Milking 🔞

3.2K 103 31
                                    

"Maaf, Presdir Choi... Saya ingin mengantarkan-"

"Tinggalkan di meja. Kau boleh keluar"

"Ta, tapi Presdir Choi-"

"KELUAR!"

"Sa, saya pe, pe, permisi!"

Mendengar bentakan kasar dari sang atasan, lantas saja membuat pria tadi tergagap, sebelum berlari ketakutan, keluar dari ruangan tersebut. Beberapa detik berlalu, keheningan ruangan dipecah oleh suara robekan kertas. Lee Hyukjae yang sedari tadi menyaksikan semua kejadian itu, menghela nafas berat, sebelum berjalan mendekati sang atasan. Ia berdecak pelan ketika melihat kertas yang berada dalam map dokumen tadi, sudah berserakan diatas lantai marmer ruangan, tak berbentuk karena sudah dirobek menjadi potongan - potongan yang berbeda ukuran. Jika dirinya hanyalah seorang sekretaris, atau lebih tepat jika disebut personal assistant, ia mungkin tidak akan ambil pusing dengan tingkah tak biasa si pria yang menjabat sebagai presiden direktur. Malangnya, ia juga merangkap sebagai sahabat sang atasan, itu artinya, masalah apapun yang berkaitan dengan pria tersebut, baik pekerjaan maupun pribadi, sudah pasti akan ikut serta menjadi masalah untuknya.

"Ada apa dengan mu, Siwon? Seharusnya kau melihat proposal rancangan gedung yang dia bawa... Bukan merobeknya", memungut beberapa lembar yang masih selamat, ia menggeleng pelan saat melihat sebuah nama yang familiar disana. "Proyek ini sudah akan mulai dikerjakan bulan depan, dan kita masih belum punya cetak birunya karena sifat kekanakan mu"

"Diamlah, Hyuk. Aku sedang tidak ingin melihat proyek sialan itu", tak sedikit pun ia memindahkan fokusnya pada sang sekretaris. Siwon lebih memilih untuk melemparkan tatapan kerasnya pada dinding kaca ruang kantornya. "Pergilah. Aku ingin sendiri. Aku tidak ingin ada yang mengganggu"

"Baiklah kalau itu mau mu. Aku akan mengundur rapat hari ini dan menggantikan mu untuk pergi memantau ke lapangan. Kerjakan dan selesaikan tumpukan berkas ini sekarang", Hyukjae menjatuhkan dua tumpuk berkas diatas meja kerja pria tersebut. "Kalau semua sudah selesai, pulanglah dan dinginkan kepala mu. Jadwal kegiatan mu kosong sampai sabtu ini"

Mengambil cuti bukanlah penyelesaian masalah untuknya, justru ia akan semakin meledak jika hanya berdiam diri di apartemen. Bekerja adalah pilihan terbaik yang ia miliki, walaupun hal tersebut tidak meredakan suasana hatinya yang buruk. Lalu, mengapa tidak menghubungi kekasihnya saja dan meminta untuk menemaninya selama cuti? Mungkin itu yang akan orang lain katakan. Namun, Siwon tidak ingin mengganggu pemuda itu yang juga sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan sudah tiga hari ini mereka tidak saling bertukar sapa maupun bertatap muka, bukan karena pertengkaran ataupun cekcok, semua murni karena kesibukan kerja masing - masing. Menyisir surai hitamnya yang sedikit berantakan, ia akhirnya mengarahkan atensi pada sang sekretaris, pria itu menatapnya lekat, seakan mencoba menahan ledakan emosi. Ini baru jam sembilan pagi, dan mereka sudah berdebat mengenai hal yang menurutnya tidak penting.

"Aku tidak butuh libur"

"Jangan keras kepala, Choi. Aku melakukan ini sebagai sahabat mu, bukan sebagai sekretaris mu", Hyukjae mendecih pelan, kakinya mengetuk tak sabar pada marmer dibawahnya. "Kapan pun suasana hati mu sudah membaik, segera hubungi aku. Aku akan memberikan mu hadiah"

Tanpa menunggu respon sang sahabat, ia melangkah cepat, keluar dari ruangan tersebut. Hyukjae ingin sekali menyumpah serapahi kekasih sahabatnya itu, lalu mencubit geram dan menarik gemas pipi bulat pemuda bermarga Cho itu, namun ia tahu hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah. Jika saja proyek pembangunan gedung cabang tidak diserahkan ke anak perusahaan mereka, jika saja pemuda itu bukan bagian dari keanggotaan tim proyek tersebut, jika saja sahabatnya jujur dan mengambil tindakan sendiri untuk mengeluarkan kekasihnya dari proyek itu, semua ini tidak akan terjadi. Menggertakkan geliginya dengan kesal, ia segera menghubungi si dalang yang membakar emosi atasan sekaligus sahabatnya selama tiga hari ini. Namun sialnya, berpuluh kali pun ia mencoba menghubungi pemuda tersebut, transmisinya justru terhubung pada kotak suara. Oh, tentu saja Hyukjae tidak kehabisan akal. Mengeluarkan ponsel khusus untuk urusan pekerjaannya, ia pun menekan speed dial nomor tiga, yang akan langsung menghubungkannya dengan meja resepsionis di kantor anak perusahaan SW Group.

WonKyu Oneshoot CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang