Ia mengetuk telapak kakinya, yang beralas sepatu keluaran salah satu brand ternama, dalam tempo cepat. Tak sabar menunggu penghuni dari kamar apartemen didepannya itu untuk segera membuka pintu. Ingin sekali mengumpati semua orang yang tinggal didalamnya, kecuali si bungsu tersayang, karena tak kunjung membuka kayu kokoh didepannya itu. Apartemen ini sebenarnya adalah dorm untuk grupnya, namun, karena banyak yang memilih untuk menghuni tempat tinggal milik sendiri, dorm tersebut saat ini hanya dihuni oleh salah seorang manager grup mereka, sahabatnya, dan si bungsu kesayangannya. Karena sang manager sedang keluar, tentu saja ia menghubungi pria itu tadi sebelum menuju ke tempat ini, menyisakan kedua orang lainnya yang ada disana. Ia tahu, si bungsu pasti masih tidur, karena malam tadi hingga larut asik bermain game sembari berbincang dengan dirinya melalui ponsel, dan ia tak mungkin tega membangunkan pemuda itu. Berbeda dengan sahabatnya, yang saat ini mungkin hanya sedang duduk termangu menatap dinding tanpa melakukan apapun.
Jika Lee Hyukjae tidak mengganti password dorm, tentu saja ia bisa masuk dengan mudah. Namun, sahabatnya itu justru memilih untuk tidak membiarkan anggota lain mengetahui kode pintu apartemen tersebut. Lee Hyukjae sialan, akhirnya ia mengumpat juga, walau tak disuarakan secara langsung. Kembali menekan bel pintu dengan kekuatan penuh selama beberapa kali, ia berjanji akan menendang pintu didepannya sekuat tenaga, jika dalam lima menit ke depan, tak kunjung dibukakan. Tidak peduli jika kayu itu akan lepas dari engselnya, atau alaram penyusup akan berbunyi, dirinya sudah masa bodoh akan hal itu. Ia sudah berdiri diluar hampir selama satu setengah jam, alam pun sekan ikut mengoloknya, melalui cuaca terik dengan panas yang menggigit di siang hari ini. Walau dinaungi atap sekalipun, tanpa pendingin ruang, sinar ultraviolet serta dampak kenaikan suhu yang diberikan sang mentari, dapat menembus dinding kokoh bangunan tersebut. Poin tambahan lainnya, ia sangat lapar dan belum menelan makanan yang layak untuk mengisi perut sejak pagi tadi.
Ia terlalu sibuk menggerutu, tak sadar jika orang yang ia maki sedari tadi, sudah membuka lebar pintu apartemen. Wajah itu merengut kesal, tatapan jengkel terarah padanya yang masih sibuk dengan bel pintu. "Siwon-ah, jangan merusak properti umum"
Tak menghiraukan sindiran salah satu anggota grupnya itu, ia lebih memilih untuk mengundang dirinya masuk kedalam dan mendudukkan diri diatas sofa ruang tengah. Udara didalam tentu saja terasa lebih sejuk. "Hyuk, apa kau melihat sweater ku tertinggal disini?"
"Huh? Yang mana? Kau punya banyak sweater!", Hyukjae menggaruk belakang kepalanya, melemparkan tatapan bingung pada si tinggi berkulit tan.
"Yang warnanya hijau muda..."
"Aku tidak lihat. Mungkin kau meniggalkannya ditempat lain"
Menggeleng tak setuju, ia pun melangkah menuju dapur untuk mengambil segelas air, sebelum kembali ke ruangan tadi. Kakinya membawa ia mengelilingi ruang tengah, sembari meneguk isi gelas ditangannya. "Terakhir kali aku memakai sweater itu, aku hanya datang kesini, tidak pergi ke tempat lain"
"Tapi aku tidak melihatnya", lebih tepat jika dikatakan, dirinya saja bahkan tidak tahu sweater mana yang Siwon maksud. "Kenapa kau panik sekali hanya karena satu sweater? Kau bisa membeli pabriknya jika kau mau"
Menatap lawan bicaranya itu dengan dahi yang sedikit mengerut, ia menghela nafas pelan dan meletakkan gelas kosong ditangannya pada permukaan datar terdekat. "Bukan begitu, Hyuk", Siwon menatap pintu kamar didepannya, ingin sekali mengetuk dan menyapa si pemilik kamar. Namun, dirinya terlalu tak tega mengganggu istirahat seorang pemuda manis yang ada didalam sana. "Sebenarnya, aku baru sadar, sweater ku banyak yang hilang. Aku sedikit takut kalau ternyata ada sasaeng fans yang menyelinap masuk ke apartemen ku"
"Ya ampun! Kau benar!"
Jika tidak ingat bahwa pria didepannya ini adalah sahabatnya, mungkin Siwon sudah menyumpal mulut itu dengan barang apapun yang ada didekatnya. Bagaimana tidak? Hyukjae tiba - tiba saja berteriak heboh, dan itu membuatnya sedikit terkejut. Tersenyum lebar, untuk menyembunyikan rasa kesalnya, ia meraih teman satu grupnya itu dalam 'pelukan' dan memeluknya seerat mungkin. Tak peduli jika yang dipeluk, meronta karena merasa tercekik. Terlalu sibuk dengan apa yang mereka lakukan, hingga keduanya tidak menyadari bahwa pintu kamar didepan mereka sudah terbuka lebar. Memperlihatkan seorang pemuda manis dengan rambut yang sedikit acak - acakan dan mata sayu, tanda bahwa dia baru saja terbangun dari tidur, menatap datar kearah mereka. Helaan nafas yang cukup keras dari pemuda tersebut, sukses mengalihkan atensi keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WonKyu Oneshoot Collection
FanfictionKumpulan oneshoot terkhusus untuk pasangan WonKyu. Canon, semi canon, hingga alternative universe (AU), termasuk genre, semua ditulis berdasarkan mood author. Sebisa mungkin akan tetap bersahabat rating nya untuk segala usia. . . . Tapi gak janji ya...