NusBi University, Jakarta
02.45 PM"Terimakasih pak." Katanya lalu membungkuk. Dia menutup pintu ruangan itu, lalu berjalan dengan tenang di lorong. Tangannya cukup sibuk memainkan kunci lokernya.
Dia menyusuri lorong loker kampus dan berhenti tepat di depan loker bernomer 64P —yang tak lain tak bukan adalah lokernya. Dia membuka loker yang terkunci itu menggunakan kunci yang sejak tadi dia mainkan.
Baru saja dia memutar kunci lokernya, tiba - tiba saja dia terdiam. Suara tawa yang tertahan mengalihkan asistensinya. Suara tawa itu berasal dari gerombolan orang - orang di belakang kanannya. Cukup terdengar jelas di telinganya.
Dia hanya menghela nafas, lalu membuka lokernya.
"Brraakk!!"
Beberapa sampah kertas dan makanan jatuh saat loker itu terbuka, diikuti tawa puas yang bahagia —diatas penderitaan orang lain dari orang - orang sekitar yang melihatnya.
Bukan. Tawa itu bukan ditunjukkan untuk dirinya. Tapi tawa itu ditunjukkan untuk orang dengan selisih dua loker darinya. Dia hanya melirik orang malang itu sekilas. Lalu kembali sibuk dengan lokernya.
"What the... Nerd?! Sial, lo menjijikkan! Ngapain lo nyimpen sampah di loker?! Ahaha!" Kata perempuan dengan rambut bergelombang pirang.
"Lo lupa kalo dia emang suka ngumpulin sampah?! Nerd sampah! Ahahah." Kata perempuan dengan rambut pendek, ditambah baju yang kurang bahan.
"Udah lah, mending kita pergi dari sini sebelom bau - bau dari tuh sampah nempel di baju kita. Nanti kita ketularan bau dia lagi. Ugh, bau si Nerd Sampah! Ahahah." Tambah laki - laki berambut cepak dengan alis mata yang tebal.
Mereka tertawa terbahak - bahak, lalu pergi melewati perempuan yang mereka juluki 'nerd sampah' itu. Sebelum berlalu dari lorong loker itu, mereka masih saja menyempatkan diri untuk mendorong - dorong si nerd. Mengejeknya, dan mentertawakannya lagi.
Perempuan malang dengan kacamata bulat itu benar - benar menjadi 'bahan' kepuasan mereka.
Sebuah botol tumbler berwarna biru terang menggelinding kearah kaki seseorang yang tak jauh darinya. Perempuan tinggi dengan pakaian serba hitam. Ditambah topi hitam yang tak pernah absen dari kepalanya.
Perempuan yang dikatai 'nerd sampah' itu mendekat perlahan dengan tubuh yang gemetaran. Cukup syok karena kejadian barusan.
Dia berusaha mengambil botol minumannya. Tapi sebuah tangan besar lebih dulu mengambilkannya untuknya.
Ah, tidak. Mempermainkannya lagi lebih tepatnya.
"Wah nerd, ini punya lo?" Kata laki - laki bertubuh jangkung yang tingginya jauh berbeda dengan perempuan itu.
Si nerd hanya mengangguk lalu berusaha mengambilnya. Tapi laki - laki itu mengangkat tangannya lebih tinggi lagi agar nerd itu tidak bisa mengambilnya. Perbedaan tinggi badan menyulitkan si nerd untuk mengambil botol tumbler miliknya.
"Ahaha.. Coba ambil kalo lo bisa!" Kata laki - laki itu. Lagi - lagi dia jadi bahan tontonan, tertawaan, dan ejekkan orang - orang disana.
"Nathan, ku mohon. Kembalikan." Pinta nerd itu. Nathan, orang yang menjahilinya hanya terus melakukan kegiatannya. Tertawa - tawa senang karena bisa menjahili di nerd.
"Ayo Nerd! Ambil!! Ahahah."
"Brugh!"
Tidak sengaja, punggung Nathan menabrak seseorang di belakangnya. Sontak dia menoleh.
Nathan menabrak si perempuan dengan pakaian serba hitam. Perempuan itu menatap Nathan dengan pandangan kesal dan terganggu tepat saat Nathan menoleh padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚈𝚎𝚕𝚕𝚘𝚠 𝙲𝚊𝚛𝚗𝚊𝚝𝚒𝚘𝚗; 𝐌𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐃𝐢𝐟𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐭 𝐌𝐞
General Fiction[𝚈𝚎𝚕𝚕𝚘𝚠 𝙲𝚊𝚛𝚗𝚊𝚝𝚒𝚘𝚗; 𝐌𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐃𝐢𝐟𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐭 𝐌𝐞] "It's Me, with Different Me." Genre : Drama, General Fiction "In a corner of my soul there hides a tiny frightened child, who is frightened by a corner where there lingers someth...