Sinar matahari pagi ini tidaklah terik. Awan-awan seolah bekerja sama menghalangi matahari untuk menyinari bumi. Semilir angin pagi hari terasa sejuk membawa embun. Suara kicauan burung menambah suasana pagi yang cerah. Koridor-koridor SMA Nusa Buana nampak sepi. Hal ini karena para siswa tengah mengikuti kegiatan belajar di ruang kelas masing-masing.
Begitupula kelas XI IPS 2. Seorang guru berdiri tegak di depan kelas serara menerangkan pelajaran sedangkan para siswa terlihat memperhatikan.
Walaupun telihat khusyu, nyatanya tidak semua siswa betul-betul memperhatikan penjelasan Bu Anya. Apalagi Bu Anya mengampu mata pelajaran sejarah, membuat siswa merasa seperti sedang dibacakan sebuah dongeng.
Terhitung ada yang tengah melamun, bermain handphone, mencorat-coret buku, melamun, serta tidur bagi siswa yang duduk paling belakang.
Setelah menerangkan materi hari itu, Bu Anya terlihat mengakhiri kelas.Padahal masih tersisa 15 menit lagi sebelum bel istirahat berbunyi. Bu Anya yang merupakan guru mata pelajaran sejarah juga merupakan wali kelas XI IPS 2.
"Ibu cukupkan materi hari ini. Apakah ada yang mau bertanya?". Pandangan Bu Anya mengedar ke penjuru kelas guna menatap raut wajah anak muridnya. Adakah yang mengangkat tangan untuk bertanya.
"Tidak Bu" jawab siswa kelas XI IPS 2 dengan kompak.
"Kalian ini, jawabnya kompak banget kaya paduan suara". Bu Anya terkekeh pelan seraya berbalik menuju meja guru. Belum ada dua langkah ia kembali berbalik "Kalian pelajari materinya karena minggu depan ada kuis." Ucap Bu Anya.
Siswa XI IPS 2 menyerukan penolakan dan bujukan agar kuis dibatalkan atau diganti tugas saja. Bu Anya hanya tersenyum tipis sebagai respon, membuat siswa XI IPS 2 hanya bisa pasrah.
"Kelas ibu akhiri lebih awal karena ibu selaku wali kelas kalian akan menyampaikan pengumuman terkait pemilihan ketua osis dan wakil ketua osis. Kalian pasti sudah tau kalau di SMA Nusa Buana pemilihan akan dilakukan secara adil dan merata. Maka setiap kelas wajib mengusulkan paslon mereka untuk nantinya akan dipilih tiga terbaik yang akan diikutkan pemilihan. Tentunya setelah melewati beberapa seleksi yang cukup ketat. Dan ibu minta maaf karena memberitahu secara mendadak dan untuk siapa bakal paslon ketos dan waketos kelas ini, ibu serahkan pada kalian untuk memilihnya."
"Sebaiknya kalian diskusikan bersama siapa yang akan menjadi bakal paslon. Pilih yang sekiranya pantas dan memiliki kemampuan. Nah itu saja pengumuman yang dapat ibu sampaikan. Kalian boleh istirahat lebih awal. Dan Arfan, nanti kamu beritahu ibu hasil akhirnya ya?" Ucap Bu Anya seraya menatap Arfan selaku ketua kelas XI IPS 2.
"Baik bu" sahut Arfan seraya menganggukan kepala.
"Assalamu'alaikum Wb Wb"
"WAALAIKUMSALAM WR WB. Terima kasih Bu Anya." lantang seluruh siswa XI IPS 2.
Bu Anya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku anak muridnya.
Setelah Bu Anya keluar ruang kelas. Arfan mengambil alih perhatian teman-temannya yang mulai tidak kondusif.
"Terkait pengumuman dari Bu Anya. Kita bahas setelah pulang sekolah. Setuju?"
"Iya" "oke" "bolehlah" "woke" "sip" "nggih" itulah sebagian ucapan menyetujui dari siswa XI IPS 2.
"Yaudah. Kalian boleh istirahat. Selagi kantin belum ramai." Tutup Arfan yang disambut sorakan kesenangan teman-temannya.
***
Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Disaat sebagian siswa Nusa Buana kembali pulang ke rumah masing-masing setelah menuntut ilmu. Hal berbeda justru terjadi pada kelas XI IPS 2. Sudah sejak bel pulang berbunyi siswa XII IPS 2 mengadakan diskusi mengenai siapa yang akan dijadikan paslon ketos dan waketos dari kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Paslon
Teen FictionNiat Amaira untuk bolos ternyata menimbulkan petaka. Tanpa sepengetahuannya teman-teman kelasnya telah menumbalkan dirinya untuk menjadi pasangan calon (paslon) ketos dan waketos dengan cowok tengil plus jahil, Arif. . . . . "GUE SAMA LO JADI PERWAK...