10

6.1K 419 6
                                    

Pagi ini telinga Arkan terasa panas karena ulah Tania yang terus menerus merengek agar Arkan segera menepati janjinya.

Arkan berfikir apa kah gadisnya itu sudah tidak takut lagi dengannya? Apakah Tania melupakan kalau kapan saja Arkan bisa melukainya?

"Diamlah Tania!" Bentak Arkan yang membuat Tania langsung terdiam di tempatnya.

Arkan menghela nafasnya dengan kasar saat sadar telah membentak gadisnya ia lalu mendekati Tania yang saat ini sedang menundukan wajahnya.

"Kita akan pindah dari sini," ujar Arkan yang membuat wajah Tania langsung mendongkak.

Matanya langsung menatap lekat mata milik Arkan yang tajam, mencari sebuah kebohongan dari mata tersebut. Tapi Tania tidak dapat mengartikan tatapan yang Arkan berikan padanya.

"Kamu yakin?" tanya Tania dengan cemas.

"Hemmm, tapi kamu ingat Tania jangan pernah berdekatan dengan laki-laki manapun kecuali aku!" ujar Arkan tegas.

"Gimana dengan keluargaku? Sahabatku? Da-"

"Persetanan dengan siapapun itu! Kamu tidak boleh berdekatan dengan mereka tanpa seizinku!" teriak Arkan keras tangannya tanpa sadar mencengkram bahu Tania yang membuat Tania meringis. "kau miliku ingat itu dan jangan sampai membuatku melakukan hal yang tidak kau inginkan Tania!"

"Sa-sakit Ar" lirih Tania yang membuat Arkan melepas cengkramannya pada bahu Tania nafasnya memburu, sorot matanya menyiratkan kemaran besar.

Arkan memilih berlalu pergi dari sana meninggalkan Tania yang menundukan kepalanya lagi, dapat Arkan tebak bahwa gadisnya itu sedang menahan tangisnya.

.....

Malam semakin larut, tapi Tania belum juga melihat tanda-tanda kepulangan Arkan, semenjak kejadian tadi pagi Arkan belum juga pulang laki-laki itu meninggalkan Tania di rumah besar ini.

Sudah dari tadi Tania bertanya dengan para maid yang datang kekamarnya untuk memberi Tania makanan tapi mereka hanya mengatakan kalau Arkan akan segera pulang.

"Huftt... Dia kemana sih." gumam Tania.

Saat ini Tania sedang berada di balkon kamarnya menatap kearah gerbang yang menjulang tinggi berharap mobil Arkan masuk melewati gerbang tersebut. Tania sebenarnya tidak ingin menunggu Arkan seperti ini, tapi kalau Arkan tidak pulang gimana cara Tania pergi dari rumah ini? Cuma Arkan kunci agar ia bisa bebas dari tengah hutan ini.

Tania akan terus membujuk Arkan dengan segala cara agar ia ingin membawa Tania pergi dari sini, setelah itu Tania akan meninggalkan Arkan. Yah itulah rencana Tania saat ini.

"Eh!" Tania terlonjak kaget saat sebuah tangan melingkar di pinggangnya.

"Lagi apa?" senyum Tania merekah ia kenal dengan suara ini, tapi sejak kapan Arkan pulang? Kenapa ia tidak menyadarinya.

"Menunggumu, kamu dari mana Ar?" tanya Tania setelah berhasil membalikkan badannya.

Dapat Tania liat dengan jelas wajah tegas dari laki-laki di depannya ini, jujur jika saja pertemuannya dengan Arkan bukan dengan cara yang mengerikan mungkin saat ini Tania sudah jatuh hati padanya.

"Kenapa?" bukannya menjawab pertanyaan Tania Arkan malah berbalik bertanya saat melihat Tania yang menggelengkan kepalanya.

"Tidak, kamu sudah makan?" tanya Tania lagi untuk mengalihkan pembicaraan.

"Sudah," jawab Arkan singkat mata laki-laki itu tidak lepas menatap wajah Tania yang membuat Gadis itu salah tingkah di tempatnya. "ku dengar dari para maid kau terus menanyai diriku seharian ini"

Tania menundukan kepalanya saat melihat wajah Arkan yang seakan mengoloknya. Kenapa para maid itu harus memberi tahu Arkan padahal Tania sudah mengatakan kalau mereka tidak boleh mengatakannya, kalau seperti ini kan Tania yang malu.

"Aku mengantuk" ujar Tania langsung melepaskan diri dari dekapan Arkan dan tidur memunggungi Laki-laki itu.

"Kau yakin mau tidur?" tanya Arkan dengan suara beratnya.

"Kenapa?" tanya Tania balik.

"Kau tidak mau tau aku dari mana sweetie?" tanya Arkan yang saat ini sudah berada di samping Tania menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Tania.

"Aku sudah bertanya tadi, tapi kamu tidak menjawabnya." dapat Tania rasakan hembusan nafas teratur dari Arkan, apa laki-laki ini tertidur?

Tania berusaha melepas pelukan Arkan tetapi bukannya terlepas malah tambah erat.

"Aku habis melihat rumah yang akan kita tempati di sana." ujar Arkan pelan.

Untuk sesaat Tania terdiam mencerna semua ucapan yang keluar dari mulut Arkan.

"Kamu serius?" tanya Tania girang yang hanya di balas anggukan kepala oleh Arkan.  "terimaksaih Ar"

Sweet PsycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang