02

135 22 14
                                    

Selamat membaca:)


???



Wooseok tahu hal apa yang lebih gila daripada perjodohannya, yaitu pernikahannya, yang diadakan hari ini, hari ini!

Wooseok sedaritadi berjalan mondar-mandir layaknya setrika panas. Ia tampak berpikir lama.

"Aku kabur aja gitu, ya?" gumamnya.

Ia tidak tenang sama sekali. Ide sang ibu memang sangat mengejutkan Wooseok, karena seminggu setelah Ibunya memberitahu akan menjodohkannya dengan seorang pria, ia langsung mengatur pernikahan anaknya, hari ini juga. Wooseok bahkan belum tau siapa calonnya. Rasanya ia ingin menangis.

Ingin rasanya ia kabur dari tempat ini, lalu berlari ke jalanan, dan diselamatkan oleh pria tampan yang akan menjadi jodohnya. Wooseok tahu kisah itu hanya hidup didalam sebuah sinetron atau telenovela, tapi ia rasa itu lebih baik, daripada menikah dengan orang yang bahkan tak ia kenal wajahnya.

Wooseok mengusak surainya kacau. Apa yang harus ia lakukan?

Ia bingung, sungguh.

Terlebih, ia telah memakai setelan tuxedo putih, yang artinya ia sudah siap untuk melaksanakan upacara pernikahan. Ia hanya sedang menunggu calon suaminya.

'Yohan, bantuu!' Dalam hatinya ia berteriak minta tolong pada temannya itu.

Ttok

Ttok

Suara ketukan terdengar. Wooseok sontak gelalapan tak karuan. Apa calonnya sudah datang?

"Wooseok, kamu udah siap, nak?"

"U-udah, ma."

Tanpa babibu sang mama langsung memasuki kamar anaknya, melihat rambut anaknya berantakan, ia pun berinisiatif merapikan rambut Wooseok.

"Ma, Wooseok takut," ungkap Wooseok jujur. Karena memang ia ketakutan.

"Takut kenapa?" tanya sang mama lembut.

"Takut sama calon suami Wooseok-"

"Dia bukan aki-aki, kok." Sang mama memotong perkataan Wooseok.

"Bukan gitu, ma, masalahnya itu, aku takut calon suami aku itu bakal ngelakuin aku semena-mena, terus aku dibikin sebagai budak sexs, terus dia selingkuh sama cewek cantik, terus kami harus pura-pura saling cinta, padahal aku tersiksa, terus aku dibunuh suamiku karena...." Wooseok berpikir lebih lama, "Karena-nggak tau deh, pokoknya aku dibunuh, terus dia hidup bahagia sedangkan aku tersiksa," jelasnya dramatis.

"Kamu pikir hidup kamu itu cerita wattpad?"

"Lha? Mama baca wattpad juga? Asikk!"

Ny.Kim menggelengkan kepalanya. Ia menatap Wooseok lembut. "Seok, mama yakin hal itu nggak akan pernah terjadi, kalau pun iya, pulanglah ke rumah, ada mamah di sini." Ny.Kim melemparkan senyum lembut pada sang anak.

Wooseok menatapnya tak kalah lembut.

Alasan mengapa Ny.Kim mengatur pernikahan tanpa memperkenalkan keduanya, karena ia takut Wooseok tidak menyetujui pernikahannya karena ketakutan melihat wajah Seungwoo. Wajah Seungwoo memang menakutkan kadang-kadang, tetapi ia tidak seperti itu. Menurut Ny. Kim, Seungwoo baik, makanya ia tidak ragu-ragu menjodohkan anaknya dengan Seungwoo.

Lagipula, sang mama ingin cepat-cepat pernikahan ini segera terjadi. Toh, Wooseok telah setuju, jadi ia yakin Wooseok tidak akan kabur ketika menatap wajah Seungwoo di altar Gereja. Walau keputusannya salah, iya, setidaknya ia harus memperkenalkan keduanya, setidaknya hanya saling bertukar nama, agar tidak begitu canggung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nikah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang