Austin terbangun di tengah malam. Tubuh yang terasa panas, membuatnya ingin mencari sesuatu yang dingin supaya perpaduannya membuat suasana tubuhnya menjadi hangat.
Tanpa berfikir panjang, Austin mencuci wajahnya, mengganti pakaiannya dan mengambil kunci mobil yang tergantung di dinding kamar miliknya.
"Kamu mau kemana?" tanya Bebel. Bebel belum tidur karena sedang memikirkan cara membuat Austin tidak menikahi wanita lain.
"Bukan urusanmu!" jawab Austin dengan cepat.
"Aku ini Istrimu! Aku berhak tahu, kemana Suamiku akan pergi."
"Kau Istriku? Tapi kalau kau seperti ini, kau sama saja dengan Ibuku!" jawab Austin yang membuat Bebel tersentak.
"Ibumu, Ibumu, Ibumu terus. Aku Istrimu, bukan Ibumu!" teriak Bebel karena emosi yang tak tertahankan.
"Seharusnya kau menikah dengan pria tua yang mengaku Ayahku, bukan menikahiku yang seumur Putramu!"
Bebel terdiam dan Austin tetap melanjutkan niatnya dalam mencari sesuatu yang bisa membuat tubuhnya menjadi hangat.
Hanya ada satu rumah yang menjadi tujuan Austin. Rumah yang terletak di balik gang setapak. Gang yang gelap, kumuh, dan mobil tidak bisa melewati jalan itu. Austin harus turun dari mobilnya demi bisa memasuki rumah yang kuncinya sudah ada di genggaman tangannya.
Austin diam-diam masuk ke dalam rumah yang sempit dan pengap. Rumah yang gelap remang-remang, menambahkan gairah dalam tubuhnya menagih.Perlahan, tangan Austin membelai lembut rambut seorang wanita yang tengah tertidur dengan pulas. Senyumnya menyeringai bagaikan seorang psycopath yang melihat mangsanya.
"Siapa kamu?" teriak wanita itu sembari menepis tangan Austin dan menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.
"Apa kau sudah lupa dengan sentuhanku, Menantuku?" ucap Austin sembari menyalakan lampu.
"Austin?" Elsa berlari meraih gagang pintu tapi kecepatan Austin dalam menangkap tubuhnya lebih cepat dari pernikaran.
"Lepaskan aku! Papa, tolong! Lepaskan aku Austin!" Elsa berteriak dan meronta-ronta tapi Austin mengangkat tubuh Elsa dengan sangat mudah.
Austin menghempaskan tubuh Elsa ke atas tempat tidur. Suara ketukan pintu dan panggilan dari luar, membuat Austin merasa terganggu.
"Jangan menggangguku!" ucap Austin dengan kasar setelah membuat pintu kamar Elsa.
"Papa, tolong aku Pa!" Elsa berusaha meraih tangan seseorang yang mengaku sebagai seorang Ayah.
"Terima dan pergilah!" Austin melemparkan sebuah kartu tanpa pin pada pria paruh baya.
"Kamu nurut saja dengan Tuan Besar!" Elsa tercengang. Hati yang semangat meminta bantuan, kini kecewa lantaran seseorang yang di sebut dengan panggilan seorang Ayah, mengijinkan putrinya di hancurkan oleh pria yang memberikannya sejumlah uang.
"Pergi!" bentak Austin pada Tuan Harc.
Austin memegang pinggang Elsa degan erat. Elsa yang meronta-ronta tidak di hiraukannya. Austin menarik tubuh Elsa untuk duduk di pengkuannya.
"Apa kau merasakan sesuatu?" bisik Austin dengan suara yang mampu membuat darah Elsa berdesir.
"Jangan bicara yang tidak-tidak!" ucap Elsa. Elsa tidak menyerah untuk melepaskan diri dari seekor singa yang siap menerkamnya.
"Diam atau aku akan kasar!" Austin mencengkram lengan Elsa dengan kuat.
"Awh..." rintih Elsa.
"Aku ingin kau merintih karena hal lain!" bisik Austin lagi dan lagi dengan suara yang di buat sangat sexy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Yang Ternoda
RomanceSiapapun pasti mengharapkan pernikahan yang sudah di rencanakan dengan sangat baik dan matang, akan berjalan dengan lancar. Tapi bagaimana jika hari pernikahanmu, menjadi malapetaka untukmu? Dalam satu hari, hidup Elsa berubah tepat di hari pernikah...