27. haechan, makasih!

482 77 14
                                    

Hari ini hujan turun, Jena lupa bawa payung ataupun jas hujan yang bisa lindungi dia dari cipratan air hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ini hujan turun, Jena lupa bawa payung ataupun jas hujan yang bisa lindungi dia dari cipratan air hujan. Mood dia juga agak buruk mengingat selama jam belajar tadi ngerasa sendiri, soalnya temannya- Aylin- nggak masuk sekolah alias alpa.

Jena gak tahu pasti alasan kenapa Aylin absen. Dia udah tanya ke wali kelas, tapi yang dia dapet malah jawaban nggak tahu juga.

Sebenarnya dia bisa chat ataupun telepon, tapi dia ragu, nggak tahu kenapa dia ngerasa kayak gitu. Dan akhirnya, dia cuma bisa nungguin Aylin yang kabarin dia duluan atau kalau nggak dapet kabar juga dia bakalan dateng ke rumah Aylin, besoknya.

Ini udah jam lima, seperti sekolah umumnya, kalau udah masuk jam segini biasanya jarang angkutan umum lewat. Iya sih, mana ditambah hujan juga, jadi kemungkinan angkot lewat sedikit.

"Aku chat Jeno aja kali ya buat jemput aja aku? Eh tapi emang dia udah selesai latihan?" Monolognya pelan. "Nggak usah deh. Kasian dia kalau harus jemput aku."

Jena nggak jadi chat kembarannya. Mau nggak mau, dia harus nunggu hujan sedikit reda. Kalau di pikir-pikir lagi, dia bisa aja nerobos hujan sampai halte, tapi mengingat kejadian dulu ngebuat dia mengurungkan niat, dia nggak mau buat orang tuanya khawatir, khususnya Jeno kalau dia pulang dengan baju kebasahan.

Masih dengan lamunannya, Jena gak sadar ada orang yang sedikit berlari sambil memegang payung. Sampai orang itu berdiri tegak di hadapannya, barulah dia sadar kalau orang ini sama kayak orang yang beberapa hari lalu cegat dia naik angkot.

"Haechan ngapain di sini?" Jena sedikit mendongak menatap Haechan yang masih berdiri. Penampilan Haechan sekarang bukan kayak waktu itu yang masih pakai baju sekolah. Melainkan celana jeans hitam, baju dalaman putih, sama kemeja yang gak di kancingi, terus sama kacamata sebagai pelengkap.

Haechan naruh payungnya terlebih dahulu ke tanah, terus ngambil ponselnya buat mengetik beberapa kalimat yang sontak buat Jena berdiri.

"Mau jemput lo." Begitu kalimatnya, terus dia nunjuk Jena, diri dia sendiri, payung, sama kendaraan di depan mereka. Haechan kayak ngasih isyarat gini; "Lo sama gue pakai payung ini buat jalan ke sana, gue bawa mobil."

"Payungnya kecil, Chan." Ujar Jena yang paham. "Kamu aja yang pakai payung ini, aku bisa nutupin kepala aku pakai tas."

"Yaelah, kenapa gue bawanya payung punya Ela sih." Cebiknya, lalu dia menggelengkan kepalanya.

Dan berkata, "Pakai aja, gue gak papa." Ucapnya tanpa suara. Dia ngambil payungnya, dan dia kasih ke Jena.

Jena nggak bisa nolak karena Haechan narik tangannya buat genggam pegangan payung.

Dengan kode yang Haechan kasih, lantas dia berjalan ke mobil Haechan. Sedangkan Haechan, dia buka kemeja terus dia angkat tinggi sampai nutupin atas kepalanya.

"Maaf ya, karena aku pakai payungnya, baju kamu jadi basah gini."

"Yaelah, gak papa. Cuma basah dikit doang."

fraternal J  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang