- 2 -

192 9 2
                                    

Harin membuka matanya pelan saat merasakan cahaya matahari mulai melewati kamar tidurnya. Kepalanya terasa berat, tubuhnya serasa sakit, pinggangnya juga terasa pegal.

Apa ini?

Harin yang kesakitan saat mulai bergerak, bagian bawahnya terasa sangat perih dan mulai berkedut. Perlahan ia mendudukan dirinya, menatap tubuhnya sendiri.

Kenapa badan ku terasa pegal?

Ia memijat keningnya saat merasa pusing pada kepalanya, Harin berusaha bangun perlahan menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Tokk tokk tokk

Nona Harin, tuan besar sudah menunggu di meja makan.

"Aku akan mandi dulu"

Harin berjalan perlahan menuju kamar mandi berniat membersihkan dirinya.

.

.

.

.

15 menit Harin habiskan untuk membersihkan dirinya. Ia mendudukan tubuhnya di depan meja rias, hingga keningnya berkerut menyadari ada 2 tanda merah di lehernya. Tidak terlalu mencolok namun terlihat cukup jelas karena kulitnya yang putih.

Harin terdiam, mengingat ingat apa yang membuat lehernya terluka seperti ini. Dalam hati ikut bertanya luka apa yg ada di lehernya ini. Ia menyentuhnya perlahan, dan tidak sakit.

"Jadi ini apaa?"

Matanya mengerjap bingung, hingga pikirannya hilang saat suara ketukan pintu meminta Harin untuk segera turun.

.

.

.

.

.

.

Kakinya perlahan menuruni tangga melingkar rumahnya, dan matanya langsung tertuju pada pria setengah baya yang menatapnya sambil menaikan kacamatanya.

"Pagi ayah"

Ayahnya hanya mengangguk sambil terus menatapnya.

"Kau baik baik saja?"

"Hm?"

Harin mengerenyit bingung.

"Aku baik, memangnya aku kenapa?"

Ayahnya menghela nafas lalu menggeleng. Tangannya memberi tanda pada para maid untuk menyiapkan sarapan mereka.

Harin hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Ibunya meninggal saat Harin berusia 10 tahun, dan ayahnya tidak ada niatan untuk menikah atau mencari pengganti istrinya. Ia beranggapan lebih baik menyewa banyak pelayan untuk membantunya mengurus rumah daripada mencari wanita lain.

Mata Harin gencar menatap sekitar meja makan dan dapur.

"Mencari apa?"

Tanya ayahnya.

"Taehyung"

Sahut Harin sembari memasukan roti isi pada mulutnya.

"Taehyung kemana? Biasanya dia sudah berdiri di belakangku"

Ayahnya menatap Harin lekat, hingga ia meletakkan sendok dan garpu di piringnya.

"Harin-ah, ayah akan bertanya padamu"

Harin beralih menatap Ayahnya.

"Apa kau ingat apa yg kau lakukan kemarin?"

Dahi Harin mengerut. Ia bingung, benar benar bingung. Ia mencari keberadaan Taehyung namun ayahnya malah bertanya soal kejadian kemarin.

The Bodyguard, kth + ocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang