CHAPTER 1; I Think I Know Her?

48 4 22
                                    

[A/N : Kejadian yang ada di dalam cerita ini hanyalah khayalan penulis —dengan sedikit tambahan bumbu - bumbu kisah nyata di real life. Cerita ini tidak berhubungan dengan seseorang, tempat, atau organisasi tertentu. Terimakasih.]





District A2 Apartment, Jakarta

Pandangan laki - laki itu tidak pernah lepas dari perempuan dihadapannya. Matanya begitu jeli memperhatikan setiap gerakan yang perempuan itu lakukan. Dia takut jika terjadi sesuatu yang tak diinginkannya —lagi.

Sementara itu perempuan didepannya terlihat acuh terhadapnya, sambil terus melakukan pergerakan yang sama dengan tatapan tak berselera.

Tidak berselera hidup.

Tidak berselera hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"... Mau, gw bant—"

"Nggak. Nggak perlu." Potong perempuan itu cepat.

Laki - laki itu, Jaehan, menghela nafas berat. Dia menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Kepalanya terasa berat. Dia memilih memejamkan matanya sambil merilekskan tubuhnya.

"... Iry?" Panggilnya. Perempuan yang dia panggil itu menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mengangkat kepalanya untuk melihat Jaehan.

"Apa?"

"... Makasih."

"Untuk?"

"Mencegah dia melakukan hal bodoh."

Mereka terdiam beberapa saat. Iry hanya kembali menunduk dan melanjutkan aktivitasnya tanpa membalas perkataan Jaehan.

"Gw berhutang lagi sama lo. Maaf." Lanjut laki - laki itu.

Iry menghela nafas ringan, "gak seharusnya lo berterima kasih atau meminta maaf sama gw. Ini cuman kebodohannya, Jae. Lo sendiri juga tahu. Dia lelah." Jawabnya. Jaehan mengertutkan alisnya. Kepalanya semakin berat saja.

"Lo sendiri? Bukannya lo butuh istirahat malam ini?" Kata Jaehan lagi. Dia memperbaiki posisi duduknya dan kembali memperhatikan perempuan itu.

"Nanti, setelah gw selesai dengan ini." Jawabnya. Jaehan diam sejenak, lalu berdiri dari duduknya.

"Mau sesuatu untuk diminum? Gw mau buat kopi." Tawarnya sambil melangkah kearah dapur. Iry menggeleng.

"Sebaiknya lo nyiapin mainan buat Nairy." Langkah Jaehan terhenti. Dia membalikkan badannya untuk melihat Iry.

"Setelah ini Nairy?" Tanyanya memastikan sekali lagi. Perempuan itu mengangguk.

"Apalagi yang dia butuhkan?" Tanya Jaehan sambil kembali melangkah ke dapur. Iry menatap langit - langit ruang tamunya. Sedikit terdiam beberapa saat.

"Susu putih dan cookies? Akhir - akhir ini dia merengek meminta itu terus."

Jaehan tersenyum kecut mendengarnya. Susu dan cookies, salah satu cemilan kesukaan Nairy. Anak itu cukup terbiasa disediakan susu putih dan cookies untuk cemilan malam sebelum tidurnya.

𝚈𝚎𝚕𝚕𝚘𝚠 𝙲𝚊𝚛𝚗𝚊𝚝𝚒𝚘𝚗; 𝐌𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐃𝐢𝐟𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐭 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang