Sudah jam 2 dini hari, mataku juga sudah mengantuk, saatnya berbenah-benah untuk tutup kedai. Tapi baru saja mau mematikan lampu etalase tiba-tiba ada pelanggan yang beli. Sepertinya dia baru pulang kerja dari pabrik motor tempat kerjanya. Terlihat dari pakaiannya yang familiar di mataku. Pasalnya seragam itu pernah ku pakai juga 6 tahun yang lalu. Sempat dua tahun aku bekerja di tempat yang sama dengan anak muda ini.
Kelihatan sekali kalau dia pasti lapar. Dulu juga aku pernah lelah sekali pulang larut malam dan kelaparan. Sepertinya juga anak muda ini sakit, sampai pucat begitu. Biasa memang kasusnya anak-anak baru yang kerja di sana. Maklum, pekerjaan di pabrik memang sangat menguras tenaga, apalagi dengan sistem kerja shift dan lembur.
Seperti yang biasa ku lakukan, segera menyalakan kompor gas dan menuangkan minyak goreng untuk mematangkan telur. Nasi sepiring penuh ku siapkan, sengaja ku tambah supaya dia benar-benar kenyang dan dapat tidur pulas. Bumbu cabai ku tumis bersama bawang putih dan bawang merah halus. Tadinya anak muda ini minta dibuat pedas nasi gorengnya tapi ku bujuk untuk mengurangi kadar pedasnya.
“Malam-malam tidak bagus makan pedas. Sedang aja ya. Besok situ malah ga bisa kerja karena sakit perut” kataku menyarankan.
Nasi gorengpun matang, dan anak muda ini makan dengan lahapnya. Senang juga aku karena masakanku bisa diterima lidah dan perutnya. Saat-saat yang mendebarkan bagi seorang juru masak adalah ketika masakan yang dibuatnya dimakan orang lain; dan sangat membanggakan ketika masakan itu habis tanpa sisa. Begitu yang kurasakan saat itu, yah walaupun hanya nasi goreng.
Ku sarankan padanya untuk pelan-pelan memakan nasinya agar tidak tersedak. Benar saja, baru saja ku nasehati dia sudah batuk-batuk. Dengan segera dia minum air yang ku sediakan. Sambil senyum-senyum malu karena cara makannya dia meminta maaf.
Sepanjang dia duduk di kedai, kami sempat berbincang mengenai kerjaannya. Ku tanya dia kerja di departemen apa, siapa leadernya, sudah berapa lama, dan pertanyaan lain yang bisa dijawab olehnya. Itu karena pertanyaanku seputar tempat kerjanya. Dia juga terlihat senang menjawab ketika tahu aku pernah kerja di pabrik yang sama walaupun berbeda departemen. Sampai nasinya habis semua memakan waktu 35 menit. Anak muda ini terlihat lebih segar sekarang dan beranjak pulang. Ada yang aneh ketika ku tanya dia tinggal dimana. Dia bilang rumahnya di Kali Sari. Lumayan jauh dari kedaiku di Jatinegara. Mungkin dia kos agar lebih dekat dengan tempat kerjanya. Setelah dia pergi kedai ku tutup sempurna.
----------------------------------------------------------------------------
Pukul enam pagi, saatnya ke pasar. Banyak bahan masakan yang harus ku beli. Kebetulan pasarnya dekat dengan rumah, hanya berjarak 100 meter kurang lebih, jadi tidak terlalu tergesa-gesa juga untuk belanja. Belum sampai mengunci pintu sudah heboh terdengar kepanikan ibu-ibu. Selintas ku dengar ada penemuan mayat di tepi kali Ciliwung. Lokasi rumahku memang dilintasi oleh kali Ciliwung yang melegenda itu. Kali yang kerap kali membuat dada berdebar-debar saat memasuki musim penghujan.
Mendengar berita tersebut membuatku lupa untuk ke pasar. Kakiku merubah rute menuju bantaran kali. Sesampainya di lokasi, warga sudah banyak yang mengumpul. Terlihat pemuda-pemuda sekitar berusaha mengevakuasi jasad yang tersangkut diantara sampah-sampah warga. Kurang jelas aku melihatnya karena terhalang ibu-ibu dan anak-anak yang memadati lokasi. Namun tiba-tiba penonton bergerak mundur dan membentuk jeda agar bisa dilewati para bapak yang menggotong jenazah tersebut. Ketika rombongan bapak-bapak lewat sembari membawa jenazah tersebut, para ibu dan wanita yang melihat berteriak histeris dan menutup mata, bahkan ada yang pingsan. Begitu jenazah melewatiku akupun langsung bergidik dan iba. Pasalnya sang jasad tidak berkepala. Terlihat sekali lehernya terpotong rapi. Bergidiknya tubuhku ketika dilewati jenazah tersebut bukan karena si jasad tidak berkepala, tapi lebih dari itu, pakaian korban ku kenali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Nasgor Mas Andi
Short StoryBercerita tentang Mas Andi, seorang tukang nasi goreng yang tiap malam dagang di rumahnya yang selalu saja mengalami hal-hal yang unik dalam kesehariannya berwirausaha menjadi tukang nasgor. Yuk ah, penasarin cerita-ceritanya Mas Andi.