Sudah satu bulan sejak kali terakhir dia bertemu dengan Taeyong, selama itu Jisoo terus memperhatikan penyebab Taeyong menjadi serapuh itu.
Lee Taeyong, seorang pria yang memiliki istri dan satu anak perempuan berusia dua tahun. Jika dilihat dari luar, orang-orang akan berpikir kalau Taeyong dan istrinya adalah pasutri yang saling mencintai.
Namun, fakta berbanding terbalik dengan apa yang terlihat. Lee Taeyong, seorang pria yang memutuskan menikah muda ditinggal pergi oleh istri dan anaknya. Alasannya? Karena ketenaran Taeyong sebagai pianis yang mulai menurun, stasiun televisi tidak mengundangnya lagi, begitupun dengan teather musikal. Semua penolakan itu diterima karena penyakit Hemoptisis yang dideritanya.
Manusia memang begitu, ketika tenar maka orang-orang akan berbondong-bondong mendekatinya lalu ketika jatuh, mereka bersikap seolah tidak mengenal sosok yang dulu mereka puja.
Jisoo memperhatikan lagi keseharian Taeyong, tinggal sendirian didalam rumah besar tanpa ada yang menemani, hanya rasa sepi yang setia bersama pria itu.
"Kau memperhatikannya lagi?." Ten muncul entah darimana, apa pria itu penguntit?.
Jisoo mencoba sabar meski kesabaran bukan hal wajar bagi kaum mereka.
"Sudah berapa manusia yang kau ajak ke neraka?." Tanya Jisoo mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Sebentar, mungkin lima atau enam manusia." Jawab Ten sambil menghitung dengan jemarinya.
"Cukup bagus untuk pemula sepertimu."
"Aku ini bukan tipe pemilih, aku cukup berkeliaran dijalananan dan aura keputusasaan itu berkumpul disana. Kenapa harus mencari yang sulit jika ada yang mudah." Jelas Ten yang tampak membanggakan dirinya.
"Kau mengejekku?."
"Ah-tidak, mana berani." Ten kembali terbang meninggalkan Jisoo, sepertinya hobi Ten hanyalah menganggu Jisoo.
Jisoo mengepakkan sayapnya dan kembali menapakkan kakinya didalam kediaman Taeyong. Kali ini ia tampak sedang membuka album-album lama miliknya, Jisoo penasaran dan sedikit mengintip kegiatan Taeyong.
"Oh, jadi itu mantan istrinya, sangat tidak cocok denganmu." Jisoo bergumam ketika Taeyong sibuk mengusap foto-foto didalam album pernikahannya menggunakan jemarinya.
Taeyong menolehkan pandangannya berkhayal kalau dia mendengar bisikan mengenai mantan istrinya itu. Jisoo yang sadar akan kepekaan Taeyong segera menutup bibirnya gunakan jemari.
"Harusnya aku tidak bersuara sekeras itu." gumam Jisoo yang lantas duduk dihadapan Taeyong, mungkin sudah menjadi kebiasaan bahwa kaum iblis tidak akan lari meskipun bisikannya terdengar oleh manusia.
"Ternyata kau masih mencintai mantan istrimu itu ya, pria yang sangat setia." Jisoo bukannya memuji namun ia mencaci akan kesetiaan Taeyong dalam hal percintaan, sudah dikhianati masih saja berharap bisa kembali.
"Jian, ayah rindu padamu."
ohh.. salah menerka, ternyata yang dirindukan adalah anak perempuannya, namun siapa peduli toh anak dan istrinya sudah mencampakkan pria ini. Hanya tinggal menunggu waktu saja sampai Jisoo bisa membawa pria ini masuk kedalam jurang keputusasaan, bermain sebentar dengannya bukanlah hal buruk.
Taeyong kini menutup album foto yang sedikit berdebu itu, sekilas Jisoo melihat pria itu menyeka air mata yang menggenang dipelupuk matanya. Tidak ada rasa ibu, Jisoo lantas sangat menikmati ketika kaum manusia merasa frustasi seperti sekarang ini. Dan lihatlah sekarang, Taeyong malah memeluk erat album berdebu itu, apa debu itu tidak menganggu kesehatan paru-parunya? tapi kenapa dia peduli? semakin parah sakitnya malah semakin mudah dia menyeret Taeyong untuk ikut bersamanya.
YOU ARE READING
Devil's Cry - Taeyong ft Jisoo ☆
FanfictionTakdir menolak mempersatukan mereka, dipertemukan untuk kembali berpisah, apa sebuah tekad mampu untuk mengubah semuanya? ©Pandraxion 2020