AWAS BUNGA ITU BERDURI

5 0 0
                                    

Aku seorang yang suka mengamati berbagai hal yang ku lihat di bumi, mengamati setiap sudutnya, ada yang biasa saja dan ada pula yang membuatku terpukau. Bagaimana dengan kalian? Setiap hal yang kulihat memiliki kelebihannya dan kekurangannya masing-masing. Tapi aku salut kepada setiap insan yang mau menerima kelebihan dan kekurangan itu, baik pada orang lain, diri sendiri dan apapun yang mereka lihat.

Hidup di muka bumi memang tidak selalu berjalan baik. Setiap kehidupan telah memiliki jalannya masing-masing, tapi kadang kita kesulitan dalam menemukannya. Ah bukan, tapi kita selalu mebuat pilihan itu sendiri.

Hidup memang tidak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan dan apa yang direncanakan, sadar akan hal itu, membuat aku berpikir jika rencana-rencana yang Tuhan berikan mungkin lebih baik, tapi kita selalu tidak terima akan hal itu dan berujung menyalahkan takdir.

Aku cukup tersenyum mengingat akan diriku, sebab kini aku seperti itu. Aku berjalan dengan arah yang ku buat dan ku pilih sendiri, sampai pada akhirnya aku tersesat dan tidak tahu bagaimana caranya kembali, tidak lagi tahu kemana arah yang harus ku lalui. Untuk menemukan jalan pulang. Aku harus tertatih-tatih.

Terlebih, saat aku mengenal apa itu jatuh hati, jatuh cinta maksudnya. Mencintai salah satu makhluk ciptaan-Nya, membuat ku mengerti jika mencintai sesuatu itu, kita tidak boleh berlebihan, secukupnya saja, sesuai dengan porsinya saja, jangan sampai sepenuhnya dan tidak menyisakan barang sedikit pun untuk diri sendiri.

Saat jatuh cinta, aku selalu terpesona akan apa yang dia miliki, entah itu fisiknya, kepribadiannya, atau hanya bagaimana cara dia membuat aku tersenyum. Bagiku dia salah satu hal yang membuat aku terpukau di bumi, dengan segudang rencana-rencananya yang membuat aku takjub.

Iya, memang jika dulu kita sedekat itu, bukan hanya sekedar dekat, tapi saling terikat. Aku selalu menghabiskan hari-hari yang Tuhan berikan bersamanya, bahkan hanya sekedar untuk duduk saling berdampingan dalam keheningan atau hanya berjalan beriringan menikmati suasana di sore hari. Sesederhana itu aku bahagia. Bahkan ditengah kesibukannya pun aku tetap berada di sisinya.

Tapi kini, aku tidak menyangka jika aku akan merasakan juga apa itu patah hati. Aku berpikir, mungkin Tuhan cemburu karena aku menduakan-Nya. Aku lebih banyak meluangkan waktu dengannya, menghabiskan setiap hari hanya untuk mengingatnya, aku lupa jika yang memberi anugerah itu adalah Dia, dan bisa saja sewaktu-waktu Dia mengambilnya kembali dariku.

Di malam itu, ku lihat dia bersama yang lain, di sebuah café tempat yang selalu aku kunjungi bersamanya, menjadi salah satu tempat favorit kami untuk sekedar menghabiskan waktu, ia tengah makan malam berdua dan itu bukan denganku, dengan seseorang yang lain, seseorang yang aku tahu namanya namun tidak dengan kehidupannya. Ditemani rintikan hujan yang menjadi pemanis malam itu, mereka asik tertawa, bercanda ria layaknya sepasang kekasih yang tengah di mabuk cinta, tidak peduli pada orang-orang sekitar, bahkan dia tidak menyadari kehadiranku kala itu.

Ternyata firasatku benar, kamu sedikit berubah akhir-akhir ini, apa karena kamu telah menemukan kebahagian yang lain ? yang tidak bisa kamu dapatkan saat bersama denganku. Aku sadar, aku tidak sempurna dan cukup baik dalam membahagiakanmu, tapi aku selalu berusaha keras untuk selalu ada di saat kamu membutuhkannya, selalu berusaha keras menjadi pendengar yang baik, dan ternyata semua itu tidak lagi berarti terlebih di matamu.

Aku hanya bisa tersenyum, aku berbicara dalam hati 'Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja'. Tanpa aku ketahui, ternyata itu adalah hal terburuk yang pernah aku rasakan, menjadi perasaan paling menyakitkan yang aku rasakan malam itu.

Ada perasaan perih dan sesak menjalar di dadaku, sekujur tubuhku menggigil malam itu, aku pikir mungkin karena cuaca malam itu yang tidak bersahabat. Hatiku semakin hancur, semakin sesak, sangat-sangat merasa kecewa yang teramat dalam. Tapi saat itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku dia membatu, tubuhku tidak bisa aku kendalikan, bahkan sangking merasa kecewa aku tidak dapat menangis. Mengapa dia setega itu terhadapku? adalah pertanyaan yang terngiang-ngiang dipikiranku kala itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TIDAK SELAMANYA PILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang