Kejadian itu mengubah obsesi Shabir yang terpaku kepada urusan dunia menjadi lebih ikhlas untuk menjalankan aktivitasnya seperti biasa.
Pada malam hari, ketika Shabir sedang mengajar ngaji, seorang pria dermawan, namanya pak Ariyanto, datang ke TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur'an) untuk menemuinya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," sapa bapak itu kepada semua santri/santri Wati dan shabir.
Dengan pakaian jas hitam dan kemeja biru yang begitu rapi dan terlihat elegan, membuat Shabir dan semua santrinya terkejut dengan kedatangan pak Ariyanto. Sebab, untuk pertama kalinya seorang berpenampilan layaknya Wakil Rakyat mengunjungi tempat tinggal Shabir, bahkan langsung menuju TPQ tempat dia mengajar
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," saut Shabir dan semua santrinya dengan perasaan heran.
Shabir bergegas menuju pintu masuk dan segera menjabat tangan pak Ariyanto.
"Ada apa gerangan bapak datang kemari, baru pertama kali seorang berpendidikan menginjakan kakinya ditempat ini," tanya Shabir dengan suara rendah.
Pertanyaan Shabir membuat seorang yang sebenarnya berprofesi sebagai pembisnis ini merespon dan membukaa sedikit mulutnya dengan senyuman. Dia menyampaikan niat baiknya untuk menawarkan Shabir sebuah kesempatan untuk bekerja di perusahaan miliknya. Raut wajah penasaran membanjiri wajah Shabir akan niat bapak ini, sesekali dia mengingat apakah pernah dia berjumpa dengannya. Namun, dengan yakin dia tidak pernah bertemu pak Ariyanto sebelumnya.
"Kau pasti bingung akan hal ini,"
"Apakah kamu tidak ingat tiga tahun lalu diacara wisudamu, kamu memberikan sepeser hartamu untuk ku yang sedang....."
"Allahu Akbar, iya aku ingat bapak yang duduk di samping pohon jati itu bukan" tegasnya sambil memotong kalimat pak Ariyanto.
"Masyaa Allah, bapak sekarang menjadi orang besar dan sukses, memang kuasa Allah begitu besar. Dia membalikkan keadaan suatu hamba dengan tangan-Nya sendiri." Terusnya dengan mata yang berkaca kaca.
Akhirnya, setelelah setengah jam lamanya berbincang-bincang, dan para santri pulang kerumah masing-masing, Shabir memutuskan untuk menerima tawaran Pak Ariyanto untuk bekerja di perusahaannya sebagai eksekutif menejer di perusahaan properti. Berkat ilmu akuntasi yang dimiliki diwaktu perkuliahan dulu, dia meyakinkan diri untuk mampu memberikan kinerjanya yang terbaik.
Setelah 3 bulan bekerja, pak Ariyanto melihat kinerja Shabir begitu memuaskan, hingga dia memberikan fasilitas berupa rumah dan kendaraan sebagai hadiah berkat kerja kerasnya. Akhirnya, Shabir mendapatkan apa yang dicita-citakan sejak dulu.*T A M A T*
KAMU SEDANG MEMBACA
The Biggest Plan of God
SpiritualThis story was created from true story of one's life pertaining to his desire not to be patient and willing in working. The stars are Shabir as a main character, whose impatience and doubtfulness in this life. Though he had graduated as a gift stude...