Part 4 Rain

1.6K 236 8
                                    

Jangan Lupa Vote. Gue Udah Up 2 Chapter nih buat cerita ini 😊😊
.
.
.

War memandang langit mendung dengan senyum simpul. Dia suka suasana hujan. Dingin tapi menangkan hatinya. Karena cuaca yang seperti ini membuat udara disekitar terasa lembab.

Hari ini adalah jadwal dia untuk bertemu dokter super cerewet yang akan terus menganggu hidupnya sampai dia datang kepadanya.

Sepanjang hari ini hanya ada awan hitam tanpa hujan. Melihat langit yang berwarna hitam pekat, membuat War berdoa dalam hati agar hujan turun.

Langkahnya terhenti saat merasakan setetes air membasahi wajahnya. Mendongak melihat langit, hujan. Keinginannya terkabul. War mengadahkan tangannya ingin merasakan tetesan hujan membasahi telapak tangannya.

Ketika orang lain berjalan cepat atau berlari untuk mencari tempat berteduh, maka War akan tetap berdiri di tempat yang sama tanpa ada niatan untuk berteduh.

"Saat hujan datang, pejamkan matamu. Dengarkan suaranya dan rasakan ketika hujan membasahimu. Saat kamu melakukan kedua hal itu, semua beban dihatimu akan hilang bersama hujan. Dia akan memberikan kekuatan untukmu"

War tersenyum, senyum tulus dari dalam hatinya. Kalimat ibunya yang akan selalu dia ingat sampai kapanpun. Kalimat yang membuatnya bisa bertahan hingga saat ini.
Alasan kenapa dia sangat menyukai hujan.

Hujan semakin deras membuat War basah kuyup, namun dia sama sekali tidak terganggu dan masih diam di tempatnya, membiarkan hujan terus mengguyur tubuhnya.

"Kurasa tidak baik jika terkena hujan terlalu lama." Suara orang lain menginterupsi War. Membuatnya membuka kedua matanya kembali.

War mendongak, melihat payung hitam berada di atas kepalanya, lalu garis pandangnya turun menuju tangan besar yang memegang gagang payung.

"Kau!" War ingin mundur selangkah tetapi orang didepannya mencegah dengan memegang lengannya.

Menarik War agar tidak melangkah mundur, bukan tanpa alasan dia melalukan hal itu, melainkan agar War tidak terkena hujan lagi.

Mengangkat satu alisnya dengan dahi menggerut. . "Bertemu denganku begitu menakutkan?"

Orang didepannya tidak menggunakan nada dingin atau hangat. Tapi dalam nadanya masih ada sedikit kesan acuh yang sempat ditangkap oleh War.

Bukan War takut, dia hanya terkejut melihat Yin ada disini. Orang yang memegang payung tidak lain adalah Yin, orang yang untuk saat ini War hindari.

Tadi pagi anak buah Prom baru mengirimkan semua data tentang Yin. War belum sempat membacanya, dia juga belum memiliki rencana untuk mendekati Yin.

Kali ini War tidak hanya menggoda tapi juga harus membuat Yin jatuh cinta padanya. Mungkin benar Yin bisa dia goda tapi untuk jatuh cinta padanya hingga di titik dia akan memberikan segalanya pada dirinya akan sedikit sulit. Semakin sulit, semakin bersemangat War untuk memenangkannya.

"Apa yang kau lakukan dengan berdiri dibawah hujan seperti ini?" Tanya Yin sekali lagi.

War tidak berniat menjawab pertanyaan Yin, dia hanya memandang Yin dengan lekat. Dengan sengaja berusaha menyelami dan menembus mata hitam pekat itu.

Melihat War tidak menjawab pertanyannya dan hanya diam melihatnya tanpa berkedip membuat hati Yin gatal seperti kesemutan. Dia sudah biasa melihat mata yang memandangnya dengan penuh kekaguman, pujaan atau godaan seperti bagaimana War memandangnya di Club tempo hari.

Kali ini pandangan War sangat berbeda dari sebelumnya. Yin baru kali ini mendapatkan pandangan seperti itu. Mata indah itu tidak memancarkan kekaguman maupun pujaan tapi cara War melihat Yin seperti seseorang melihat orang yang paling dia cintai didunia ini.

[END] BLACK IN WHITE ■ YinWarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang