Part 3

7 2 0
                                    

"Siapa namamu? Saya Lintang Anggara, calon suamimu," tanya Gara sembari mengulurkan tangannya.

Ana yang mendengar hal itu langsung membelalakan matanya. Ana tak habis fikir, bahwa ada seorang pria tampan yang mengaku sebagai calon suaminya. Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?! Ehehe.

Sekejap kemudian, Ana mengingat bahwa dia pernah mendengar kata-kata itu, iya kata itu "Saya calon suamimu" tapi, di mana? Setelah mengingatnya Ana menepuk tangan lalu menatap Gara dengan pandangan menyelidik.

"Apa Tuan orang yang sejak kemarin malam menggangguku? Apa itu benar Tuan?" tanya Ana sembari berkacak pinggang.

"Ya, itu saya," jawab Gara singkat.

Ana terdiam seketika, tubuhnya seakan membeku di tempat. Jadi pria yang tadi pagi dibentak olehnya adalah pria tampan ini?!

"Astaga, mati aku! Mana nih orang keliatan kaya orang yang berkuasa lagi," ucap Ana dalam hati.

"Hei, wanita, apa kau bisa ikut denganku?" tanya Gara dengan wajah yang tanpa ekspresi itu.

"I-ikut kemana ya, Tuan?" jawab Ana gugup sembari meremas baju bagian bawah dan sedikit menatap wajah Gara.

Gara yang melihat reaksi Ana pun tercengang. Dia melihat betapa lucunya Ana, yang terlihat seperti anak kecil ketika ketahuan melakukan kesalahan.

Gara memalingkan wajahnya dan mencoba untuk menormalkan detak jantungnya, karena saat melihat tingkah Ana yang seperti itu membuat jantunganya berdebar tak beraturan.

"Tuan?" ucap Ana lagi, karena ia melihat bahwa gara memalingkan wajahnya.

"Hemm, ikut saya ke rumah," sahut Gara setelah berhasil menormalkan kembali detak jantungnya.

"Ta-tapi, u-untuk apa Tuan?" tanya Ana gugup sembari menatap Gara.

"Orang tua saya ingin bertemu denganmu," tegas Gara yang tak sengaja menatap Ana juga.

Pandangan mereka bertemu dan terkunci cukup lama, mungkin saja mereka berdua sedang saling mengagumi satu sama lain dalam diam. Tetapi setelahnya mereka memalingkan wajahnya karena malu.

"Cepatlah bersiap, saya akan menunggumu di mobil," ucap Gara untuk menghilangkan rasa canggung diantara mereka.

Dengan reflek Ana bergegas masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju kamarnya. Sesudah berganti pakaian Ana kembali bergegas untuk menemui Gara di mobil.

"Astaga, kenapa gue nurut sama omongan dia gitu aja sih," omel Ana dalam hati setelah sampai di samping mobil Gara.

"Ayo masuk, kenapa diam saja?!" tegas Gara sembari menaikkan sebelah alisnya.

Tanpa pikir panjang Ana menuruti perintah Gara, lalu masuk ke mobil dan duduk di bangku penumpang bagian belakang. Setelah duduk Ana mengerutkan dahinya karena mobil tak juga melaju.

"Pindah ke depan! Apa kau pikir saya supirmu?!" titah Gara yang membuat Ana terkejut.

"Ba-baiklah, Tuan," sahut Ana gugup lalu berpindah ke bangku depan.

Setelah Ana masuk ke bangku depan, Gara segera melajukan mobilnya karena hari sudah semakin gelap.

Di dalam mobil hanya ada keheningan, tak ada satupun dari mereka yang mengucapkan sepatah kata pun, lalu setelah lama terdiam Ana mulai bergumam dalam hati.

"Haduh, kenapa gue mau-maunya sih ikut sama nih orang," gumam Ana yang merutuki kebodohannya.

Sementara Gara yang melihat Ana mengerutkan dahinya, malah menaikkan sebelah alisnya karena bingung.

Gadis Cantik Tuan GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang