Disebuah tempat terpencil, di Lombok timur, ada seorang bujangan tampan nan Soleh, yang berstatus sebagai Sarja Muda dibidang Akuntansi, sedang duduk kebingungan seraya meratapi nasibnya yang belum juga mendapatkan pekerjaan sesuai bidang yang digelutinya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia mengajar ngaji disebuah mushala yang terbuat dari susunan bambu dan atap yang terbuat dari daun kelapa. namanya Shabir, dia tinggal disuatu desa terpencil, tepatnya dilereng gunung Rinjani.
Dia tinggal bersama seorang adiknya yang duduk dibangku sekeloh menengah pertama, dan seorang ibu yang sudah berusia senja. Ayah Shabir telah meninggal ketika dia lulus SMA. Hari-hari nya dipenuhi akan banyak pertanyaan tentang nasib dan hidupnya. Terlebih, mengenai mimpinya untuk hidup dengan layak.
Hingga di suatu hari menjelang siang, matahari semakin terikdan menjulang tinggi, Shabir sedang melamun dan meratapi hidupnya yang serba kekurangan.
"Mengapa aku belum bisa kaya, aku kan seorang sarja berprestasi, mengapa aku belum dapat pekerjaan?" Tanya Shabir dengan penuh penasaran.
"Langit terlihat sangat dekat, namun sulit untuk di dekap. Bumi terlihat luas, namun sulit untuk dipijaki disetiap sudutnya. Bukankah itu melambangkan kekayaan, namun mengapa dunia ini begitu tidak adil?" Terus Shabir
Sejam lamanya dia merenung dan memandang langit berwarna biru yang di hiasi tumpukan awan. Tiada satupun jawaban didapatkan saat itu.
Hingga tiba-tiba,,, suara dentuman, suara yang dikenal berasal dari tempat suci, bersorak-sorak dengan keras dan berirama, yang kemudian di teruskan oleh lantunan kalimat berbahasa Arab
"Duh duh duh, dug dug, dug, dug dug dug..."
"Allahu Akbar Allahu Akbar..." Suara adzan berkumandang dengan lantang melalui corong masjid.
"Alhamdulillah, Terimakasih Yaa Allah atas Rahmat-Mu, aku masih bisa mendengarkan seruan-Mu untuk," jawab Shabir seraya mengangkat kedua tangannya.
Kemudian dia beranjak dari singgsananya menuju tempat wudhu untuk mensucikan diri. Bukannya fokus dengan berwudhu, di kepalanya masih terngiang ngiang pertanyaan yang di ajukan kepada dirinya sendiri tadi. Hingga, dia lupa untuk membasuh kepalanya ketika berwudhu. Yang mana, ini merupakan bagian wajib dari berwudhu.
"Astaghfirullahal'adzim, astaghfirullahal'adzim, astaghfirullahal'adzim," sautnya dalam hati.
"Kok aku bisa lupa kalau aku belum membasuh kepala," lanjutnya sambil menepuk jidat.
Kemudian dia mengulang kembali wudhu dan setelah itu melangkah ke tempat shalat. Dia menggelar kain bersih yang biasa dia gunakan untuk bersujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Biggest Plan of God
SpiritualThis story was created from true story of one's life pertaining to his desire not to be patient and willing in working. The stars are Shabir as a main character, whose impatience and doubtfulness in this life. Though he had graduated as a gift stude...