[05.] Bahagia yang seperti apa?

344 53 75
                                    

Selamat membaca Bab kelima 🦋

Note: Cerita ini hanya fiksi belaka, ambil baiknya, tinggalkan buruknya. Semoga pesan baiknya selalu tersampaikan ke kalian 💭

Ramaikan, supaya aku cepat update!

•••••

5. Bahagia yang seperti apa?

"Assalamu'alaikum."

Abi menutup pintu rumah yang baru saja dia buka. Menatap keheningan seisi bangunan berukuran cukup besar ini.

Langkahnya mulai terdengar kearah tangga yang melingkar. Abi ingin menghampiri seseorang yang ada di dalam kamar ber cat putih tulang itu.

"Mama."

Mira, wanita setengah baya yang tampak pucat, dengan balutan cardigan rajut abu serta syal di tubuhnya, tersenyum kearah datangnya Abi.

"Abi, kamu sudah pulang."

"Iya, ma."

Abi ingin mendekat.

"Sadewa mana? Gak bareng kamu?"

Abi diam seketika, langkahnya tak dia teruskan. Lagi-lagi Abi dibuat bingung pada pertanyaan Mira yang ini, dan selalu seperti itu.

"Bi? Dewa mana?"

"Em- Dewa gak bareng Abi, ma. Dewa tadi masih ada-"

"Ada apa?" tanya Mira heran.

"Itu- tugas kelompok."

Maaf bila kali ini Abi terpaksa berbohong, dan entah sampai kapan akan seperti ini. Mira memang belum bisa semudah itu mengikhlaskan semua yang terjadi di keluarganya.

Sadewa Arthaya, adik kembar Abi. Ya, Abi memiliki kembaran. Lelaki yang baru saja pergi karena penyakit jantung bawaan sejak lahir.

Kepergian Sadewa- untuk selamanya, benar-benar membuat Mira terpukul. Mira selalu menganggap Sadewa hidup, Mira menolak untuk sadar dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Mama udah makan?" tanya Abi yang kini mencoba mendekat pada mama nya.

"Belum. Tadi mbak baru buatkan mama jus mangga. Mama mau nunggu Dewa, Bi. Biasanya kan kalau pulang, Dewa suka bawain mama bubur kacang hijau. Nanti kalau mama makan duluan keburu kenyang," ucap Mira dengan senyuman.

Abi tersenyum miris. Abi sama terpukulnya, kehilangan Sadewa bukan hal yang mudah untuk Abi lupakan. Apalagi, Abi harus terus melihat mama nya dengan ilusi-ilusi tentang Sadewa yang dia bantu ciptakan.

"Makan aja ya, ma. Takut Dewa pulangnya malam, nanti mama sakit."

"Nanti Dewa marah sama mama kalau gak makan bubur kacang nya," sahut Mira lagi.

"Dewa gak mungkin marah sama mama. Kalau mama sakit nanti Dewa malah marah. Kalau nanti Dewa pulang dan bawa bubur kacang kan mama bisa makan lagi, Abi temenin kalau gak habis," bujuk Abi.

"Ya sudah. Mama mau makan. Tapi kamu janji ya nanti temenin mama abisin bubur kacang nya," kata Mira sembari mengelus punggung tangan putranya.

BE MY BUTTERFLY [HIATUS SEMENTARA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang