"Naisa, ayo siap-siap ke Pesantren. Kamu udah seminggu di rumah Iho. Kata Rasullulah juga kan nggak
boleh berse dih lebih dari 3 hari"Naisa menghela napas.
"lya Tante, Naisa udah nggak sedih kok. Naisa cuma merasa kesepian aja. Makasih ya Tante udah perhatian
sama aku"Tante tertawa hambar
"Idih kok kamu jadi mellow gini sih? Udah nggak usah berterimakasih. Kamu sekarang tangggung jawab Tante. Tugas kamu sekarang
itu adalah sekolah yang bener. Oke?"Naisa tersenyum tulus.
***
Naisa berjalan menyusuri lorong asrama dengan lemas.
"Naisaaa, apa kabar? Aku turut berduka ya. Maaf aku enggak bisa dating ke pemakaman almarhum Mamamu" ucap Afifah dengan sorot empati.
"Naisa, kamu yang tabah ya" Tsani mengelus pundak gadis itu.
Naisa menggangguk mengiyakan "iya nggak papa, makasih"
***
"Naisa, ini sudah sebulan lebih ngaji mu nggak bener. Mau sampai kapan Naisa? Kamu itu sudah mahasiswa.
Seharusnya membagi waktumu buat muraja'ah bukan masalah lagi buat kamu. Kalau besok masih seperti ini
lagi, masih nggak niat ngaji. Mending kamu nggak usah setor ngaji sekalian"Naisa mengangguk samar "lya ibu.
Saya minta maaf karna ngaji nya nggak bener"gadis itu mencium punggung tangan wanita sebaya itu, lalu pergi
meninggalkan ruangan.Kedua teman nya itu tampak tak tega melihat Naisa yang terus-terusan melamun. Mereka berdua menghampiri Naisa.
"Naisa aku kecewa sama kamu.
Kamu kenapa sih nggak pernah mau cerita sama kita"Naisa menunduk
"Maaf ya kalau kamu merasa gitu. Aku cuma merasa kesepian. Aku udah nggak punya sosok orang tua, aku nggak punya saudara. Bahkan tempat tinggal pun aku numpang di rumah Tante. Aku merasa nggak ada semangat lagi" Naisa sesengggukan.
"Kata siapa kamu nggak punya keluarga. Kita ini keluargamu
Naisa. Kamu itu saudara kita. Kita ini keluarga. Kamu juga punya orang tua. Bapak Kyai dan lbu Nyai itu orang
tua mu. Dan siapa bilang kamu nggak punya rumah. Pesantren ini adalah rumahmu, sekolahmu, tempat mu
untuk pulang."Naisa tersenyum sambil menyeka air
matanya.Tsani mengulurkan tangannya. Kedua tangan Naisa menerima uluran tangan gadis itu dan menarik ke
dalam dekapannya. Melihat itu, Afifah ikut menyambut tubuh kedua gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Untuk Pulang - Cerpen [END]
Short Storytentang Naisa tentang Pesantren tentang Orangtua tentang Keikhlas Rank 5 in #cerpenislam (19-11-20) cover by pinterest, pictart