Part 4

11 2 0
                                    

Selesai membereskan peralatan makan, papa dan Gara pergi ke ruang kerja untuk membicarakan sesuatu, sementara mama dan Ana pergi ke ruang depan untuk menonton tv.

Mama dan Ana menonton acara lawakan yang membuat mereka berdua tertawa, bahkan Ana juga sudah tidak merasa canggung dengan mama Gara, mereka tertawa bersama sembari mengobrol.

"Ana, apa kamu kenal dengan tante Shita?" tanya mama dengan raut yang serius.

"Tante Shita? Tidak, Ana tidak kenal dengan orang yang bernama Shita, ma," sahut Ana jujur.

"Lalu? Kamu tinggal di mana dan dengan siapa?" tanya mama lagi.

"Ana tinggal sendiri, di rumah kecil yang ada di sekitar komplek B, ma," jawab Ana dengan tersenyum paksa.

"Ooh, lalu? Apa yang kamu lakukan setiap hari?" tanya mama sambil menegakkan duduknya.

"Ana bekerja di toko pakaian dan tas, kata pemilik toko dia temannya ayah Ana,"

"Ahaha, apa Ana tidak tahu siapa nama pemilik toko itu?" sahut mama dengan tertawa kecil.

"Tidak, Ana hanya memanggilnya bu Bos," kata Ana lalu tertawa kecil juga.

Mereka berbincang tiada henti dan mengabaikan acara tv yang semulanya asik mereka tonton. Tak terasa hari semakin larut dan Gara juga papa sudah selesai berbincang.

Gara yang melihat Ana sedang asik berbincang dengan mamanya, hanya tersenyum dan kemudian berdehem. Lalu Gara duduk disamping Ana sedangkan papa duduk disamping mama.

Beberapa saat kemudian, Ana merasa mengantuk dan terus menguap. Ana lagi dan lagi mengucek matanya agar tidak mengantuk apalagi sampai tertidur.

"Nak, apa kau sudah mengantuk?" tanya papa yang kasihan melihat Ana terus-menerus mengucek matanya.

"Ehehe, iya pah, Ana sedikit mengantuk," sahut Ana sambil menggaruk kecil pelipisnya.

"Baiklah, Gara antarkan Ana pulang, kasihan sudah larut juga ini," titah mama yang menimpali omongan Ana.

"Kenapa harus saya?" tanya Gara dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Lalu? Apa harus papa yang mengantarnya?" jawab papa dengan suara tegas.

Ana yang melihat pertengkaran kecil itu hanya terdiam dan menunduk sembari menahan rasa kantuknya. Karena Ana tak tahu harus bagaimana menimpali perbincangan mereka.

Gara yang mendengar ucapan papanya hanya menghela nafas pelan, lalu Gara bangkit dari duduknya dan menggenggam tangan Ana.

"Baiklah, ayo pulang," ajak Gara sambil menatap Ana.

Ana tak menghiraukan ajakan dari Gara karena rasa kantuk yang semakin melandanya. Sedangkan Gara yang melihat Ana hanya terdiam dan langsung menggendong Ana dengan gaya bridal style.

Setelah berada dipelukan Gara, Ana semakin terlelap dan Gara segera melangkah menuju ke parkiran. Gara membuka pintu depan bagian kiri untuk mendudukkan Ana.

Kemudian Gara melajukan mobilnya hingga beberapa menit sampailah di depan rumah Ana, Gara yang melihat Ana sudah terlelap dalam tidurnya hanya bisa menghela nafas dan kembali memangku Ana di dalam pelukannya.

"Harus berapa banyak saya menggendong bocah kecil ini," gumam Gara sembari melangkah mendekati pintu rumah Ana.

Disela-sela langkahnya, Gara terus memperhatikan wajah cantik Ana, "Bulat," gumamnya.

Gara memasuki kamar Ana untuk membaringkan tubuh Ana, memang ringan tetapi bila terlalu lama memangku ya pegal juga, hehe.

"Wah ... ular, ular," teriak Ana dengan mata yang masih terpejam dan tangannya yang masih menggenggam tangan Gara.

Gadis Cantik Tuan GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang