Marsha melangkah dengan cepat.Dia tidak menengok ke kanan ataupun kiri bahkan matanya tidak melirik kemana-mana.Dia sedang berjalan pulang dari minimarket dekat rumahnya.Tadi dia membeli bahan-bahan pembuat kue untuk hari Valentine besok.Tiba-tiba, saat dia membayar di kasir, seorang perempuan tua menghampirinya.Dia berkata, jiwa Marsha tampak gelap dan kelabu lalu akan segera berpisah dengan tubuhnya.Marsha langsung merinding dan buru-buru pergi.Dia tidak mau percaya dengan apa yang dikatakan perempuan gila itu, tapi dia juga takut kalau ternyata benar dia akan segera mati..
"Ck!" tiba-tiba terdengar suara dari belakang Marsha.
Marsha terkejut dan mempercepat lagi langkahnya.Gerbang pagar rumahnya tinggal beberapa belas meter lagi.Dia pun berlari lalu mengetuk pintu depan rumahnya.
"Maaa! Mama! Maaa!" Marsha memanggil ibunya.
"Iya, sebentaar.." kata ibu Marsha.
"Ma, aku mau bikin kue cokelat dulu ya buat Nino.." kata Marsha sambil melangkah masuk ke dalam dapur.
"Iya.. Cepetan ya bikinnya! Udah malem nih.." kata ibu Marsha.
"Ah, Mama.. Ini kan baru jam 8, Ma.." kata Marsha.
"Yaa, hati-hati aja, Sha.. Mama kuatir sama kamu deh dari tadi.. Perasaan Mama gak enak.." kata ibu Marsha.
"Mama jangan ngomong gitu dong, Ma!" kata Marsha panik.
"Yaaa, makanya cepetan bikin kuenya.." kata ibu Marsha lalu melangkah keluar dari dapur.
Marsha pun mulai membuat adonan kue dengan cepat.Setelah adonan siap, dia membuka oven dan memanggang kue itu. "Tinggal nungguin sampe mateng deh.." kata Marsha.
"Marshaaaa! Sampah bekas bikin kuenya di bersihin, yaa!!" kata ibu Marsha keras.
"Iya, Maaa!!" kata Marsha.
Dia segera membersihkan sisa-sisa sampah di meja dapur lalu bergegas membuangnya ke tempat sampah.Tapi, tempat sampah dapur penuh.
"Yaaah, penuh!" kata Marsha menggerutu.Dia membawa tempat sampah dan sampah-sampah itu ke teras rumah untuk dibuang di tempat sampah depan.Marsha menatap langit malam dari teras rumahnya sejenak.
"Bulan purnama.." gumam Marsha.
Padahal kan masih tanggal 13, kok udah purnama aja?, pikirnya.Dia segera menyelesaikan pekerjaannya tanpa ditunda lagi.Saat berbalik menuju ke dalam rumah lagi, Marsha melihat sesosok orang yang dikenalnya berdiri di sisi pagar sebelah kiri ujung.
"Nino?" Marsha menganalisis sosok tersebut.
"Sha.." Nino menyahut lalu berjalan pelan mendekati Marsha.
"Tumben malem-malem kesini, No? Mau main catur sama Papa aku? Beliau lagi di luar kota, No.." kata Marsha.
"Bukan itu, Sha.. Aku pengen ketemu kamu.." kata Nino.
"Kenapa?" tanya Marsha.
"Aku khawatir sama kamu, Sha.. Dari tadi aku mikirin kamu terus tapi perasaan aku gak enak.." kata Nino.
"Maksudnya?" tanya Marsha.
"Aku juga nggak tau, Sha.. Tapi aku takut.." kata Nino.
"Hmm.. Kok takut?" kata Marsha.
"Takut aja kalo ada sesuatu yang gak diinginkan menimpa kamu.." kata Nino.
"Nino! Jangan bilang gitu dong! Dari tadi udah beberapa orang bilang beginian ke aku! Aku pusing deh kalo gini!!" kata Marsha kesal. "Aku juga gak mau ada apa-apa sama kamu, Sha!" kata Nino.
Mereka berdua diam.
"Maaf kalo kata-kata aku ngeganggu kamu tadi, Sha.." kata Nino.
"Aku juga minta maaf, No.. Gak seharusnya aku ngebentak kamu kayak tadi.." kata Marsha.
Mereka saling berpandangan lalu keduanya cengengesan.Mereka pun mengobrol di depan pagar rumah Marsha itu.
TING! Tiba-tiba suara bel oven pertanda masakan sudah matang, berbunyi nyaring.Marsha terdiam, Nino juga.
"Kamu bikin sesuatu ya, buat aku..? Hahah.." kata Nino tertawa kecil.
"Eh, geer.. Heheh, iyasih bikin.. Aku bikin kue cokelat buat kamu.." kata Marsha.
"Loh kok ngomong sekarang?" kata Nino.
"Haha, karena udah terlanjur ngomong, cobainnya juga sekarang aja ya!" kata Marsha sambil berlari masuk ke dalam rumah, tepatnya ke dapur.
"Eh gak usah, Sha!!" kata Nino.
Wussh, angin berhembus pelan sesaat setelah Nino bilang begitu.Perasaannya kembali tidak enak..
Sementara itu, Marsha yang sedang di dalam rumah buru-buru mengeluarkan kue cokelat dari oven lalu dihias dan sepotongnya disajikan di piring kecil.Sisanya dia taruh di nampan dan di bawa juga olehnya.Dia pun melangkah keluar sebelum, "oh iya! Pisau kecil buat potong kuenya mana, ya?" katanya.Dia pun mencari pisau kecil.
"Cari apa, Sha?" ibu Marsha tiba-tiba muncul.
"Itu loh, Ma.. Pisau kecil buat motong kue cokelat ini.."kata Marsha.
"Buat Nino?" tanya ibu Marsha.
"Iya, Ma.." kata Marsha.
"Nih.. Ohh, ada Nino ternyataa.." kata ibu Marsha.
"Hehe, iya..Ma!" kata Marsha sambil melangkah keluar. "Nih kue cokelatnya, Noo!!" kata Marsha memanggil Nino.
Dia berlari kecil ke arah pagar sisi kiri, melawan desiran angin malam itu.
"Marshaaa! Hati-hati bawa nampannya, jangan lari-lari!! Ada pisau soalnya!!" kata ibu Marsha, perasaannya juga tidak enak.
Marsha tidak menghiraukan kata-kata ibunya, dia tetap melangkah dengan cepat.
"Hati-hati, Sha! Ntar jatoh itu semuanyaa!" kata Nino di depan pagar yang kemudian melangkah masuk, menyusul Marsha yang masih melangkah cepat.
"Marshaa, hati-hati!" ibu Marsha berkata dengan keras.
Braak! Tepat setelah ibu Marsha berkata begitu, nampan yang dibawa Marsha jatuh ke tanah.Marsha tersandung batu lalu terjatuh tiba-tiba.Barang-barang di nampan terlempar ke udara.Sial, pisau yang sedari tadi dikhawatirkan juga terlempar ke udara lalu menancap ke ubun-ubun Marsha.Darah mengalir dari kepala Marsha.Pisau kecil nan tajam itu menancap kuat di tempurung kepalanya.Dia pun panik dan berusaha melepas pisau itu, tapi pisau itu malah makin menancap, menembus kepala Marsha.Marsha mulai kejang-kejang.Ibu Marsha menjerit kencang dan bergegas menghampiri Marsha.Nino panik, buru-buru menghampiri Marsha juga sambil berteriak.
"Marsha! Naaak, bangun sayang!! Marshaa!!" ibu Marsha menjerit sambil menangis.
"Tahan, Sha!! Aku telfon ambulans! Tahan sebentar lagi, Marsha!!" kata Nino mengguncang bahu Marsha.
Marsha menggeleng dengan kepalanya yang berlumuran darah sampai akhirnya dia tak bergerak lagi sambil memegang kue cokelat di malam Valentine itu..
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfortunate
HorrorKeberuntungan. Semua orang punya itu saat mereka dilahirkan. Dan sampai mereka dikuburkan. Tapi tidak semua keberuntungan menghinggapi nasib orang-orang. Kadang, nasib seseorang bisa jadi sangat beruntung atau justru..... tidak. Unfortunately, kita...