Chapter 2 : Pertemuan

5 0 0
                                    

Matahari telah terbenam, kini malam telah menunjukan wajahnya. Aku dan Zoran masih terus berjalan dalam diam, tak banyak kata yang keluar setelah kejadian tadi siang. Kurasa terlalu banyak tanya dalam benak Zoran dan tentu saja akupun juga akan gelagapan jika dia menanyakan tentang semua hal yang telah terjadi tadi.

"Kurasa kita harus istirahat disini, hari semakin larut, cukup berbahaya berjalan di malam hari" ucap Zoran memecah keheningan. Aku hanya mengangguk pelan tanda setuju. Kamipun mendirikan tenda dan membuat sebuah api unggun untuk menghangati tubuh dimalam yang cukup dingin ini. Setelah mendirikan tenda, aku duduk tenang persis di depan api unggun, bebatuan yang cukup untuk ku duduki menjadi alasnya. Zoran yang menyusulku duduk setelah selesai menyiapkan perlengkapannya masih terdiam membisu.

Hah, aku tak suka situasi seperti ini. Setidaknya itu yang terpikirkan di benakku sampai Zoran kembali memecah keheningan, "Jadi, siapa namamu? Sedari tadi aku bahkan belum mengetahui namamu?" Ucapnya kepadaku. Aku menoleh kearahnya, seolah baru tersadar bahwa memang sedari tadi aku belum memberi tahu namaku kepadanya. "Gazel, Barren Gazel" jawabku. "Gazel eh, jadi darimana asalmu?" Tanyanya kembali, "Selgen, asalku dari selgen" jawabku. Zoran menatap wajahku dalam dalam. Ah , aku benci tatapan itu. "Jika ada yang aneh dari jawabanku, utarakan saja Zoran" tukasku. Mendengar perkataanku, Zoran sedikit tersentak kaget, "Oh, bukan.. bukan maksudku. Aku hanya merasa, hmm" Ucapnya sedikit kebingungan.. "Ehm, aku hanya merasa bahwa aku mengingat tempat asalmu. Bukan maksudku lancang atau apapun, aku hanya sedang mengingat ingat" lanjutnya.

Tidak asing bagiku jika banyak orang yang mengetahui desa asalku. Ya bagaimana tidak, empat tahun lalu Selgen telah menjadi sebuah desa terkutuk hanya dalam semalam. Sebuah desa yang melahirkan iblis terkuat di dunia. Yang bahkan telah menghanguskan desa Selgen itu sendiri. Bahkan kejadian itu meyebabkan kericuhan besar di kerajaan. Kejadian yang tidak bisa kulupakan.

"Gazel!!, Kau mendengarku?" Ucapan Zoran membuatku kembali ke alam sadar ku. Kulihat Zoran tengah menatapku heran, seolah bertanya apa yang sedang kupikirkan. "Maaf jika perkataanku membuatmu tersinggung" timpalnya. "Oh, tidak Zoran. Aku hanya sedikit mengenang masa lalu" jawabku. Malam semakin larut, api semakin menari riang di depan kami. Zoran yang sedari tadi terus berbicara dan bercerita tentang kisahnya mendadak menanyakan sesuatu hal yang membuatku kaget. "Hei Gazel, apakah kau benar seorang Manvoid? Bukan bermaksud menyinggung , tetapi aku merasa heran kenapa auramu berasa lemah sekali" Ucapnya kepadaku. Aku terdiam beberapa detik . Bingung, ya bingung yang kurasakan, bingung harus menjawa apa atas pertanyaannya. "Jika memang berat bagimu untuk cerita, tidak masalah bagiku Gazel" timpal Zoran. Aku menatap kearahnya, kuhela nafasku perlahan dan menjawab pertanyaannya, "Sebenarnya aku bukan lah Manvoid Zoran, aku hanya memanfaatkan situasi ketika si pria lusuh yang bertarung denganmu tadi menganggapku sebagai Manvoid" Ucapku lugas. Sontak kaget timbul dari wajah Zoran, "Jika kau bukan seorang Manvoid, lantas kau hanya seorang manusia biasa?" Tanyanya kembali kepadaku. Aku hanya mengangguk pelan ketika mendengar pertanyaan Zoran. "Ah , kau gila juga ya Gazel" perkataan Zoran barusan ditemani oleh tawa lepas darinya.

"Jadi, setelah mengetahui tentang diriku. Apakah kau akan merubah pemikiranmu untuk bertarung bersamaku?" Tanyaku padanya. Zoran menjawab singkat "Hahaha aku bukanlah seseorang yang hanya karena hal sepele dapat berubah pikiran semudah itu, aku akan bertarung bersamamu selalu Gazel". Mendengar ucapannya aku sedikit lega.

Cukup lama kami berbincang, sebelum akhirnya terhenti ketika merasakan sebuah aura yang asing dibelakang kami. Sontak kami menoleh kearah aura tersebut. Kami melihat seorang wanita disana, seorang wanita berkulit putih pucat, tinggi dan memiliki rambut coklat yang bergelombang. Bahkan ketika kuperhatika lebih seksama, aku menyadari bahwa warna matanya hijau sehijau batu giok. Kami terdiam oleh kehadiran tiba tiba wanita ini, bingung untuk bereaksi seperti apa. Bingung apakah dia kawan atau lawan.

"Apakah kau Zoran? Sang Healer?" Tanyanya tegas. Zoran yang terkejut dengan pertanyaan spontan darinya hanya diam mematung. Aku yang melihat Zoran terdiam, mencoba untuk menjawab pertanyaannya, "Siapa kau? Ada urusan apa kau kemari jika memang pria disampingku ini adalah Zoran". Seperti tak menggubrisku, atau bahkan seperti menganggap bahwa aku tak ada disitu , dia mengulangi kembali pertanyaannya, "Apakah kau Zoran?".

Zoran melihat kearahku lalu bertanya pelan kepadaku, "Hei Gazel, apakah aku harus menjawab jujur? Aku memiliki firasat yang kurang enak". Mendengar ucapan Zoran, aku sempat berfikir. Apakah wanita ini seorang Banshee? Ataukah wanita ini seorang kesatria? Yang pasti pertanyaanku ini juga akan sulit ditanggapi oleh Zoran sekalipun. "Ehm, aku tidak tahu Zoran. Aku takut jika dia seorang Banshee" ucapku, "Itu hal yang kutakutka juga Gazel" Timpal Zoran.

Wanita itu masih bergeming di tempatnya semula, menunggu kami selesai berbicara. Tak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk wanita ini memotong diskusi kami, "Apa yang sedang kalian bahas". Aku dan Zoran melihat kearahnya, "Kami sedang berdiskusi, apakah kau seorang Banshee atau bukan" timpalku. Wanita itu sedikit terkejut dengan ucapanku . Dia terdiam sejenak dan segera memalingkan badan untuk jalan pergi menjauhi kami.

"Tunggu, kami hanya berdiskusi. Bukan memutuskan apakak kau Banshee atau bukan" Ucap Zoran lantang. Wanita ini berhenti lalu menoleh kearah kami "Benarkah?" Tanyanya kembali. "Ya dan kau benar aku adalah Zoran" timpal Zoran. Wanita ini sedikit tersenyum lega. "Jadi apakah ada yang kau butuhkan dariku?" Tanya Zoran. Wanita ini menjawab dengan cepat "Ya, aku ingin membuat tim denganmu, setidaknya sampak turnamen ini selesai". Aku yang mendengar perkataannya reflek bertanya kepadanya, "Untuk alasan apa kami bisa mempercayaimu". Wanita ini melihat kearahku, mengernyitkan dahi da menyipitkan mata sembari berkata, "aku tidak butuh kau mempercayaiku, karena aku sendiri tidak mempercayaimu".

Kaget aku mendengar perkataannya, bingung juga yang kurasakan. "Tunggu, atas dasar apa kau bisa mempercayai Zoran? Tapi kau tidak mempercayaiku" tanyaku. "Aku tidak pernah mempercayai seorang Manvoid!" Jawabnya tegas.

Zora yang mendengar percakapan singkat kami segera memotong pembicaraan, "Hei sudah sudah tenang Gazel, lalu untukmu wanita muda. Aku mempercayi Gazel, jadi jika kau meragukannya, kau boleh pergi sekarang".

Wanita ini terlihat ragu atas ucapan Zoran barusan, seolah masih menyimpan ketidak percayaan besar kepadaku. "Baiklah, aku akan mengikuti kata katamu. Tapi kau harus menjawab tawaranku! Kau mau atau tidak bekerja sams denganku" Ucap sang wanita. Zoran yang telah selesai berdiskusi denganku sebelumnya mengangguk sembari berkata "Baiklah, setidaknya sampai turnamen ini berakhir". Kamipun setuju dengan saran Zoran. Lalu sekarang aku sendiri tak menyangka akan membuat sebuah team dengan seorang healer legenda dan seorang Banshee. Entah apa yang akan menghampiri kami, masih menjadi misteri bagiku dan bagi Zoran.

Barren GazelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang