Bab 3 (Who is he?)

8 0 0
                                    

Minggu pagi aku berencana ingin melakukan CFD yang umumnya disebut Car Free Day atau Hari bebas kendaraan bersama Naomi. Sudah lama kita tidak melakukan rutinitas CFD bersama-sama yang dulunya kita lakukan seminggu sekali, tepatnya setiap hari Minggu. Seperti biasa jika bulan lalu Naomi yang menjemputku sekarang saatnya gilirankulah yang menjemputnya. Kebiasaan yang sudah terjeda lama itu kita lakukan karena rumah kita berdekatan atau bisa dibilang satu komplek jadi bisa berangkat bareng dan pulang bareng. Sesampainya di rumah berwarna putih elegan dengan pagar hitam tinggi yang membuat rumah itu terkesan mewah aku segera mengambil ponselku yang aku letakkan di tas waist bag dan langsung membuat percakapan WhatsApp.

"Mi, aku sudah di depan" ketik ku di kontak yang aku namai "Naomi". Tidak menunggu waktu lama tanda centang yang awalnya abu-abu berubah menjadi biru yang tandanya sudah dibaca. Seorang cowok asing bertubuh menjulang tinggi sekitar 157 an membukakan pintu. Cowok itu pun mengendarkan matanya ke segala arah sampai pandangannya berhenti tepat di aku.

"Permisi" sapaku sopan sembari melongok melalui celah pagar agar cowok itu bisa melihatku lebih jelas.

"Oh, langsung masuk aja pagernya gak dikunci" ucap cowok itu diselingi senyum tipis dan berlalu masuk meninggalkan pintu setengah terbuka. Sementara aku mengernyit bingung dengan sosok cowok itu. Papanya? Bukan, aku tahu bagaimana wajah papa Naomi dan tidak semuda cowok tadi. Kakak laki-lakinya? Jelas bukan, Naomi adalah anak tunggal, tidak punya kakak maupun adik. Aku membuka pagar yang memang tidak terkunci itu.

"Vi, ayo berangkat!" seru Naomi tiba-tiba yang entah sejak kapan sudah berjalan keluar dari pintu utama.

"Sekarang?"

"Tahun depan...Ya sekarang lah Vi"

"Oh okee" ucapku dan langsung mengikuti si pemilik rumah yang sudah berjalan mendahuluiku. Padahal aku baru saja masuk ke rumah Naomi.

Pagi ini area CFD dipenuhi orang-orang yang ingin minggu pagi nya lebih produktif dan pastinya ingin lebih sehat. Mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak remaja seperti aku dan Naomi, anak-anak balita yang digandeng dan digendong orantua mereka, dan pastinya beberapa pedagang kaki lima yang berjajar untuk menjual dagangannya pada para pengunjung CFD. Setelah aku dan Naomi puas jogging memutari area CFD sebanyak 2 kali, aku dan Naomi pun membeli sebotol air mineral untuk membasahi tenggorokan kita yang kering karena lama ber jogging memutari area CFD yang bisa dibilang panjang dan luas. Setelah membayar harga air mineral itu kita pun duduk-duduk santai di trotoar yang berada tak jauh dari pedagang penjual air mineral itu.

"Duh anak ini nelpon mulu" geram Naomi sambil mengacak-acak waist bag nya untuk mengambil ponselnya yang sedari tadi bergetar.

"Siapa sih?" tanyaku kepo sambil mencondongkan kepalaku untuk mencari tahu siapa yang dimaksud "anak ini" oleh Naomi.

"Ini kaka sepupu aku, bawel mulu dari tadi nelpon"

"Oh yang tinggi terus rambutnya kayak genderuwo itu ya?" tanyaku.

"Kok kamu tahu?"

"Tahu lah orang aku lihat dia buka pintu terus suruh aku masuk karena pagernya gak dikunci" terangku.

"Ohh, yaudah sih kamu udah tau gak penting juga". Tak lama ponsel Naomi berdering lagi. Dengan terpaksa karena itu telpon menggangunya, ia angkat dengan malas. Aku yang duduk santai menunggu di trotoar masih bingung dengan sosok sepupu Naomi tadi. Kalau dari presepsi aku sih kayaknya anaknya radak cuek.

"Yah lupa tanya nama cowok tadi lagi" batinku menyesali diri sendiri.

"Vi, pulang yuk sekalian. Kata Rey mamaku manggil aku sih ada keperluan di rumah" ajak Naomi seraya menaruh ponsel di waist bag nya dan mengambil alih jalan di depan.

"Wait?..Rey? Sepupu Naomi kah?" batinku bingung. Entahlah mungkin memang nama sepupu Naomi.

Pelangi yang Tersembunyi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang