'6' G O H O M E

20 8 0
                                    

Halo Chingu 🫶🏻

Ini adalah book kedua dari Series Indigo
Book pertamanya adalah Ara's Diary ft. NCT Lee

Tenang aja! Baca series ini ga perlu urut kok!

Jangan lupa tekan ⭐ sebelum membaca
Dan tinggalkan jejak kalian di kolom komentar

Aku tunggu ya...
Il
I
Sam

Terima kasih Chingu🫶🏻

Happy reading 💙

------++++++-------++++++-------

Kami sudah bersiap, sambil melakukan packing. Kami tadi baru saja melakukan senam pagi yang dipimpin oleh Jimin Hyung dan Haechan Hyung. Sekarang, anak kelas sepuluh merapikan sendiri tenda mereka. Bus akan datang dalam waktu empat puluh lima menit lagi. Kami sudah melakukan upacara penutupan, sebelum senam tadi.

Sekarang, seperti biasa. Goome dan Hana menyediakan makanan untuk anak kelas 10 dan panitia lainnya. Tentunya, di bantu Arin Nuna. Arin Nuna duduk sendirian di tempat saat dia dilempar batu. Tak ada yang bersama, aku berusaha mendengar suaranya. Ah, dia sedang menelpon adiknya. Aku mengangguk pelan dan berjalan menuju tempat panitia SC lainya.

"Arin Nuna diculik!" ucap sepupu kecilku, Kang Taehyun.

Seketika, rahangku mengeras tanpa komandoku. Wajahku berubah beringas, aku yakin itu. Pak Baekhyun mengendurkan dasinya, dia meminta kepada panitia lain supaya tak ada yang tau hal ini. Dia juga meminta kepada Taehyun supaya diam dan tutup mulut. Kak Jaehyun dan kak Jungkook bertatapan sejenak, aku yakin mereka juga kesal dengan perilaku Jimin Nuna.

"Ini sudah keterlaluan!" ucap pak Byun.

"Soobin! Kau mau kemana! Disini saja!" ucap pak Byun sedikit meninggikan nadanya.

Sayangnya, aku sudah gelap mata. Tidak boleh begini, aku tak peduli kalau tindakanku akan dilaporkan oleh pak Kim, atau pak Byun, atau pak Kyung kepada Ayahku. Arin Nuna, adalah satu satunya temanku. Aku akan menjaganya dengan baik. Aku berlari kecil, meski sedang kalut, aku tak boleh membuat adik kelas kami ketakutan.

Aku berusaha keras menggunakan instingku. Aku menemukan scraf neon Arin Nuna tergeletak di tempat awal. Dengan scraf ini saja sudah cukup. Aku berlari masuk ke Hutan, aku sedikit kesal karena Sir. Boscha tak ada disana untuk membantu Arin Nuna. Tapi aku kembali ingat, Sir. Boscha bukan tuhan. Tak ada alasan bagiku untuk bergantung padanya.

Aku tak menunggu waktu lama, saat aku melihat Arin Nuna terus memundurkan badannya, ketika ada dua lelaki beringas sedang mencoba melucutinya. Kakinya berdarah, aku tau itu. Salah satu dari lelaki itu pasti menimpuknya dengan batu. Aku tersenyum miris melihat Arin Nuna dalam keadaan seperti itu.

Hidungnya mimisan, pelipisnya berdarah, pergelangan kaki kirinya patah, dan baju koyak. Aku menghela nafas, sebelum akhirnya aku menerjang salah satu tubuh mereka. Ku pikir, pergerakan mereka cepat juga, mereka sudah hampir melucuti Arin Nuna. Kalian tau kan? Bagaimana pertarungan 2 lawan 1 akan terjadi?

Ya! Aku ditahan salah satu diantara mereka, dan yang lainnya memukuliku. Mereka bermain kotor denganku! Berdasarkan kamusku! Aku juga boleh seperti itu. Aku menutup mataku pelan, dan mulai merapal sesuatu. Urusan Arin Nuna akan membenciku karena sihirku, itu nanti saja. Sekarang, aku harus bisa membawa Arin Nuna pergi dari sini.

Dia tidak boleh terluka. Setidaknya, tidak boleh ketika aku mengetahuinya. Lelaki dihadapanku terpental sejauh 97 meter, lelaki di belakangku sepertinya masih terkagum dengan sihirku. Aku menyikut dadanya dengan siku kananku. Lelaki ini tingginya 172 CM mungkin? Aku jauh lebih tinggi darinya, jadi sangat mudah bagiku membalik keadaan.

Call Me Choi | Choi Soobin of TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang