Harapan Kecil

693 36 0
                                    

Don't copas my story🙂 Kemarin ceritaku satu lagi udah diplagiat 🙂 Yang ini jangan lagi. Ini adalah naskah Challenge. Otw bakal terbit🙂

Happy reading💜💜

💜💜💜

Jam menunjukkan pukul dua siang. Artinya ... sudah empat jam aku berkeliling di jalanan sejak pergi dari kantor.

Berkali-kali berhenti ke satu sekolah. Lalu berjalan lesu lagi ketika yang dicari belum juga ketemu. Lelah, sempat ingin menyerah dan berniat akan melanjutkan pencarian besok.

Namun, entah kenapa mobil yang kukendalikan sama sekali tak membawaku kembali ke kantor. Setir ini malah berbelok ke arah jalanan yang pernah dilalui beberapa hari lalu. Jalanan sepi, lengang, dengan beberapa pohon rindang yang berdiri di sisi jalan.

Lagi, hati ini membawa diriku agar kembali ke sini. Kembali pada kenangan kelam yang belum lama terjadi. Kenangan dan kesalahan lalu yang beberapa hari ini mengacaukan pikiranku.

Aku memarkirkan mobil di pinggir jalan. Keluar dari kendaraan yang sedikit pengap ini. Lalu berjalan sedikit ke depan dan berhenti di dekat pohon kelapa. Dari tempatku berdiri saat ini, di sana ... terlihat sebuah toko kosong. Toko yang bergabung dengan rumah sederhana yang kosong pula.

Di depannya terlihat sebuah bangku panjang. Di mana bangku itu menjadi saksi atas awal kesalahan besar dimulai. Seketika rasa panas mulai menjalar ke seluruh tubuh. Perasaan aneh, penyesalan, dan kebodohan, kini kembali hadir kala bayangan-bayangan buruk itu kembali terlintas di pikiran.

Kuremas rambut ini kasar, merutuki kebodohan sendiri. Sial! Ke mana lagi aku harus mencari?

"Aih, bukuku tertinggal di kelas. Sebentar, biar kuambil. Mumpung belum jauh."

"Cepetan, euy!"

Beberapa anak-anak SMA yang baru saja pulang itu menarik perhatianku. Sesekali menyimak pembicaraan mereka yang tak jauh dari tempatku berdiri seraya memandangi wajah mereka satu per satu. Berharap semoga kali ini salah satu dari mereka adalah anak remaja yang kucari.

"Ini udah jam dua. Aku rasa tugas kelompok yang diberikan Bu Susi nggak bakal selesai sore ini."

"Positif thinking aja. Paling si Rey ngambil buku nggak lama. Kita nugasnya di rumahku aja. Masih ada sekitar tiga jam lagi. Moga bisa selesai."

Sejenak kuperhatikan anak-anak SMA berseragam putih abu-abu itu berbicara. Tertawa-tawa, lalu pergi. Beberapa anak-anak yang mungkin satu sekolah itu pun mulai terlihat berhamburan. Berjalan beriringan sembari berbincang-bincang entah apa. Suasana jalanan yang tadi sepi dan sunyi, kini mulai ramai dengan canda tawaan mereka.

Sampai ketika gerombolan anak-anak itu mulai berkurang. Menghilang dari pandangan dan berpisah satu sama lain karena melewati jalan yang berbeda. Masih kuperhatikan anak-anak yang tersisa, hingga jalanan itu kembali lengang, sepi, dan sunyi seperti semula.

Aku tersenyum tipis. Sejenak mengenang masa SMA dulu. Indah.

Drrtt ... drttt ....

Ponselku bergetar. Segera kuambil benda pipih itu dari kantong celana. Terlihat nama Yudi tertera di sana. Kemudian menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih tersebut di dekat telinga.

"Ya?"

"Affan, cepatlah kembali. Ada masalah," ungkap Yudi terdengar sedikit berbisik.

Aku mengernyit bingung.

"Kenapa? Apa ayahku datang ke kantor?"

"Bukan itu saja, aku tidak bisa menjelaskannya. Cepatlah!"

ISTRI KECILKU [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang