Sisi Lain

3.2K 652 364
                                    

Warn! Harsh word(s). Maap chap kali ini "agak" panjang.

"Mbak!"

Kudengar seseorang memanggil membuatku menoleh, kudapati mas Riseki melambai padaku dan menghampiriku. Aku membalas lambaiannya, dimana aku sedang menunggu kak Atsumu di depan kelas. Iya, seperti katanya tadi. Kalau kelasku udah selesai dia nyuruh aku buat nunggu. Beruntung hanya ada satu kelas hari ini, jadi aku bisa cepat-cepat mengistirahatkan diriku dulu.

"Lagi nunggu kak Tsumu ya?"

"Iya, katanya disuruh nunggu."

"Ya udah, duduk aja dulu yuk di sana. Kasian mbaknya berdiri terus."

Kami berdua pun duduk di kursi yang berjejer tiga, tepat di depan kelasku. Diam, mas Riseki memilih untuk fokus pada ponselnya. Aku hanya bisa melihat mahasiswa yang berlalu lalang di kampus, berharap kelas kak Atsumu selesai dengan cepat. Aku masih takut di kampus terlalu lama.

"Oh iya, mbak. Udah makan belum?" Mas Riseki bertanya seraya menyimpan ponselnya di dalam saku. Aku menggeleng pelan, sebab aku tidak merasa lapar saat mau ke kampus ... tapi kayaknya sekarang lapar deh.

"Kita nunggu kak Tsumu di kantin aja yuk? Aku udah bilang ke dia."

"Eh? Emangnya dia bisa main hape di kelas?"

Mas Riseki mengendikkan bahu. "Gak tahu deh, dia online terus daritadi."

Aku menggeleng, bisa-bisanya sifat bar-bar kakak kelasku itu sampai ke kampus. Kukira dia hanya begitu di kos, ternyata sama saja. Tidak heran kalau setiap hari kudengar dia dan kembarannya bertengkar. Yah, tiada hari tanpa kebisingan kembaran yang adu mulut di kosan.

~~~

Aku mengambil meja kosong yang berada di dekat penjual makanan, sementara mas Riseki menaruh tasnya di hadapanku.

"Aku pesan dulu ya. Mbak mau apa?"

"Hmm ...." Aku menolehkan kepalaku pada etalase makanan yang berjejer dan melihatnya satu persatu. Walau sedang lapar, aku tidak mau makan-makanan yang berat dulu. Rasanya susah sekali mau makan. "Siomay aja deh."

"Oke! Tunggu ya."

Aku mengangguk dan mengeluarkan ponselku. Mas Riseki pun berjalan ke penjual dan memesan makanan. Sejenak kulihat ke sekeliling, orang-orang sepertinya biasa saja dan berpikir tidak terjadi apa-apa. Padahal aku sempat di-bully oleh kakak tingkat. Entah mereka tidak peduli atau tidak tahu, aku pun tidak bisa memastikan. Beruntunglah, aku juga tidak perlu dikasihani atau malah sebaliknya, dicaci maki.

Helaan napas kasar keluar dariku seraya menutup kedua wajah. Kehidupanku di kampus akan kembali normal berkat mereka yang di kosan. Semuanya baik padaku, walau pun aku perempuan sendiri di sana. Aku tidak mau merepotkan mereka lagi hanya karena aku masih trauma dengan kejadian tempo lalu.

"Mbak, pusing ya?"

Aku tersentak, menurunkan kedua tanganku dan melihat mas Riseki menaruh sepiring siomay di hadapanku. Lagi-lagi aku menggeleng, tersenyum tipis dan mengambil sendok yang berada di atas piring siomay tersebut.

"Enggak. Gak papa kok."

"Kalau ada apa-apa cerita ya," ucapnya sembari duduk di seberangku. "Ya walau pun kami laki-laki gak begitu paham sama perasaan cewek, setidaknya kami bisa bantu apa yang bisa dibantu."

"Iya, makasih, mas."

Tuh 'kan, kalau begini mana mungkin aku mau merepotkan mereka lagi. Hidup jauh dari orangtua harus membuatku jadi kuat. Hal-hal seperti ini bisa aku atasi sendiri.

Kos-Kosan! [✓] || InarizakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang