29. pelukan hangat

588 71 0
                                    

Makna sahabat bagi Jena adalah Aylin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makna sahabat bagi Jena adalah Aylin. Sosok sahabat satu-satunya yang dia punya.

Sejak duduk di bangku kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama, Jena udah terbiasa tanpa memiliki teman, karena dia home schooling. Maka dari itu dia gak pernah rasain punya teman- ah nggak, mungkin cuma Jeno, kembarannya yang dia anggap teman dekat di rumah maupun di luar rumah.

Jena juga kayak manusia biasa yang adakalanya pernah ngerasa capek, kesepian. Dia ngerasa begitu karena selama home schooling selalu ngerasa kesepian, cuma dia sama guru pengajarnya, hanya berdua, tanpa teman.

Dan pas ketika pendaftaran sekolah menengah atas di buka, dia mohon-mohon ke orang tuanya buat di sekolahin ke sekolah umum meskipun harus sekolah di sekolah berkhusus.

Saat itu, banyak banget perdebatan yang terjadi antara kedua orang tuanya, bahkan Jeno pun juga ikutan, mereka cuma gak mau Jena kenapa-kenapa kalau harus sekolah umum, tapi pada akhirnya mereka mengizinkan tepat ketika satu hari pendaftaran mau di tutup.

Dan sejak itu, untuk pertama kalinya Jena ngerasain punya orang terdekat bernama Aylin yang kini menjadi sahabatnya.

"Kenapa kamu bohong masalah ini Aylin? Kenapa kamu bilang lagi ada acara keluarga, tapi ternyata... selama beberapa hari ini kamu dirawat. Kenapa harus bohong?" Isakan kecil menjadi saksi saat Jena hanya bisa melihat Aylin yang seluruh badannya di pasang alat medis dari kaca di pintu kamar inap. "Aku jahat ya sebagai sahabat? Sampai kamu gak mau kasih tau aku?"

"Haechan," Jena menoleh, tatapan matanya kelewat sendu ketika menatap sepasang netra hitam pekat yang masih setia berdiri di sampingnya. "Aku... gak pantes disebut sahabat ya?"

Haechan terkesiap, dia nggak tau bagaimana eratnya hubungan persahabatan Jena sama sosok perempuan yang terbaring lemah di bangkar rumah sakit, tapi yang pasti dia menggeleng tegas. "Lo pantes disebut sahabat, Jena. Kalau lo gak pantes, lo gak bakalan dateng ke sini cuma karena penasaran, tapi nyatanya lo begitu khawatir sama keadaan sahabat lo. Apapun itu, dia pasti punya alasan kenapa nyembunyiin ini semua dari lo."

Jena terdiam, menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Haechan, aku mau ke kamar mandi sebentar."

Tanpa menunggu balasan dari laki-laki di sampingnya, Jena berjalan meninggalkan Haechan yang kini menatap punggungnya yang mulai tidak terlihat.

Bohong jika Jena mengatakan ingin ke kamar mandi, karena pada nyatanya dia duduk seorang diri di anak tangga dengan tangisan hebat yang sejak tadi dia tahan.

Jena lemah jika sudah urusan mengenai orang yang dia sayangi, namun dia tidak bisa menunjukkan rasa lemahnya ke orang-orang. Begitu sulit.

Jena menggeleng kecil ketika terlintas perkataan Aylin tempo hari di taman sekolah.

"Kalau aku kenapa-kenapa. Kamu mau jadi orang yang izinin aku donor organ tubuhku ke orang yang membutuhkan?"

"Tiba-tiba kepikiran kalau umurku gak bakalan lama lagi."

fraternal J  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang