HARI PERTAMA
Penampilan adalah masalah utama dalam kalangan remaja saat ini terutama ketika akan berangkat sekolah. Dari rambut hingga ujung kaki akan diperhatikan oleh banyak remaja untuk menilai penampilan mereka yang pantas atau tidaknya berada di kalangan mereka.
Sayangnya, itu tidak berlaku bagi seorang perempuan muda yang terlihat begitu santai dengan penampilannya. Jika penampilan adalah hal terpenting bagi setiap orang maka tidak baginya yang lebih mementingkan etika ketimbang penampilan yang hanya terlihat cantik dari luar.
AMANDA PUTRI BIANCA, nama itu tertera pada almamater yang dia gunakan.
Penampilan sederhana yang selalu menjadi ciri khas dia diantara semua murid di sekolahnya. Entah kenapa dia lebih menyukai penampilan sederhana yang terlihat seperti menunjukkan bagaimana karakternya daripada dia harus menggunakan beberapa produk kosmetik yang hampir membuat dompetnya tipis.
Amanda mengikat rambutnya lalu mengambil ransel nya yang berada diatas meja belajarnya. Amanda bergegas keluar dari kamarnya dengan pandangan tertuju pada layar ponselnya untuk menunggu pesan dari kedua sahabatnya itu sebelum dia berangkat bersama orang tuanya.
"Sarapan dulu sini"
Amanda menoleh sebentar lalu menarik salah satu kursi tanpa menatapnya sama sekali. Amanda terlihat begitu fokus pada layar ponselnya membuat kedua orang tuanya menatapnya heran.
"Makan dulu, Manda"
"Iya, bentar"
Amanda meletakkan ponselnya disebelah piring nya lalu memasukan satu sendok pertama kedalam mulutnya.
Amanda bukan termasuk dalam kalangan siswi cantik di sekolahnya, juga bukan termasuk dalam kalangan siswi populer di sekolahnya. Amanda termasuk dalam kalangan siswi biasa saja seperti kedua sahabatnya itu serta menghasilkan beberapa penghargaan dalam pertandingan non-akademik sama seperti kedua sahabatnya.
Amanda tidak secantik siswi di sekolahnya namun dia memiliki tubuh tinggi yaitu 172 cm, tubuh yang selalu diinginkan oleh banyak perempuan.
"Udah bawa topi?"
"Udah pa"
"Kaos kaki panjang gak tuh?"
"Panjang ma"
Amanda menghela nafas pelan mendengar pertanyaan itu lalu bangkit dari duduknya untuk segera menghampiri sahabatnya yang sudah sampai di depan rumahnya.
"Aku berangkat ya... my parents tercinta" pamit Amanda lalu bergegas keluar dari rumah.
Amanda mengambil sepatu sekolahnya lalu melambaikan tangannya pada kedua siswi yang tengah berdiri didepan mobil sedang tersebut. Amanda langsung masuk tanpa mengucapkan sepatah kata dan duduk di kursi penumpang.
Kedua sahabat Amanda juga bukan berasal dari kalangan atas melainkan kalangan yang sama dengannya serta murid berprestasi dalam bidang non-akademik. Seperti, Putri Larasati. Sang juara bertahan dalam pertandingan basket putri yang selalu membawa juara satu dalam pertandingan basket, bahkan tingginya mengalahkan tinggi Amanda yaitu 174 cm, tubuh yang selalu diinginkan Amanda. Lalu ada Sarah Madonna, pemenang bertahan dalam pertandingan boxing setiap pertandingan yang ada dan di antara mereka bertiga hanya dialah yang memiliki tubuh lebih besar diantara mereka, bajakan berat tubuhnya mencapai 65 kg.
Bisa dikatakan jika ketiga siswi itu adalah seorang atlet di sekolah namun di sekolah mereka tidak ada yang menganggap atlet adalah kegiatan yang bagus, tidak hanya satu orang yang mengatakan itu melainkan hampir satu angkatan mereka tidak mempedulikan atlet perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL [On going]
Teen FictionCerita sederhana yang mengungkit akan permasalahan utama dalam kalangan remaja yang merasa mereka tidak percaya pada diri mereka sendiri akan penampilan serta fisik mereka. "Karena cantik itu mahal" - Amanda ° Baca aja kalau penasaran😁😁 2020 - Nov...