🚢 Penghujung Masa Tenang

111 15 0
                                    

Genre:
HISTORICAL FICTION – ACTION

Song:
"L7: Legion" by ICE

[Cerita ini juga pernah dipublikasikan di akun NPC2301 dalam work berjudul "GenFest 2020: Historical Fiction x Action"]

[Cerita ini juga pernah dipublikasikan di akun NPC2301 dalam work berjudul "GenFest 2020: Historical Fiction x Action"]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu belasan kapal muncul dari ujung cakrawala. Dari kejauhan tampak layar putihnya yang membentang megah dan bendera hijau-merah-nya yang berkibar gagah. Penduduk setempat langsung berkumpul menyaksikan para raksasa itu berlayar mendekat dan merapat ke pelabuhan.

Mandar mengikuti ayahnya yang sudah terlebih dahulu berlari ke dermaga. Ditinggalkannya dagangan dan dipercepatnya langkah menembus kerumunan. Decak kagum terlontar dari mulut pemuda berusia 15 tahun itu ketika melihat penampakan kapal-kapal tersebut. Terlihat agak berbeda dari kapal kesultanan yang biasa dia lihat, tapi sama luar biasanya.

"Mereka siapa?" Mandar bertanya pada orang di sebelahnya.

Yang ditanyai menggeleng. "Mungkin pendatang dari benua seberang."

Seorang pria berjanggut lebat turun dari salah satu kapal dan melangkah mendekati prajurit penjaga. Orang-orang di sekitar Mandar mulai berbisik-bisik, tentang bagaimana pria itu terlihat ganjil dengan kulitnya yang seputih tulang dan matanya yang biru terang, serta betapa dia tidak terlihat seperti orang Arab maupun Cina yang biasa mampir untuk berdagang.

***

Baru sehari pendatang itu berlabuh, mereka sudah membeli banyak sekali hasil panen. Mandar mendapati ayahnya tersenyum sumringah ketika anak buah si pria janggut lebat memborong dagangannya. Cengkeh yang biasanya terjual habis dalam sebulan—kalau mereka sedang bernasib baik—laku dalam sehari. Hasil panen selanjutnya bahkan langsung dipesan di muka. Kalau ini terus berlanjut, Mandar yakin keluarganya akan kaya raya dalam hitungan tahun.

Selain itu, mereka datang ketika kesultanan sebelah sedang gencar-gencarnya melakukan penyerangan. Menurut kabar, sang Sultan sudah menggaet mereka untuk dijadikan sekutu. Sebagai imbalannya, tidak hanya diizinkan tinggal dan berdagang, mereka juga diperbolehkan membangun benteng pertahanan.

Hanya dalam hitungan bulan, Mandar terbiasa menyaksikan sosok-sosok tinggi menjulang dan berambut pirang berkeliaran di dekatnya. Awalnya kendala komunikasi cukup menyulitkan transaksi jual-beli, tapi lambat laun mereka mampu berbicara dalam bahasanya, walaupun terpatah-patah.

Namun, semua itu tidak bertahan lama. Perlahan mereka berubah, tidak lagi seramah sebelumnya. Mereka tetap membeli rempah-rempah milik penduduk, tapi pembayaran tidak lagi dilalakukan secara utuh. Dari waktu ke waktu, mereka terus meminta—tepatnya memaksa—agar harga diturunkan, bahkan sampai ke titik yang tidak wajar. Penduduk berusaha memperjuangkan haknya, tapi orang-orang asing tersebut berdalih bahwa ini adalah balasan untuk mereka yang sudah membantu memerangi kesultanan tetangga.

Interlude [Kumcer]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang