Obsesi Austin

5.6K 98 14
                                    

HOEK... HOEK... HOEK...

Elsa memuntahkan seluruh isi dalam perutnya setelah Austin memaksa memasukkan sebuah menara masa depan Austin, ke dalam mulut elsa hingga menyemburkan lava yang tumpah di wajah Elsa.

Elsa merasa sangat jijik. Elsa membersihkan tubuhnya, tidak cukup hanya sekedar mandi saja. Elsa memperhatikan tubuhnya yang penuh dengan tanda merah bekas kecupan bibir Austin.

Austin belum pergi dari rumah Elsa. Austin menggunakan kamar mandi yang lain untuk membersihkan sisa-sisa cairan yang muncrat di antara pahanya.

"Kenapa kau belum juga pergi?" teriak Elsa yang sangat terkejut, melihat Austin tidak pergi dari rumahnya. Melainkan menunggu Elsa di atas tempat tidur.

"Jangan takut padaku! Aku menepati janjiku untuk tidak merusak dirimu. Aku hanya menggunakan mulutnu saja," jawab Austin tanpa rasa bersalah.

"Dasar tidak tahu malu!" Elsa memilih pergi dari kamarnya tapi Austin menarik tangan Elsa supaya Elsa jatuh dalam pelukannya.

"Temani aku tidur atau kau akan tahu akibatnya!" ancam austin.

Elsa tidak ingin jika austin melakukan hal lain yang lebih gila lagi. Elsa akhirnya nurut dan membiarkan Austin tidur sembari memeluk tubuhnya.

***

Erlan menunggu kedatangan Elsa di taman tempat mereka biasa bertemu. Tapi Elsa tiba-tiba menghubungi Erlan untuk membatalkan janjinya.

"Kenapa tiba-tiba?" batin Erlan

Erlan kembali ke kantornya dan melihat Austin yang tersenyum dangan mood yang bagus. Erlan curiga kalau Austin melakukan hal buruk pada Elsa, tapi tanpa sebuah bukti, Erlan tidak bisa menuduh Austin.

"Kenapa kau menatapku?" tanya austin.

"Apa tidak boleh, seorang putra menatap Ayahnya?" Balas Erlan dengan tatapan mata yang tak kalah tajam.

"Hehhhh, sebaiknya kau menyerah untuk menikah dengan Elsa, karena dia sudah menjadi wanitaku seutuhnya!" Erlan meradang mendengar ucapan Austin yang tidak di sukainya.

"Jangan mengatakan hal konyol lagi!" Erlan menarik kerah Austin. Tangannya sudah mengepal, siap melayangkan sebuah pukulan di wajah Austin tapi, Erlan menurunkan tangannya dan melepaskan kerah baju yang di remasnya.

"Kenapa? Kau takut miskin kalau memukulku? Atau, kau takut kalau aku menceraikan Ibumu?" tanya Austin dengan nada yang menyepelekan.

"Aku akan melepaskanmu kali ini, tapi tidak untuk lain kali!" bisik Erlan.

Austin melepaskan kemejanya yang kusut dan menggantinya dengan yang baru. Mood Austin sangat baik hari ini, karena semalam sudah berhasil mendapatkan apa yang di inginkannya.

Tidur dengan memeluk Elsa, membuat Austin bangun dengan tubuh yang segar. Elsa masih tertidur pulas saat Austin pergi ke kantor. Seperti seorang Istri yang kelelahan setelah melayani seorang Suami.

"Aku akan pulang lebih cepat malam ini. Emmmm, tidak. Aku akan menemuimu sore hari, Elsa," batin Austin.

Perseteruan di antara Erlan dan Austin semakin memanas. Austin sengaja membakar api cemburu untuk mengacaukan pikiran Erlan. Pikiran yang kacau, tidak akan membuat Erlan bisa berfikir jernih.

Austin tersenyum sangat puas, melihat Erlan yang merandang sesuai dengan rencananya.

***

Hiks... Hiks... Hiks...

Suara tangis Elsa, terdengar hingga luar kamarnya. Elsa merasakan tubuhnya yang sakit karena perlakuan Austin semalam.

Elsa merasa jijik dengan dirinya sendiri, apalagi saat bercermin dan menampakkan tubuhnya yang sudah di penuhi tanda merah akibat ulah Austin semalam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Yang TernodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang