39.unpredicted.

282 43 0
                                    

• 𝐔𝐧𝐩𝐫𝐞𝐝𝐢𝐜𝐭𝐞𝐝 •
𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐛𝐲 © 𝐓𝐢𝐚𝐫𝐚𝐀𝐭𝐢𝐤𝐚𝟒
•°𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐧𝐲𝐚•°

• 𝗨𝗻𝗽𝗿𝗲𝗱𝗶𝗰𝘁𝗲𝗱 •

Veronika yang baru saja keluar dari kamar mandi itu dibuat terkejut oleh kehadiran Praya yang berdiri di depan pintu kamar mandi dengan wajah tanpa dosanya.

"Woy tiang! Lo ngapain berdiri di depan pintu? Mau jadi penjaga kamar mandi?" tanya Veronika dengan nada kesal, tapi beda dengan perasaanya yang tengah was-was. Veronika takut jika selama ia berada di kamar mandi pemuda jelmaan tiang listrik ini diam-diam mengintip dirinya.

"Otak lo ngeres, ngapain gua ngintip kembaranya kebo?" tanya Praya yang tepat sasaran.

Bukannya menjawab, Veronika malah menatap Praya dengan mata membulat. Bagaimana bisa si jelmaan tiang tau isi pikirannya? Apa jelmaan tiang ini cenayang? Pesulap? Atau apa?

"Lah anjim, malah bengong. Ikut gua ayok!" ajak Praya yang langsung menarik Veronika pergi.

"Gua bukan kambing, jangan tarik gua!" perintah Veronika.

"Lo itu siput, lama dan lelet," ejek Praya.

"Bangsat!" umpat Veronika sambil memukul keras punggung Praya.

"Anjing! Sakit Markonah!" kesal Praya dengan raut wajah menahan nyeri, dirinya berusaha mengusap punggungnya yang terasa panas akibat pukulan Veronika barusan.

"Lagian demen banget bikin gua ngeluarin jurus jarang goyang!" ucap Veronika tanpa rasa bersalah karna pukulannya yang keras itu.

"Bener-bener lo yah pendek!" kesal Praya.

"Apan lo jelmaan tiang?! Mau bales pukul gua?" tanya Veronika dengan wajah menantang.

"Gak! Pegel gua ngomong sama orang pendek, berasa mengheningkan cipta!" ledek Praya dengan menekan setiap ucapannya.

"Gak usah bacot! Gua slepet mental lo anak setan!" ancam Veronika dengan kesal.

"Sabar yah, lain kali kalo lo lahir lagi, nanti pas pembagian tinggi badan jangan malah main aer got," ledek Praya sambil mengacak rambut Veronika hingga membuat Veronika terlihat seperti gembel.

"Praya bangsat! Lo bener-bener ngajakin gua perang lagi yah!" teriak Veronika dengan emosi yang mengebu-gebu, ia tidak peduli dengan dirinya yang sekarang masih berada di sekolah.

"Males, balik aja dah gua." Praya dengan santainya berbalik, berniat untuk pergi. Namun Veronika lebih cepat menahan Praya dengan memukul kembali punggung pemuda itu, kali ini dua kali lebih kencang hingga rasa perihnya bengitu terasa.

"Bangsat! Lo cewek bukan berarti gua bakal diem aja yah sialan!" Nada bicara Praya berubah meninggi, raut wajahnya terlihat jelas jika dirinya tengah marah dan tidak terima dengan apa yang baru saja Veronika lakukan.

"Apa? Mau bales? Silahkan, gua gak takut!" balas Veronika, ia benar-benar mencari masalah pada Praya.

Praya menahan napasnya, kedua tangannya terkepal kuat. Satu tanganya langsung terangkat, ia siap untuk memukul Veronika.

Namun Praya tidak benar-benar balas memukul Veronika, tangannya yang terkepal terhenti di udara saat Veronika langsung memejamkan matanya.

Emosinya seketika menghilang setelah Veronika memejamkan matanya, rasa kesalnya pada Veronika kini mereda dan niatnya yang semula ingin balas memukul Veronika kini berubah menjadi tidak tega.

Ada apa dengan dirinya? Mengapa dirinya mendadak memiliki hati nurani? Padahal biasanya ia tidak pernah pandang bulu. Bahkan dulu ia sering membalas apa yang di lakukan gadis di hadapannya ini padanya, tapi sekarang?

"Sialan!" umpat Praya sambil menurunkan tangannya.

Veronika yang mendengar Praya mengumpat dan tidak merasakan rasa sakit di seluruh bagian tubuhnyapun dengan perlahan membuka matanya, dengan hati-hati ia menatap Praya yang masih berdiri di hadapannya itu.

"Gua emang kasar, tapi gua bukan Kakak gua," kata Praya membuat kening Veronika berkerut.

Veronika tidak mengerti dengan maksud dari ucapan Praya barusan.

"Gua udah ada janji buat ngelindungin lo dari kasarnya Kakak gua, yakali malah gua yang kasar ke lo, itu sama aja gua ingkar janji sama janji gua sendiri," jelas Praya yang sukses membuat Veronika terkejut mendengarnya.

Veronika benar-benar tidak menyangka dengan apa yang baru saja Praya katakan, astaga! Veronika ingin terbang karna ucapan Praya yang terkesan bertangung jawab.

"Pen terbang yaloh!" ucap Veronika dengan teriakan yang tertahan.

"Lo gak punya sayap. Jangan so-soan pengen terbang, yang ada lo mentok di atap dan malah bikin atap sekolahan jebol kalo lo terbang!" kata Praya dengan nada sebal.

"Veve cantik dan Veve sabar, jangan emosi. Tetep kalem karna Veve cantik," kata Veronika yang berusaha menahan rasa kesalnya yang ingin memukul Praya lagi.

Pemuda tinggi di hadapannya ini benar-benar ajib, selalu bisa membuatnya terbang dan membuatnya jatuh pada waktu yang bersamaan.

"Najis!"

"Praya sialan!"

•••

𝐔𝐧𝐩𝐫𝐞𝐝𝐢𝐜𝐭𝐞𝐝.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang