[3]

16 13 0
                                    

Rumor karma, memang benar adanya. Seperti yang aku janjikan pada mereka, bahwa aku akan mengeluarkan mereka dari situasi genting ini. Laku mereka pada masa itu kini menjadi bulan-bulanan siswa satu sekolah. Tampaknya, ini menjadi karma setimpal bagi mereka termasuk diriku yang telah terikat penuh dalam pertemanan mereka.

Yang mereka lakukan di hari pertemuan terakhir itu bukanlah hal mengejutkan. Mereka hanya bermain seperti hari lainnya. Namun sialnya, hal tersebut malah menjadi bumerang besar bagi kami. Karena telah dipastikan bahwa kedua temankulah orang terakhir yang bersama Si Cupu, maka tak heran jika merekalah orang pertama yang langsung dicurigai. Bahkan setiap guru berbela hati berbicara dua mata dengan kami satu satu untuk mendapatkan jawaban pasti. Tak seorangpun yang tahu. Tidak dariku atau dari mereka. Si Cupu benar tampak ditelan bumi dalam sekejap.

Rumor karma, akhirnya menemukan faktanya. Bukti bahwa kedua temanku yang menjadi bahan ejekan satu sekolah telah membekas kasar di benak mereka. Saat akhirnya mereka tersadar bahwa laku tingkahnya selama ini pada Si Cupu bukanlah akhlak yang terpuji.

"Jadi, benar bukan apa yang aku katakan. Bahwa hukum karma itu nyata."

"Kau benar, aku tak pernah mengira bahwa kelas kita yang telah menjadi contoh nyata dari karma itu sendiri."

"Itu akibat kesalahan mereka sendiri yang tak pernah berakhlak."

"Tapi kau ikut mencemooh mereka kan, walau kau tahu sebelumnya tak mampu bisa melakukannya."

"Itu... kau benar. Seharusnya aku tak ikut menjadi mereka saat mereka menemukan dirinya yang berakhlak."

"Itu benar."

"Apa kau tahu, rumor hangat sekolah kita pagi ini."

"Apa ini ada kaitannya juga dengan rumor karma?"

"Mungkin iya, mungkin juga tidak."

Sepertinya mereka mulai bergunjing lagi, tetapi kali ini mereka tampak ragu pada rumor yang akan disampaikan anak itu.

"Kau tahu, bahwa sebenarnya dia tidak hilang. Dia tidak pergi kemanapun, dia tidak seperti yang dirumorkan mati bunuh diri atau ingin membalas dendam. Dia hanya pindah kediaman dan melanjutkan sekolah di sana."

"Siapa yang kau bicarakan?"

"Tentu saja Si Cupu."

"Bagaimana mungkin, tak ada kabar kepindahan dari sekolah."

"Sekolah baru saja mengelurkan surat pindahan untuknya. Tak ada yang tahu, dia pindah ke daerah dan sekolah mana."

"Dari mana kau dengar rumor ini?"

"Tentu saja dari Riri."

Mereka tampak mengarahkan pembicaraannya padaku. Aku dengan mudah dapat menembak sasaran apa yang sebenarnya mereka hebohkan. Aku mengerling, menjauh dari jangkauan mereka yang masih heboh. Kurogoh kolong bawah meja bangku kelas, terdapat benda persegi. Di sana telah tertulis namaku dengan lengkapnya. Siapa yang mengirimnya? kubuka perlahan benda rapuh itu hingga menghasilkan suara sreeekkkk

Rumor Karma [CERPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang