Part 2

429 65 31
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Samatoki membawa mobilnya langsung ke lokasi festival diadakan. Ichiro sendiri yang menyuruh agar tidak dijemput karena katanya bisa jalan sendiri.

Bingung harus parkir dimana, Samatoki memutuskan memarkir mobilnya beberapa meter di depan stand-stand paling ujung. Ia berada di posisi yang jauh dari lampu. Tidak apa-apa gelap, yang penting ia tidak menghalangi jalan.

Riuhnya suasana festival di malam berbintang menemani Samatoki yang berdiri sendiri, dengan wajah tertekuk dan postur badan yang mulai bungkuk. Dua jam berlalu tanpa ada tanda-tanda kedatangan Ichiro. Mulut Samatoki tak bisa berhenti menggerutu.

Beruntung Samatoki cukup mampu untuk membeli mobil sehingga tak perlu menghabiskan waktu tujuh jam berjalan kaki dari Yokohama ke Ikebukuro untuk menemui sang kekasih. Lagipula siapa orang gila yang akan melakukan itu kalau ada kereta yang bisa digunakan sebagai alternatif lain.

Ah.

Sekarang kesampingkan soal mobil dan estimasi waktu tadi. Samatoki tak peduli akan dosanya yang semakin menggunung. Keterlambatan Ichiro berpengaruh pada ekspresinya yang tampak siap memakan orang hidup-hidup. Bahkan anak kecil yang tak sengaja melihat wajahnya pun segera berlari memanggil ibunya.

Iya, memang seseram itu. Dan akan bertambah seram seiring bertambah lamanya Ichiro datang.

Apa yang sedang dilakukan Ichiro? Mengapa lama sekali? Samatoki yakin ia akan berdebu jika terlalu lama berdiri sendiri di sana.

Banyak hal yang telah Samatoki lakukan. Ia sudah mengirim pesan, menelpon, dan seluruh cara yang sekiranya bisa dilakukan untuk menghubungi Ichiro, namun tak sedikitpun Ichiro menyisihkan waktu untuk memberinya jawaban.

Kenapa tak langsung datang ke rumahnya saja?

Kemungkinan terbesar jika Samatoki datang ke rumah tanpa persetujuan Ichiro terlebih dahulu maka ia akan ditolak mentah-mentah oleh kedua setan penunggu rumah, seperti kejadian sebelumnya saat ia bertengkar dengan Ichiro perihal action figure yang diinginkan Ichiro namun Samatoki menolak untuk membelikannya.

Di akhir, Samatoki berinisiatif membelikan makanan, rela datang dari laut Yokohama demi sang kekasih yang tengah merajuk, berharap ampunan dosa dari cintanya.

Namun sialnya,

Ketika pintu dibuka,

Wajah pertama yang menyambutnya adalah wajah iblis dengan mulut pedas yang memberi tatapan amat merendahkan walau Samatoki datang membawa setumpuk makanan. Tolong tanyakan langsung pada Samatoki di mana makanan-makanan tersebut dibeli.

Demi Tuhan, jika Saburo tidak bermarga Yamada dan tidak ada ikatan darah dengan Ichiro maka Samatoki benar-benar sudah memukulnya tepat di wajah.

Baik, baik, kejadian itu sudah cukup lama, jadi mari kesampingkan juga tentang yang satu itu. Samatoki muak mengingat apa yang seharusnya sudah ia kubur agar tidak memupuk dendam pada calon adik ipar.

Waktu terus berlalu dan Ichiro belum juga menampakkan batang hidungnya. Kesabaran Samatoki mulai terkikis.

Samatoki mengeluarkan ponselnya dan hendak menghubungi Ichiro lagi, sampai tiba-tiba—

— ia mendapat notifikasi bahwa kontaknya diblokir.

"...hah?" Ponselnya ditatap nanar, tak percaya kekasihnya tega memblokir kontaknya. Beruntung ia dapat menahan diri untuk tidak spontan melempar ponsel ke tengah kerumunan. Keinginannya untuk menggigit ponselnya pun tertahan, ia tak ingin jadi pusat perhatian walau berada di sisi kegelapan.

Emosinya diwakili oleh decakan kencang. Rahangnya mengeras. Ia butuh sesuatu untuk ditendang.

Air muka Samatoki semakin keruh. Ia memutuskan untuk menunggu Ichiro sebentar lagi, dan akan benar-benar pulang jika Ichiro tak segera datang.

Rumah HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang