✜✜✜
"Kertas origami ada, Pak?"
Bapak penjaga koperasi sekolah itu mengangguk sambil tersenyum. "Mau berapa?"
"Dua, ya."
"Bapak ambil stok di gudang dulu, ya," ucap bapak itu yang langsung dibalas anggukan si pembeli.
Sembari menunggu, remaja berusia enam belas tahun itu menggunakan earphone, lalu menyetel musik dari ponselnya. Sesekali, ia menggumamkan lirik lagu yang sedang terputar.
"Hansungan sarajin neo sa sarajin."
Hidupnya sangat monoton. Ditinggal orang tuanya pergi sejak kecil membuatnya tumbuh menjadi sosok yang pendiam. Ia tak pernah keluar rumah selain untuk ke sekolah. Oleh karena itu, seharusnya sekolah menjadi tempat untuknya berekspresi. Namun, segelintir manusia di sekelilingnya membuat sifatnya di rumah terbawa sampai ke sekolah.
"Ini, Dek."
Si pendiam itu lantas memberikan uang dan menerima kertas origami yang diberikan bapak penjaga koperasi sekolah, tak lupa ia mengucapkan terima kasih sebelum benar-benar pergi dari sana.
Langkahnya yang ringan membawanya menuju ruang kelas yang letaknya berada di lantai dua gedung sekolah ini. Ruangan di mana ia menuntut ilmu dan bercanda ria bersama teman-temannya.
Ah, teman-teman, ya?
Bruk!
"Beomgyu!"
Beomgyu menghela napas. Kini ia duduk di lantai koridor karena salah satu teman sekelasnya menabraknya. Entah sengaja atau tidak, Beomgyu tidak peduli. Yang Beomgyu pedulikan saat ini adalah dua bungkus kertas origaminya yang sudah dipungut lebih dulu oleh Yeonjun, orang yang menabraknya tadi.
Beomgyu membersihkan tangannya dari debu yang sekiranya menempel setelah ia berdiri tepat di hadapan Yeonjun.
Ah, ternyata ada Soobin juga.
Beomgyu menadahkan tangan, meminta agar kertas origaminya dikembalikan. Namun, Soobin malah menarik earphone yang masih terpasang dengan baik di telinga Beomgyu dengan kasar.
"Kalau jalan fokus makanya," ucapnya ketus.
Beomgyu mengangguk-angguk. "Maaf."
"Dasar—"
"Soobin," sela Yeonjun. Masalahnya, beberapa pasang mata mulai memperhatikan mereka. Bahkan beberapa di antaranya ada yang mulai berbisik-bisik. Yeonjun tak ingin ada berita tidak mengenakan dari kelasnya. Bagaimanapun juga, mereka bertiga adalah teman sekelas.
Yeonjun memberikan kertas origami di tangannya kepada pemiliknya. "Nih."
Beomgyu langsung mengambilnya dan berjalan cepat meninggalkan koridor. Suasananya mulai menyesakkan. Beomgyu tak ingin berlama-lama di tempat ramai seperti tadi.
Sulit untuk dipercaya, tapi Beomgyu benci keramaian.
"Beomgyu aneh, ya?"
Yeonjun mengangguk. "Dari awal nggak pernah interaksi kalau nggak penting-penting banget. Khawatir, nggak, sih?"
Soobin mengangkat kedua bahunya. "Biasa aja. Dianya juga cuek sama sekitar kok."
"No one can guess."
✜✜✜
Beomgyu melangkahkan tungkainya menuju perpustakaan. Sebenarnya, ia bukan kutu buku. Ia juga tak sepintar dan serajin yang orang-orang bayangkan. Beomgyu hanya ingin mencari ketenangan dari riuhnya suasana kelas saat jam pelajaran kosong.
Beomgyu sedikit kesal saat bangku yang biasanya ia tempati kini sudah diduduki oleh adik kelasnya yang seingatnya bernama Kang Taehyun. Adik kelasnya yang satu itu memang terkenal pintar. Wajar saja anak itu ada di sini.
Sedangkan Beomgyu, tujuannya ke perpustakaan selain mencari ketenangan hanya untuk melipat kertas origami yang sudah dibelinya pagi tadi. Terdengar kekanakan, tetapi Beomgyu senang melakukannya.
Sepertinya Taehyun menyadari keberadaan Beomgyu. Ia mendongak dan tersenyum pada Beomgyu yang tak menampilkan ekspresi apa pun.
"Mau duduk di sini, ya?"
Beomgyu menggeleng. Belum sempat ia pergi dari sana, suara Taehyun kembali menyapu pendengarannya.
"Kakak biasanya duduk di sini, 'kan? Nggak apa-apa, biar aku yang pindah."
Beomgyu menggeleng lagi. "Nggak usah." Dan ia memilih untuk duduk di sisi lain, setidaknya tempat yang ia pilih tak kalah nyaman dari tempat yang diduduki Taehyun saat ini.
Beomgyu mulai melipat kertas origami menjadi burung bangau. Jika banyak jam pelajaran yang kosong, Beomgyu akan semakin cepat mengumpulkan burung bangau ini. Memikirkannya membuat senyum Beomgyu terulas tanpa ia sadari."Taehyun!"
"Jangan berisik, Kamal."
Ah, itu Hueningkai, teman sekelas Taehyun yang sangat berisik. Hueningkai lebih sering dipanggil Kamal, panggilan itu sangat cocok untuknya.
Terkadang, Beomgyu berpikir. Taehyun yang pendiam saja bisa memiliki teman seperti Kamal yang sifatnya sangat berbanding jauh dengannya. Lalu, mengapa Beomgyu tidak bisa?
Tak ada seorang pun yang dekat dengannya. Ia benar-benar merasa sendirian di saat teman-temannya bercanda dan tertawa bersama. Walau tampak tak acuh, Beomgyu ingin merasakannya juga. Sebentar saja, Beomgyu ingin bahagia.
✜✜✜
20.11.07
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cranes
Fanfic╭──────°⌜ 종이 크레인 ⌟°──────╮ Tentang Beomgyu, bangau kertas, dan harapannya. ╰──────°⌜ 종이 크레인 ⌟°──────╯