1

319 47 4
                                    

Malam ini purnama. Seperti malam-malam sebelumnya,Eunha menghabiskan malam ini dengan melaksanakan hygene routine nya dilanjut dengan beranjak tidur. Tidak ada yang spesial dengan malam purnama ini dan mungkin akan seperti malam-malam yang sudah lalu,pikir Eunha.

Namun apa yang ada di pikirannya meleset jauh. Malam itu Eunha menjerit sambil membulatkan matanya kala mendapati seseorang sedang duduk santai di tepian balkonnya.

Sama kagetnya dengan Eunha, seseorang—atau pemuda itu juga ikut memelotorkan matanya. Nyaris terjungkal dari sana jika tangannya tidak kuat mencengkeram tepian pembatas balkon.

Buru-buru Eunha membuka pintu yang membatasi kamar dan balkonnya. Gadis ini memang tidak ada takut-takutnya. 

"KAMU SIAPA?MALING?" gadis itu berjalan mendekati pemuda itu sambil membobardirnya dengan pertanyaan yang terlontar dari bibir mungilnya.

Sang pemuda masih terdiam. Sedetik kemudian,dia membuka mulutnya yang sedaritadi bungkam.

"Kamu,bisa liat aku?"

Pertanyaan yang terlontar dari pemuda asing itu seketika membuat alis Eunha bertaut heran. Maksud dari pertanyaannya ini apa? Dia hantu? Dia arwah? Tapi ini terlalu nyata untuk disebut hantu ataupun arwah. Dia juga cukup tampan,tidak menyeramkan seperti gambaran hantu yang Eunha baca di cerita.

"Maksudnya? Ya jelas, kamu kan manusia?"

Jawaban dari bibir gadis Jung ini sukses membuat pemuda ini melotot. Kenapa gadis ini bisa melihatnya? Dia ini jiwa yang kehilangan tubuhnya,bagaimana bisa gadis ini melihatnya? Apa dia indigo? Tidak. Bahkan temannya yang indigo pun tidak bisa melihatnya saat dia tadi mengunjunginya.

"Hei? Kenapa diam? Kamu maling ya?"

Pemuda ini menghela napas,bingung bagaimana caranya menjelaskan keadaannya pada gadis ini. Masa' dia harus bilang 'aku tidak tahu tubuhku ada dimana'? Bisa-bisa gadis itu lari sambil berteriak seperti orang habis melihat hantu. Tapi dirinya sekarang kan memang bisa disebut hantu?

"Aku panggil satpam ya?"

Gadis ini sekarang hendak mengambil ponselnya. Namun ia terhenti saat mendengar suara pemuda asing yang duduk di balkonnya tadi.

"Jangan panggil satpam,bisa-bisa kamu dibilang gila" katanya.

"Oh jadi kamu hantu sungguhan?" tanya si gadis polos sambil kembali menghampiri pemuda itu.

"Bukan sih,tapi bisa dibilang begitu"

Eunha mengernyitkan dahi. "Aneh" komentarnya.

"Memang"

"Kenalan dulu,aku Eunha. Kamu?" Eunha menyodorkan tangannya mengajak berkenalan.

Pemuda hantu ini heran mendengar pertanyaan Eunha. Gadis ini baru saja mengajak hantu tersesat berkenalan? Astaga,aneh sekali. Dia ini gadis normal bukan sih?

"Minghao" Si hantu tersesat memperkenalkan diri. Minghao melirik tangan Eunha yang terjulur,"nggak usah berjabat tangan,aku ini hantu".

Eunha terkekeh malu. Bisa-bisanya dia melupakan fakta kalau yang di depannya ini bukan manusia.

"Kamu kenapa bisa lihat aku?" tanya Minghao menunjuk dirinya sendiri.

Eunha menggeleng. Ia menyeret kursi yang ada di balkon mendekat pada Minghao kemudian duduk disana. "Aku juga nggak tahu,baru pertama kali ini aku lihat hantu" jawabnya.

"Aneh,bahkan temanku yang indigo nggak bisa lihat aku. Kamu dukun?"

Pertanyaan aneh yang terlontar dari Minghao membuat Eunha terkikik geli. Apa-apaan itu? Dukun? Astaga,apa muka imut gadis ini terlihat seperti itu?

fullmoon [minghao + eunha]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang