Pesona Menantu

7.9K 99 0
                                    

Seorang wanita datang dengan mengenakan dress putih pendek selutut tanpa lengan. Dressnya polos dan hanya di hiasi oleh tali kecil yang melilit pinggangnya.

Tubuhnya yang kecil menjadi terlihat. Kulitnya putih dan sangat mulus. Bibirnya tersenyum dengan indah. Rambutnya yang terurai, membuatnya semakin terlihat sangat anggun.

Diam-diam, sepasang mata memeperhatikannya tanpa berkedip. Namun, wanita itu tetap fokus pada obrolan tentang rencana pernikahannya.

"Menurut Papa gimana?"

"Terserah kalian saja yang mau menjalani," jawab Austin dengan sedikit tidak fokus.

"Sayang, bagaimana kalau secepatnya? Persiapan pernikahan kita sudah siap dari jauh-jauh hari. Kita hanya tinggal menentukan tanggalnya," ucap Erlan.

"Di atur saja. Aku siap mau cepat atau mau lambat," suaranya terdengar sangat lembut di telinga Austin.

"Elsa, bagaimana kalau dua minggu lagi?" tanya Nyonya Bebel.

"Boleh saja, Tante!" jawab Elsa.

Kaki Austin dengan sengaja menyentuh kaki Elsa, sedangkan orang-orang tengah sibuk melihat menu dan lainnya sehingga tidak menyadari kelakuan Austin yang tidak sopan pada calon Menantunya.

"Erlan, aku mau ke toilet dulu ya!" ijinnya.

Hari ini adalah kali kedua, Elsa bertamu ke rumah Erlan yang merupakan calon suaminya.

Baru kali ini Elsa bertemu dengan Austin dan Elsa sempat mengira kalau Austin adalah Kakak Erlan tapi tebakannya salah. Austin adalah Papa Erlan.

Elsa membasuh wajahnya dengan air jernih untuk menetralkan rasa tidak nyamannya.

"Mungkin kaki Om Austin tadi tidak sengaja mengenai kakiku. Tapi, di hindari seperti apa juga pasti terasa sengaja atau tidaknya. Aku sangat tidak nyaman," batin Elsa.

"Kenapa, cantik?" Austin menyusul Elsa masuk ke dalam kamar mandi diam-diam.  Elsa langsung menoleh ke arah Austin dengan terkejut dan rasa takut.

"Maaf, ada perlu apa ya Om?" tanya Elsa dengan gugup.

Elsa belum masuk ke dalam kamar mandi dan baru masuk ke dalam ruangan khusus westafel di dalam mansion keluarga Erlan.

"Ada perlu denganmu!" jawab Austin.

"Perlu apa Om?"

"Aduh!" pekiknya.

Austin mendorong tubuh Elsa hingga menabrak dinding. Dengan cepat, Austin mencium bibir Elsa dan mengikat tangan Elsa dengan genggaman sebelah tangannya.

Sebisa mungkin, Austin membuat bibir Elsa tidak lepas dari pagutannya. Sehingga Elsa tidak bisa berteriak.

Tangan kiri Austin memegang tangan Elsa dengan erat, sedangkan tangan kanannya mulai masuk kesela-sela dress yang di pakai Elsa.

Elsa semakin memberontak tapi Austin menggigit bibirnya supaya Elsa bisa diam. Tangan Austin dengan bebas dan liar menjelajah bagian bawah tubuh Elsa.

Elsa semakin memberontak saat tangan Austin masuk lebih dalam menyentuh harta berharga yang selama ini di jaganya dengan baik.

"Erlan, tolong aku! Tolong!" batin Elsa menjeri-jerit tapi suaranya tidak bisa keluar karena Austin membungkam Elsa dengan bibirnya.

Austin melihat Elsa yang sudah mulai kehabisan tenaga. Elsa di lepaskannya begitu saja setelah Austin puas merasakan apa yang membuatnya penasaran.

"Hiks... Hiks... Hiks..." tangisnya.

"Jangan menangis, aku bisa membayarmu dengan apapun!" Austin menepuk-nepuk pipi Elsa dengan pandangan merendahkan.

Aku Yang TernodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang