CHAIR'S
◇
◇
◇
Baru saja melangkah masuk ia sudah disuguhkan dengan pertengkaran kedua orang tuanya. Entah masalah apa lagi yang menjadi pertengkarannya. Mereka selalu bertengkar hanya karena hal sepele. Ia muak dengan semua ini.
Sakura langsung cepat-cepat melangkah masuk ke dalam kamarnya. Mengunci pintu kamarnya rapat-rapat agar ia tidak bisa lagi mendengar suara orang tuanya bertengkar. Namun, ia masih masih bisa mendengar suara ibunya yang berteriak.
Ia terduduk dilantai menyandarkan punggungnya di pintu. Menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangan di atas lututnya. Lalu, ia menangis tanpa suara, hanya air mata yang mengalir.
Selalu begini, setiap orang tuanya bertengkar ia hanya bisa mengunci diri dikamar dan menangis tanpa suara. Senyum ceria yang biasanya ia tunjukan saat berada disekolah hilang, digantikan dengan wajah menyedihkan dan rapuh.
Ia lelah, lelah dengan semua ini, lelah dengan orang tuanya selalu bertengkar, lelah dengan hidupnya. Lelah, lelah dan lelah. Hanya kata itu yang terucap di hatinya. Kalaupun mau ia bisa mengakhiri hidupnya sekarang juga. Namun, ia masih punya mimpi yang harus ia raih.
Sampai ia bisa mendengar suara ayahnya mengatakan bahwa lebih baik mereka berpisah daripada terus bertengkar seperti ini, dan ibunya pun menyetujui. Saat itu hatinya serasa dihantam keras benda tak kasat mata. Sakit.
Biarlah hidupnya seperti ini. Yang harus ia lakukan mulai sekarang adalah memakai topeng yang biasa ia kenakan, agar seakan-akan hidupnya sedang baik-baik saja.
Ya, ia pasti bisa melakukannya. Seperti biasanya. Namun, saat ini ia harus berusaha ekstra.
Ia melangkah menuju kasurnya, bersiap menuju alam mimpi yang lebih indah daripada alam nyata ini.
◆◆◆
Sakura membuka kedua matanya, mengusapnya pelan. Matanya sedikit membengkak, akibat menangis semalaman. Ia bangkit dari tidurnya bersiap untuk pergi ke sekolah.
Setelah siap, ia turun kebawah. Ia melihat ibunya membawa koper.
"Kau mau ikut ibu atau ayahmu? " Pertanyaan yang paling ia takutkan dari dulu. Ia tidak tahu harus menjawab apa.
"Kenapa aku harus memilih? Apa itu berpengaruh untuk kalian?"
Setelah mengatakan itu, ia segera pergi. Menuju halte bus, ia sudah memberitahu sahabatnya untuk tidak usah menjemputnya. Tak lama bus datang ia segera masuk dan memilih tempat duduk didekat jendela. Ia menatap pemandangan diluar jendela. Menyenderkan kepala nya ke kaca jendela bus.
Tanpa sadar air matanya menetes membasahi kedua pipinya. Ia terisak pelan. Untungnya bus ini belum banyak penumpang.
Memejamkan kedua matanya, sembari menarik nafas agar lebih tenang. Ia tersentak saat merasakan ada tangan menghapus lembut air matanya. Ia lalu menoleh kearah samping.
Sai, sahabatnya itulah yang melakukannya. Sai menatapnya sambil tersenyum sendu.
"Jangan menangis lagi, " ucapnya lirih.
Ia segera menghapus sisa air matanya.
" Sejak kapan kau ada disini? " tanya Sakura. Pasalnya ia sama sekali tidak merasa ada orang disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAIR'S
Фанфик◆CERITA PERTAMA◆ Sebuah kursi tidak akan bisa berdiri jika salah satu kakinya hilang. Kurang lebih seperti itulah gambaran persahabatan mereka. Mempunyai latar belakang keluarga yang kurang baik tak membuat mereka menyerah meraih mimpi mereka. Main...