🕊️[Bagian 21]🕊️

18 1 0
                                    

Dengan langkah terburu-buru Lyza memasuki kamarnya. Ia terus merutuki keteledorannya, kenapa ia tidak ingat mengenai kamar mandi yang rusak yang mengharuskan Athan menggunakan kamar mandinya? Tau seperti itu, Lyza akan menyuruh Athan menggunakan kamar mandi bi Asih.

Bukan kenapa-napa, cuman tadi gue lupa belom beresin kamar gue, mana berantakan banget lagi. Malu geh kalo Kak Athan tau~lyza.

Lyza menetralkan napasnya akibat dirinya yang berlari menaiki tangga, tangannya terulur mengetuk pintu kamarnya sendiri.

Tok!Tok! Tak ada sahutan,

"Kak, Kak Athan" panggilnya, masih tak ada sahutan. Mungkin Kak Athan lagi mandi, gue masuk aja deh~Lyza

Setelahnya ia memutar knop pintu, dan benar saja Athan tengah mandi.Setelah meletakkan pakaian milik ayahnya di atas kasurnya dengan kecepatan ekstra Lyza mulai membereskan kamarnya yang seperti  sebuah kapal pecah, tidak sama sekali mencerminkan kamar seorang perempuan yang terkenal rapi.

"Jorok banget sih Lo Za!" Dumal pada dirinya sendiri. Lyza memunguti plastik bekas makanan ringan, ia merasa heran dengan banyaknya bungkus makanan yang telah ia habiskan. "Gila masa sih gue makan segini banyaknya?"

Lyza berbalik untuk membuang bungkus itu ke dalam tong sampah di pojok pintu kamar mandi, Lyza berjongkok memasukkan sampah itu. Dan bersamaan dengan itu, Athan keluar dari kamar mandi.
Lyza terdiam lama, jantungnya berdegup begitu cepat. Seakan raganya lemas tak berkutik. Ia tak mampu mendongak, tatapannya hanya jatuh pada kaki Athan.

Bahkan, matanya memejam. "Kenapa Lo?" Tanya Athan sembari mengusap rambut basahnya.

Kenapa kata kak Athan?  Tak tau kah dia kalo jantung gue mau copot? ~Lyza.

"Bajunya mana?"

"A-ada di-disana" gagap Lyza menunjuk ke arah kasurnya.

"Kenapa Lo kok jadi gagap?"

Ingin rasanya Lyza menenggelamkan seseorang di hadapannya ini. Tidak tahukan Athan, jika Lyza susah payah mengeluarkan suara yang tiba-tiba saja tercekat ini?

Lyza menggeleng dalam menunduknya, "kok tumben nunduk, mana rasa percaya diri Lo?" Sentak Athan yang kini bersender dengan santainya.

Lyza menggeleng lagi, hanya itu yang mampu ia lakukan. Sungguh ia tidak mampu berkutik, harusnya ia merasa senang. Dengan melihat Athan secara dekat bahkan, kini hanya mengenakan handuk kimono. Kesal tak ada sahutan, Athan menyusul Lyza berjongkok. Dan mengangkat dagu Lyza dan mulai menelisik ke adaan Lyza. "Kok mukak Lo merah? Lo sakit?" Lyza menggeleng.

Jujur Lyza sangat bingung sekarang, kenapa Athan begitu aneh, tidak seperti biasanya. Jika seperti ini Lyza tidak mampu berkutik. "Buruan mandi gih, Lo juga basah tuh" ujar Athan dan berjalan mengambil pakaian yang telah Lyza siapkan. Lyza kembali terpaku, ingin rasanya ia terbang.
Ini mimpi bukan sih?  kalo ini mimpi jangan bangunin ya, biarin gue mimpi indah. Suwer ini mimpi indah banget~Lyza.

"Woy! Denger nggak sih? Apa perlu gue mandiin?" Sentaknya saat Lyza masih berada di tempat tanpa berkutik. Dengan cepat Lyza memasukkan sampah pada tempatnya, "iya denger Kok Kak,".

Tuk! Saat dirinya berbalik, Lyza kembali ternganga dikala dahinya menatap dada bidang milik Athan. Beruntunglah Athan telah mengenakan pakaiannya, "kapan Kak Athan make bajunya?" Pikir Lyza. 

"Nih, buruan mandi!" Sentak Athan melemparkan handuknya ke Lyza. Padahal jarak antara mereka tidaklah jauh, kenapa harus dilempar segala? Pikir Lyza lagi. Setelah itu Athan meninggalkan kamar Lyza, barulah Lyza dapat menetralkan napasnya kembali. Berdekatan dengan Athan membuat jantungnya tak sehat. Tapi, berjauhan dengannya membuat hidupnya tak bermakna.  Hahaha. Terus gue kudu gimana?~Lyza.

Fatkhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang