kenapa ngantuk? Gue nanya malah jadi bahas pacar lo!"

"Lah lo yang mulai si tadi." (Namakamu) menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, melirik sekilas Athaya yang masih mendecak sebal kearahnya itu, "gue gabisa tidur kemarin, yaudah terobos ajalah begadang."

"Biasa juga bobo jam 9 lo bayi." Ledek Athaya yang membuat (Namakamu) seketika mendecak tidak sukak, "gue bukan bayi!" Elaknya.

"Iya iya deh utututu..." Athaya mencubit kedua pipi (Namakamu) meledek, yang langsung ditepis kasar oleh gadis itu membuat dirinya tertawa melihat sahabatnya yang jengkel. "Biarin aja gue mah ga tanggung jawab kalo lo nyusruk di jalan, paling juga nyandung bentar lagi pas jalan karena mata cuma sisa 5 watt."

(Namakamu) lagi-lagi mendengus sebal mendengar kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya, memilih abai dan berusaha memfokuskan kembali pada dosen di depan sana yang sedang menjelaskan materi. Walau rasanya percuma karena kantuk kembali menyerang.

Hingga beberapa menit berlalu, kelas untuk hari ini selesai membuat (Namakamu) mendesah lega, membereskan buku-buku yang berserakan diatas meja lalu beranjak bangkit berjalan beriringan bersama Athaya keluar kelas.

AmoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang