Semoga, pada suatu waktu nanti aku bisa mencintaimu sebebas dan seberani ketika aku menulis prosa-prosa ini.
Tidak lagi bersembunyi dibalik sajak, tidak lagi mengandalkan tameng berjubah diksi. Pun tidak lagi berjudi dengan imaji.
Aku akan mengekspresikan diri dalam mencintaimu bersama membeludak pasokan nyali, pasti.