(Kabar buruk)

6 1 0
                                    

Kala itu ibuku sedang sakit, terbaring lemah, sudah dua minggu lamanya. Namun saat itu, ibu bilang kepadaku, bahwa keadaannya sudah mulai membaik.

Malam itu, di kamar ibu, aku sedang memijat tangannya. Tiba-tiba, ayah datang, masuk ke dalam kamar. Ayah baru pulang dari kantor. Tetapi, saat itu ayahku membawa kabar buruk.

"Ibu udah enakan belum?" Tanya ayah.

"Alhamdulillah, udah mulai enakan, Yah. " Jawab, ibuku.

"Vana, itu loh, si..." Ucapan ayah terputus

"Siapa yah? "

"Temen sih Daniel, siapa ya namanya, ayah lupa. Anaknya yang tinggi-tinggi itu, kulitnya putih. Tata... tata gitu namanya." Sambung ayah lagi.

"Gata, Yah? Kenapa? " Tanyaku.

"Iya Gata, dia kecelakaan tadi, Van. Padahal, dia lagi sibuk ngurus untuk daftar masuk kuliahnya loh, kasian ya. Daniel yang kabari ayah. Dia izin mau ke rumah sakit, sama temen-temennya yang lain. "

"Hah? Kecelakaaan? Jadi gimana keadaannya Yah? "

"Yang ayah dengar dari Daniel, keadaan Gata udah keritis. Tapi ya semoga aja, dia masih bisa tertolong. "

Ya Tuhan, setelah mendengar kabar buruk itu, perasaanku menjadi takut dan khawatir tak menentu. Aku gemetaran. Mau nangis, namun masih ada ayah. Ayah sendiri tidak tahu, bahwa Gata dan aku lagi dekat. Sehingga, ibu lah yang berusaha menenangkanku, setelah ayah pergi untuk mandi.

Besok harinya, ketakutan dan kekawatiranku telah jadi kenyataan. Pada siang hari, saat aku sedang berada di sekolah. Kak Daniel, memberi kabar, bahwa Gata sudah tiada. Gata sudah pergi jauh. Kepergian yang bukan untuk ditunggu. Pergi untuk selama-lamanya.

Aku pun menangis, di dalam kelas. Seketika, semua kenanganku bersama dengannya, langsung terbayang. Betapa sakitnya, Gata, saat ini ia telah tiada. Ia benar-benar sudah pergi. Rasanya aku seperti bermimpi. Tidak sanggup rasanya menerima kenyataan pahit itu.

Gata, bagaimana aku bisa melupakanmu? Bagaimana aku bisa menjalani hariku, selepas dari kepergianmu ini? Gata, mulai dari senyumanmu, nada bicaramu, sikapmu, semuanya tidak akan pernah lagi dapat aku temukan. Mengapa kamu harus pergi secepat itu? Bahkan, kita belum sempat bertemu lagi, Ta. Aku menyesal, karena telah memaksamu, untuk tidak menghubungiku saat itu. Aku benar-benar menyesalinya.

GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang