Seperti banyaknya obrolan antara dua pecinta yang sedang duduk berdua dipinggiran taman bunga yang sedang mekar-mekarnya, berbicara tentang kucing yang sedang kejar-kejaran atau bentuk awan yang tak beraturan adalah hal yang umum dan wajar.
. . . .
Cuaca cerah disiang menjelang sore, duduk berdua dibawah pohon kecil yang rimbun oleh dedaunan yang mulai menguning. Hari itu taman lumayan ramai, tak seperti biasanya kau duduk disebelah kananku menghadap seluncuran dan melihat awan yang sedang menutupi matahari. Kau terus melamun dan bertanya
‘bub’. Katamu memanggilku dengan panggilan yang kau buat sewaktu kita SMA.
‘apa!’. Sahutku dengan memainkan rambutmu yang berterbangan ditiup angin sore. Wangi sampomu yang berbeda itu membuatku sangat ingin memainkan dan menciumnya, terasa seperti campuran strowberi dan mint.
‘eh kamu baru udah keramas ya?’. Tanyaku yang menghentikan gerakan bibirnya yang seakan ingin bertanya sesuatu yang serius.
‘ihhhh iya aku baru keramas!’. Jawabmu kesal
‘ini bau kok beda ya? Kamu ganti sampo nih?’. Tanyaku lagi yang semakin membuatnya kesal.
‘iyaaa ini aku beli kemarin malam, habisnya aku bosan dengan sampo yang kemarin’. Jawabnya menarik tanganku yang sedang menarik-narik pelan rambut halusnya itu.
‘memangnya kenapa perasaan kamu pakek itu udah dari smp gak sih? Bahkan aku pake yang sama biar kek couple goals gitu hahah’. Aku tertawa melihat dia yang semakin kesal dan mukanya yang cemberut. ‘uhh kamu jangan cemberut dong tar aku makin ngakak nih liatnya!!! Hahah’.
‘gak ada! Aku bosen aja pake yang itu jadi ganti deh’. Balasmu dengan mendorong bahuku. ‘eh kamu jangan ngalihin perhatian dong aku mau nanya sesuatu dari tadi’.
‘ngalihin perhatian? Aku mah dari lahir juga udah jadi pusat perhatian kali hahah’. Aku yang semakin tertawa melihatmu dan kamu yang semakin sebal terus mendorong bahuku menjauh.
‘apasih sombong amat! Paling yang perhatiin kamu lahir cuma keluarga kamu huuu’. Bibirmu menyebil keluar, mata kecilmu yang semakin tertutup membuat tawaku menjadi senyum kecil yang begitu bahagia.
‘iyaiya kamu mau nanya apa? Serius amat dah’. Aku yang membalasmu dengan bibir yang munyung kedepang ala emot cium di-whatsapp.
‘hmm ini sebenarnya pertanyaan konyol sih’. Katamu serius
‘apa tanyain aja?’. Aku yang mulai cemas akan pertanyaanya hanya bisa menunggu ia mengatakannya.
‘kamu ingat gak awal kita bertemu?’. Tanya kamu datar
‘iyalah jelas, kan kita sudah sering ceritain berulang tentang itu’. Jawabku yang mulai menggaruk kepala kebingungan akan perubahan situasi yang lebih cepat dari balapan F1 ini.
‘coba ceritain lagi? Aku mau dengar ceritamu?’. Katamu dengan senyum halus melihatku.
Kamu tersenyum tetapi entah kenapa aku merasa tertekan seperti ada beban besar yang mengatakan, “apabila aku salah maka aku akan tamat”. Bisikku dalam hati. Seingatku hari ini bukanlah jadwal bulananmu tapi kenapa kamu terasa sangat berbeda, sangat amat tidak biasa untuk hari yang seindah ini.
‘iya, aku ceritain dengan syarat kamu harus bersandar dibahuku ya?’. Kataku berusaha mengambil alih suasana.
‘iya nih nyender nih cepetan aku mau dengar!!’. Matanya yang menatap dari bahuku membuatku gemas dan ingin mencubit hidungnya yang kecil itu.
Cerita ini sering kami ulang entah lewat telpon, videocall, maupun langsung. Cerita ini adalah hal yang bisa dibilang sangat absurd tapi inilah awal kami bersama sampai saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/245532290-288-k610675.jpg)
YOU ARE READING
This Is Mine And Yours.
Short StoryCerita yang dibuat berdasarkan kisah pribadi saya maupun hal yang ada disekitar saya untuk menjadi cerita kita semua.