Mendekat, memberikan uluran tangan dan menusuk tanpa celah. Seindah itu hanya untuk menghancurkan yang telah kamu pupuk kemarin. Bahkan ketika asa ini mulai muncul, kini terpaksa harus padam karena keadaan. Tetesan air mata dan genangan pilu yang terus mengalirpun harus tersamarkan oleh senyuman.
Setiap kepedihan, rasa sesak, dan semua kekecewaan ini haruskankah aku bertanya.
Sudah puaskah kamu?
Bahagiakah kamu?
Bukan cuma satu atau dua pertanyaan. Masih banyak hal yang kadang membuatku bertanya-tanya, masih banyak kerumitan yang terus menghantuiku.
Beritahu salahku bila aku pernah menyakitimu. Tegur saja aku jika masih menjadi orang yang kurang baik.
Aku tahu, diamku kini tak akan cukup menyelesaikan kepelikan ini. Namun, sekecap katapun tak mampu aku ucapkan untukmu, aku terlalu lemah hingga aku tak bisa apa-apa.
Bila memang hadirmu hanya untuk menghancurkan diri ini, terimakasih, sungguh ini kejutan yg luar biasa. Dan jujur akupun tak bisa mengelak. Kamu benar-benar berhasil membuatku bertekuk lutut, membuat aku tersenyum, berbahagia hingga akhirnya menjadi lebur, hancur seperti kepingan sampah. Sia-sia dan tidak berguna lagi. Hanya akan menjadi kepingan yang tidak diinginkan dan tak akan pernah menjadi utuh kembali.